bc

MADU (Hamil Tanpa Disentuh)

book_age16+
89
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
HE
second chance
arranged marriage
heir/heiress
like
intro-logo
Uraian

Sekar menikah dengan Pradipta karena dijodohkan. Dia bersedia menerima perjodohan itu demi sang ibu tercinta. Namun baru dua bulan menikah, Sekar harus dikejutkan dengan penuturan Pradipta yang akan menikahi Melani--sahabat pria itu yang tengah berbadan dua.

Dan lebih mengejutkan lagi, konon bayi di perut Melani tersebut adalah benih Pradipta.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
"Aku akan menikahi Melani dalam waktu dekat." Gerakan tanganku seketika terhenti, begitu mendengar penuturan Dipta yang tak pernah kuduga sebelumnya. Bisa-bisanya pria yang baru mempersuntingku dua bulan lalu ini akan menikahi perempuan lain. Terlebih perempuan itu adalah Melani. Melani adalah seorang aktris, model dan bintang iklan yang kerap membuat skandal melalui foto-foto syurnya dan kelakuannya yang sering keluar masuk diskotik. Aku tidak mengenal Melani secara dekat. Sedikit yang kutahu, perempuan cantik yang memiliki darah campuran Indonesia-Belanda itu adalah sahabat Dipta sejak mereka kecil. Saat pernikahanku dan Dipta digelar dua bulan lalu, Melani hadir dengan kakeknya dan duduk bersama dengan keluarga besar Dipta. "Kenapa kamu menikahinya?" tanyaku, menatap Dipta datar setelah meletakkan alat makanku. Tidak, aku sedang tidak cemburu. Aku hanya perlu memastikan alasan Dipta menikahi perempuan itu masuk akal. "It's none of your business." Dipta menjawab dengan ekspresi marah. "Aku sedang tidak meminta izinmu, Sekar. Kalau kamu memang tidak ingin ada dalam pernikahan ini. I will immediately arrange our divorce," sambungnya dengan angkuh. Aku memilih diam untuk beberapa saat. Menatap tajam pada pria bernama lengkap Pradipta Bhumika, yang selama dua bulan ini terhitung tidak lebih dari sepuluh kali mengajakku berbicara. Selebihnya, Dipta hanya menganggapku seperti sosok tak kasat mata di apartemen ini. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan sikap dingin Dipta selama ini. Karena pernikahan kami terjadi atas desakan Ibu Dipta dan Ibuku. Sebagai seorang anak, kami berdua tidak menolak perjodohan ini karena tidak ingin mengecewakan ibu kami masing-masing. Lagi pula, mereka tidak mengharuskan kami untuk menjalani rumah tangga ini selamannya. Jika sampai satu tahun lamanya, kami belum menemukan kecocokan dan saling mencintai, mereka mengizinkan kami untuk berpisah. Tetapi, tentu saja bukan sesingkat ini pernikahan yang kumau, jika aku harus berpisah di bulan kedua pernikahanku dengan Dipta, karena pria itu akan menikahi Melani. Paling tidak satu tahun, sesuai kesepakatan kami dengan kedua ibu kami. Namun, aku juga tidak ingin berbagi suami dengan perempuan lain. Meskipun pada kenyataannya, pernikahan yang kujalani dengan Dipta, tidak lebih dari sekadar pernikahan palsu. Aku tetap tidak ingin menjalani pernikahan yang begitu singkat. Kami memang hidup di bawah atap yang sama. Tetapi, kami tidur terpisah dan tentu saja tidak pernah saling ikut campur tentang urusan kami. Kami bahkan nyaris tidak bertemu, jika bukan pada akhir pekan, karena kesibukan kami mengurus pekerjaan. "Pernikahan akan digelar secara private di Bali. Kamu bisa hadir jika kamu bersedia. Undangan akan kukirim melalui email." Dipta berkata lagi dengan suara maskulinnya-berat dan sedikit serak. Aku dilema, di satu sisi aku tidak ingin menjalani pernikahan poligami. Di sisi lain, aku juga tidak ingin jika harus pernikahanku dengan Dipta berakhir secepat ini. Ini bukan semata-mata karena perasaan. Tentu saja aku belum