Sikap dingin Richard itu membuat Yura penasaran. Tapi dibalik sikap dingin Richard itu ada kehangatan dan perhatian kecil untuk Yura yang membuat hati Yura terasa nyaman dan damai. Perhatian kecil Richard terhadapnya itu seperti Yura suka sekali makan krupuk pangsit isi baso di mangkok baksonya dan Richard akan memberikan miliknya untuk Yura dengan cuma-cuma juga. Yura sempat menolak pemberian dari Richard dan berkata ia akan mengambilnya sendiri di gerobak bakso. Tapi ketika menoleh dan menyadari kalau gorengan itu telah raib, Yura kecewa dan malu sekaligus. Ia telah mengembalikan gorengan yang diberikan oleh Richard kepadanya tadi. Jadi ia tak mungkin memintanya kembali, kan?
Richard menyadari kekecewaan yang terjadi pada diri Yura, ia pun langsung memberikan gorengan itu ke atas mangkuk Yura dan segera menandaskan baksonya cepat-cepat agar Yura tak mengembalikan gorengan itu ke mangkuknya. Melihat apa yang dilakukan oleh Richard tersebut, Yura terdiam dan menatapnya dengan wajah dan ekspresi datar yang tak bisa ia definisikan. Perhatian kecil dan sederhana oleh Richard itulah yang semakin sering membuat hati Yura seperti bunga yang bermekaran dan kupu-kupu hinggap di sana, terbang ke sana ke mari hingga membuat Yura tersenyum senang.
Belakangan, Yura sadar bahwa pemilik bakso yang dipanggil Richard pakde itu adalah mantan tukang kebun di rumah Richard di Bandung. Saking dekatnya Pakde dan Richard layaknya anak dan bapak kandung, hal itulah yang membuat Richard sering singgah di Jakarta dan membuat hubungannya dengan Yura semakin dekat.
Pesan-pesan kecil yang terkirim dari ponsel Yura ke ponsel Richard setiap hari membuat keduanya mabuk asmara dan saling menyayangi satu sama lain. Setiap kali mereka bertemu, mereka selalu melempar senyuman, bercerita banyak hal, apapun itu. Jika mereka tak bertemu sebentar saja, misal hanya seminggu, rasanya rindu mereka telah menggunung. Richard sering berkunjung ke Jakarta dengan alasan ia rindu Pakde yang telah membesarkannya seperti anak sendiri. Sang Mama tiri tentu senang jika Richard tak ada di rumah, baginya hubungan tak harmonis antara sang suami dan anak tirinya itu akan memberi manfaat untuknya dan anaknya, Daniel Alvero.
Tetapi setelah beberapa bulan Yura dan Richard bersama dan selalu bertemu di rumah bakso Pak Irwan itu, masalah yang lain datang. Anak Pak Irwan sakit dan Pak Irwan terpaksa menjual ruko bakso miliknya demi biaya pengobatan anaknya. Ia pun pulang kampung ke Jogja hingga Richard tak punya alasan lagi untuk sekedar berkunjung ke tempat beliau untuk menemui Yura. Hubungan jarak jauh Richard dan Yura semakin terlihat sangat jelas hingga membuat kedua pasangan tersebut hanya mampu bertemu beberapa kali saja, itupun jika keduanya sempat, apalagi tugas sekolah tak ada hentinya menyerang keduanya. Bahkan, Richard harus bertanding basket di berbagai kompetisi yang membuat hubungan keduanya semakin merenggang saja. Hanya pesan-pesan manis yang rutin dikirimkan oleh Yura kepada Richard. Pertama-tama pesan manis itu rutin pula Richard membalasnya, tapi kesibukannya untuk mempersiapkan kelulusan sekolahnya, pertandingan basket hingga tekanan dari sang Papa bahwa ia harus meneruskan usaha Papanya, membuat Richard beberapa kali mengabaikan pesan dari Yura.
Puncaknya ketika Mira datang sebagai siswa baru di sekolah Richard, apalagi pertemuan keduanya sama dengan pertemuan Yura dan Richard. Tabrakan kecil setelah Mira melompat pagar sekolah karena terlambat masuk dan menindih Richard yang sedang berjalan di bawah pagar. Mira mengingatkan Richard pada Yura yang manis dan periang. Yura yang nyata di depannya bukan Yura yang baginya hanya mesin pesan setiap hari. Senyuman Mira yang cantik dan lebar itu persis seperti senyuman Yura. Setiap kali Mira tersenyum, maka otomatis Richard juga tersenyum. Teman-teman Richard menuduh Richard telah menemukan seseorang yang pas di sampingnya, terbukti bagaimana Richard begitu rajin datang ke sekolah bahkan ia tak pernah telat sekalipun. Sikap Richard itu tak hanya membuat teman-temannya saja yang merasakan perubahan di dalam diri Richard, tapi juga Yura yang merasakan pesan-pesannya yang mulai jarang sekali dibalas menjadi tidak pernah dibalas sama sekali oleh Richard.
Meski begitu, Yura tetap mengiriminya pesan. Ia selalu berpikiran positif bahwa Richard sedang sibuk turnamen basket atau mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi. Begitupun dengan Yura, untuk mengobati kekosongan di hatinya, ia mulai lebih mempersibuk diri sendiri dengan belajar lebih giat dan mencoba mengembangkan hobi desainnya di perhiasan. Kesibukan keduanya itu membuat Richard benar-benar bosan dengan pesan rajin dari Yura. Apalagi ada tantangan dari seorang teman bahwa jika ia dan Mira jadian, maka sang teman akan merelakan motor Harley Davidson miliknya sebagai hadiah. Motor yang sangat diinginkan oleh Richard tapi sang Papa tak membelikannya.
Karena hal itulah, Richard mulai bosan dan mengabaikan Yura. Tak dibalas pesannya dan tak diangkat teleponnya. Sampai akhirnya Richard memutuskan untuk mengirim pesan ke Yura yang mengatakan bahwa ia akan mengunjungi Yura dan mengajaknya bermain di pantai. Di pantai itulah Richard memutuskan dan meninggalkan Yura.
Setelah menjalani hubungan dengan Mira selepas ia memutuskan Yura, entah mengapa seperti ada sesuatu yang hilang di hati Richard. Hampir setiap setengah jam sekali ia mengecek ponselnya, berharap ada pesan masuk dari Yura, tapi tak pernah ada pesan masuk dari Yura. Dan hanya butuh beberapa bulan saja bagi Richard dan Mira bersama. Mira tak tahan dengan sifat asli Richard yang sangat dingin bak di kutub utara. Apalagi Mira merasa Richard berubah, tak mengasyikkan seperti dulu.
"Kenapa kita putus? Kenapa tiba-tiba, Mir?" tanya Richard kala itu kepada Mira saat mereka sudah berada di luar cafe demi menghindari beberapa pasang mata yang mencuri pandang ke arah mereka. Pertanyaan Richard yang tiba-tiba itu kepada Mira langsung saja membuatnya teringat kepada Yura. Yura juga menanyakan kepadanya kenapa putus secara dadakan.
"Gue punya pacar tapi kek gak punya pacar. Lo ngebosenin banget! Dan gue muak karena lo lebih mentingin genk motor lo, basket lo, sekolah lo dan itu, ponsel yang setiap lima menit sekali lo lihatin!" kata Mira dengan sedikit membentak ke arah Richard. Richard tertegun mendengarnya. Ia dulu ingat bagaimana dengan pedasnya ia bilang ke Yura agar Yura mau melepaskannya dengan mengatakan Yura gendut, padahal tidak. Dengan mengatakan kalau ia juga benci rambut kriting Yura, padahal hari itu Yura sengaja dandan untuk menyambutnya. Tak lupa, Richard juga mengatakan kalau ia tak suka dengan cara makan Yura. Kini Mira mengatakan kalau ia juga tak suka dengan cara Richard yang lebih sibuk mengecek ponselnya yang sepi pesan masuk dari pada mendengarkannya bicara. Mira muak, sama seperti Richard yang muak saat ia putus dengan Yura.
Richard diam saat Mira masuk ke dalam taksi online yang ternyata sudah dipesannya. Anehnya, Richard tak begitu merasa kehilangan saat Mira pergi dari hidupnya. Ia malah teringat Yura dan Kesalahan-kesalahannya kepada Yura. Sampai detik ini pun, meski sudah hampir menikah dengan Mia, ia masih sibuk mengecek ponselnya. Bahkan ketika Yura telah berhasil mengirimi pesan untuknya beberapa hari lalu. Richard senang bukan main, ia bahkan membaca ulang ratusan kali pesan dari Yura tersebut.
Tapi, Richard harus sadar bahwa pernikahannya dengan Mia hanya tersisa dua minggu lagi dan entah mengapa ia berharap didalam dua minggu itu ada keajaiban lain. Entah keajaiban apa itu, yang jelas setiap kali ia memandang ponselnya, ia menyempatkan memandang baik-baik foto Yura.