Ketika seorang lelaki dan perempuan yang dulu bersahabat memutuskan untuk menikah, apa yang akan terjadi? Beginilah yang akan terjadi.
"Glen," panggil Nandira yang kini berada di gendongan suaminya. "Nggak mau makan dulu?"
Pria itu menghentikan langkahnya yang hendak menuju kamar. "Kamu laper?" tanyanya yang mendapat anggukan dari istrinya.
"Bukannya tadi udah makan?" tanya Glen lagi.
"Em … pengin makan donat," cicit gadis itu dengan raut manja.
Kedua sudut bibir Glen tertarik, pria itu tertawa, lalu belok menuju meja makan. Pria itu menurunkan Nandira di kursi makan.
"Kamu belum ngidam, loh, udah minta yang aneh-aneh aja," kata Glen tepat di depan wajah gadis itu.
Nandira menunjukkan cengirannya. "Boleh, kan?" ucapnya masih dengan permintaan manja.
Glen duduk di samping kursi istrinya, lalu meronggoh ponsel di saku celananya. "Boleh, kok," jawab pria itu.
"Semoga toko donatnya belum tutup," ucap Glen sambil mencari toko donat di aplikasi pemesan makanan.
Pria itu mendapatkan tokonya, dan kini sedang memilih varian toping donat. "Kamu mau yang rasa apa?" Glen memperlihatkan pilihan rasa pada istrinya.
"Em, aku mau rasa yang sama kayak donat yang kamu kirim ke rumah dulu." Nandira menatap suaminya, mengajaknya untuk mengingat kembali apa yang dulu pria itu berikan padanya.
Beberapa saat Glen bergeming, dia mencoba untuk mengingat tentang itu. Beruntung dia masih ingat masa-masa itu, tapi sayangnya dia tidak ingat rasa apa saja yang dia pesan untuk Nandira waktu itu.
"Aduh, Sayang. Aku lupa waktu itu pesen rasa apa aja buat kamu," kata Glen.
Nandira memajukan bibirnya, gadis itu menatap Glen penuh selidik, membuat Glen berpikir keras dan berusaha mengingat varian rasa itu.
"Aah, memang ya cewek, sampe rasa donat aja harus diingetin," ucap pria itu sambil memegangi batang hidungnya, berpikir.
Nandira menghela napas singkat, lalu mengambil alih ponsel Glen. "Ya udah aku cari sendiri aja," kata gadis itu.
"Kamu pasti lupa karena di Belanda banyak banget cewek yang deketin kamu," tambah Nandira, entah apa yang membuatnya tiba-tiba berkata seperti itu. Dia mengingat tentang foto Glen bersama seorang wanita yang tak sengaja muncul di sosial medianya dulu.
Glen terkekeh geli. Pria itu merangkul pundak istrinya. "Gak gitu, Sayang. Di Belanda justru aku nggak sempet kenal dengan banyak orang," jawabnya.
"Yang bener?" suara Nandira terdengar tak yakin.
"Bener. Kamu nggak percaya sama aku?" kata Glen.
"Nggak, dari dulu kamu suka boong," jawab gadis itu.
Lagi-lagi, Glen tertawa. "Kamu juga sama, dari dulu posesif."
"Emang aku posesif?" protes Nandira.
"Kalo bukan posesif apa dong?" tanya Glen mengembalikan keadaan.
Mereka terdiam sejenak, dan tatapan Glen jatuh tertuju pada kedua mata gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya. Nandira yang merasa malu dan tertangkap basah sebab bersikap posesif pun bingung ingin jawab apa.
Gadis itu mengalihkan sejenak tatapannya. Namun, ketika dia kembali menatap pria itu, ternyata Glen masih memperhatikannya sejak tadi. Hal itu membuat Nandira kacau. Gadis itu menutup kedua mata Glen dengan satu tangannya.
"Jangan kayak gitu ngeliatnya," ucapnya dengan nada berayun.
Glen tertawa lagi, terlebih saat mendengar suara lucu gadis itu. Dia meraih tangan istrinya, lalu menyimpannya di atas meja.
"Memangnya kenapa kalau aku ngeliat kayak gitu?" tanya Glen yang membuat Nandira semakin awkward.
Gadis itu memukul d**a suaminya, lalu menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah di bahu pria itu.
"Dasar m***m," hardik Nandira dengan suara setengah berbisik.
Namun, meskipun berbisik, Glen tetap dapat mendengar suara istrinya itu dengan jelas.
"Apa?" protes pria itu.
"Kamu denger?" kata Nandira.
"Kamu ngatain aku m***m?" Glen meraih pipi gadis itu.
"Nggak," kilahnya, "aku bilang mau mesen tadi, mesen donatnya," sambungnya berdusta.
"Hii, bohong," ucap Glen dengan tawa. "Siapa coba sekarang yang suka bohong?" tambah pria itu.
Nandira ikut tertawa. "Kamu, sih," gumam gadis itu malu.
"Jadi siapa yang m***m?" tanya Glen, malah kembali membahas tentang itu.
"Kamu …!" jawab Nandira agar pria itu puas.
"Jadi, aku? Oke kalau gitu." Glen bangkit dari kursinya, lalu kembali menggendong gadis itu.
"Glen …! Donatnya," ucap Nandira sebab pria itu sudah melangkah menuju tempat tidur.
"Besok aja, ya," kata Glen yang terus berjalan sambil menggendong gadis itu.