mencintai Dipta, meski sosok Dipta dari segi visual dan karirnya membuat perempuan manapun akan berusaha menarik perhatian pria itu. Ini tentang harga diriku. Aku tidak akan sanggup dicap buruk jika berpisah dengan Dipta di bulan kedua pernikahan kami. "Apa orang tuamu tahu soal ini?" tanyaku setelah sekian lama hanya membisu. "Menurutmu?" Dipta bertanya balik dengan satu alisnya yang terangkat dan seringai kecil di sudut bibirnya. Huh, menyebalkan sekali ekspresinya. "Kasih aku penjelasan, mengapa kamu harus menikahi Melani di saat umur pernikahan kita masih dua bulan? Mengapa kamu tidak menikahinya nanti saja, setelah kita berpisah?" tuntutku marah. "Sudah kukatakan tadi, jika kamu tidak ingin berada di pernikahan ini, aku akan mengurus perceraian kita segera." "Kita diberi waktu satu tahun oleh Mama dan Ibu, untuk saling mengenal, Dipta. Kenapa kamu harus melakukan ini sekarang? Kalau memang kamu sudah berniat akan menikahi Melani, mengapa kamu tidak menolak perjodohan kita saja sejak awal? Kenapa harus seperti ini?" Dipta menatapku lekat sebelum menjawab pertanyaanku. "Semoga jawabanku ini membuatmu paham, mengapa aku harus menikahinya." Dipta memberi jeda pada kalimatnya. She's pregnant." "Ya Allah." Refleks aku membekap mulut dengan kedua tanganku. Benar-benar aku tak menduga hubungan Dipta dan Melani sudah sejauh itu. "So, your relationship is not just best friends. You guys are a couple. My guess is totally true, isn't it? "Nope." Dipta menegakkan tubuhnya, lalu memijat tengkuknya sekejap. "Its just an accident. Kami bertemu di klub waktu itu, minum bersama dan akhirnya semuanya terjadi begitu saja," jelasnya kemudian. "Berapa bulan kehamilannya?" "Four months." Aku menghela napas mendengar jawaban Dipta. Kehamilan Melani sudah cukup besar dan bayi itu sudah ditiupkan ruh oleh pemilik semesta ini. "Kamu yakin bayi itu adalah anakmu, Dipta?" tanyaku. Teringat sepak terjang Melani, bukan hal mustahil jika perempuan itu kerap bergonta-ganti pasangan, bukan? Bisa saja, Melani hamil dengan pria lain, namun justru meminta pertanggungjawaban pada Dipta. "Jangan pernah merendahkannya!" "Aku tidak bermaksud merendahkannya, Dipta. "Tetapi kamu tentu sangat tahu bagaimana perilaku Melani selama ini. Foto-foto seksinya tersebar di mana-mana, keluar masuk diskotik dan sering bergonta-ganti pasangan. Aku yakin, bukan hanya denganmu saja dia melakukan perbuatan zina itu," ujarku mencoba membuka pikiran Dipta. "Anakku atau bukan, aku akan tetap menikahi, Melani. Camkan itu, Sekar!" Dipta kembali berkata dengan intonasi tinggi. Aku yang merasa kalah, memutuskan untuk diam. Berdiri dari meja makan membawa serta peralatan makanku, aku menuju kitchen sink. Aku terdiam beberapa saat, memandangi tumpukan peralatan masak yang kugunakan tadi, untuk menetralkan detak jantungku yang serasa menggila. Amarah dan kecewa berkumpul menjadi satu di sana. Akan tetapi, aku tidak bisa berkutik. Hanya ada dua pilihan untukku. Aku tetap menjalani pernikahan ini dan harus berbagi suami dengan Melani, atau berpisah dengan Dipta di saat umur pernikahan ini baru menginjak bulan kedua. Oh, Allah, mengapa harus seperti ini? Bersambung

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dokter Jiwaku Membuatku Menggila

read
15.7K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
7.0K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
4.3K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
4.8K
bc

CINTA ARJUNA

read
18.4K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
2.7K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
26.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook