Didalam mobil, Dira mengeluarkan ponselnya dan menghubungi orang rumahnya, menginfokan kalau dirinya tidak pulang kerumah hari ini karena ada acara sama teman-temannya diluar kota, alasan Dira saja sebenarnya. Karena perasaan dira sedang tidak baik-baik saja saat ini, kalau sudah seperti ini dia butuh menenangkan diri. Dira tidak mungkin pulang kerumah dengan kondisi seperti sekarang. Jangan sampai ayah dan bundanya lihat kondisi dirinya saat ini.
"Ra, kamu beneran mau ada acara sama teman-teman kamu?" Tanya Arka karena mendengar saat Dira telp tadi.
Dira hanya menunduk dan menggelengkan kepala. Tubuh Dira berguncang, dia menutup muka dengan kedua tanganya.
"Ra! Dira, hei sini." Arka menarik tubuh Dira kedalam pelukannya karena tau Dira pasti menangis dalam diamnya.
"Kalau mau nangis ya nagis disini aja Ra, keluarkan semua kesedihan kamu disini, didadaku." kata Arka, mengusap kepala Dira yang berada dipelukan Arka.
Tangis Dira pecah saat itu, air mata yang Dira tahan selama didalam cafe akhirnya mengalir juga keluar dan membasahi kemeja Arka. Setengah jam Dira menangis dipelukan Arka sampai akhirnya Dira tertidur. Arka yang sadar kalau Dira tertidur karena terlalu lelah menangis, menaruh tubuh Dira di kursi mobilnya pelan-pelan takut Dira terbangun,dan memperbaiki posisi kursi mobil agar Dira nyaman.
Arka bingung mau bawa Dira kemana, dia tidak tahu rumah dira dimana, bawa ke rumahnya lebih ga mungkin. Akhirnya Aeka membawa Dira ke apartemen Arka yang berada di bilangan kawasan Kuningan Jakarta Selatan.
Tiba di apartemen, karena dira masih tertidur dimobil, Arka mengendong Dira ala bride'style sampai dalam kamar apartemen Arka. Diselimutinya tubuh Dira, lalu mencium kening Dira dengan lembut.
Arka duduk di sofa yang ada di kamarnya sambil memandang wajah dira yang pulas tertidur. Ga ada habisnya memandang wajah Dira, entah perasaan apa yang ada dihati Arka saat ini. Ingin rasanya melindungi gadis yang ada dihadapannya. Gadis yang berpura-pura kuat tapi sebenarnya rapuh, Arka lihat itu saat di cafe. Dira berdiri tegar walaupun cacian makian tuduhan dilayangkan kedirinya, tapi Dira menangis didalam mobil didalam pelukan Arka. Dia juga ga habis pikir ada apa dengan masa lalunya Dira, ingin rasanya mengenal Dira lebih dalam lagi. Mulai saat ini Arka berjanji dalam hatinya akan selalu menjaga Dira, memberi kebahagiaan pada Dira, tidak ada lagi air mata kesedihan. Karena Arka sadar dia mulai sayang sama Dira. Mulai ada bibit cinta di antara mereka, bukan karena Arka kasihan setelah kejadian tadi di cafe, tapi semenjak pertemuan mereka di acara reuni SMA waktu itu Arka mulai jatuh cinta pada sosok Dira walau belum mau menegaskan rasa itu. Sesaat Arka melupakan rencananya yang telah dia susun selama ini, hati kecil Arka masih ada rasa iba untuk Dira.
Arka menghubungi asisten pribadinya dan sekretarisnya kalau dia tidak.kembali kekantor saat ini. Dan meminta asistennya untuk membelikan dua set pakaian wanita komplit beserta underware, tidak lupa beli makanan untuk porsi dua orang. Karena arka ingin Dira menginap di apartemennya untuk menenangkan diri dari pada ketempat yang tidak jelas.
Ting!
Tong!
Bell pintu apartemen Arka bunyi, karena tahu siapa yang datang Arka langsung membuka pintu dan menyuruh masuk.
"Ini boss pesanannya," suara Tino yang besar menggelegar disana.
"Sssttt!!! berisik loe, volume suara dikondisikan yah," kata Arka
"Loh kenapa bos? kan ga ada siapa-siapa juga disini,"
"Ada yang lagi tidur dikamar,"
Tino yang sudah paham langsung diam dan meletakan pesanan bossnya itu di meja ruang tamu, dua set pakaian wanita komplit dan juga dua porsi makanan, tentu saja Tino paham. Tapi pahamnya Tino hanya satu pihak. Dia berasumsi sendiri. Sudahlah bukan urusan Tino juga, itu privasi si boss. Kalau urusan wanita Tino tidak ikut campur terlalu dalam. Akhirnya Tino ijin pergi kembali kekantor.
***
Dira POV
Saat bangun, aku mencoba membuka mataku tapi kepalaki pusing efek terlalu lama menangis. Ya ampun aku ketiduran, kamar siapa nih? kalau cium aromanya seperti tidak asing, parfum Arka ya ini parfumnya. Tadi siang setelah kejadian itu aku nangis didadanya, isshhhh malunya! sumpah! bisa-bisanya nangis dipelukan Arka, apa katanya nanti. Gadis cengeng, hmmm biarin deh sudah terlanjur sudah kejadian ini.
Kepalaku pusing, perut juga laper. Aku baru berasa lapar karena tadi siang tidak jadi makan siang dengan Arka. Apa dia sudah makan siang?
***
Dira beranjak dari kasur dan keluar kamar, saat membuka pintu kamar dia langsung bertatapan dengan mata Arka yang sedang duduk disofa bersama laptop dipangkuannya,
"Hei! dah bangun? gimana tidurnya? nyenyak? laper ga? mau makan?" Tanya Arka bertubi-tubi
"Kaya wartawan aja banyak pertanyaan," Dira bingung mau jawab yang mana dulu.
"Hahaha, duduk sini," kekeh Arka sambil menepuk-nepuk sofa, meminta Dira duduk disebelahnya. Dira pun menurit duduk disana.
"Maaf yah," ucap Dira karena merasa ga enak hati karena sudah merepotkan Arka.
"Untuk apa?" tanya Arka
"Untuk semuanya, salah satunya ini, kantor kamu jadi pindah kesini" Dira melihat berkas kerjaan Arka yang berantakan dimeja.
"Aku yang minta maaf karena bawa kamu kesini, karena bingung mau bawa kemana, rumah kamu aku ga tau dan tadi kamu telpon orang rumah kalau kamu gak pulang,"
"Iya gak apa-apa, aku kalau lagi ada masalah memang selalu melarikan diri ke suatu tempat sampai aku tenang baru pulang. Karena gak mau orang rumah lihat aku dalam kondisi seperti ini,"
"Maaf yah Ra, seharusnya gak seperti ini acara makan siang kita tadi,"
"Apaan sih minta maaf mulu kaya lebaran hehehe,"
Arka terdiam melihat Dira tertawa seperti itu lebih cantik dari pada saat dia menangis.
"Kamu laper gak?" Tanya Arka lagi karena tadi gak dijawab sama Dira,
Krruuukkk!!!
perut Dira bunyi sebelum dia jawab pertanyaan Arka. Pipi Dira langsung merah karena malu
"Hehehe, laper." kata Dira malu-malu
"Kita delivery aja yah, kamu mau makan apa?"
"Makan kwetiaw yg super pedas,"
"Jangan terlalu pedas juga kali, Ra."
"Kepalaku pusing pengen makan yang pedes banget biar seger"
"Kepala kamu sembuh, perut kamu sakit karena cabai"
Kali ini Dira yang terdiam karena perhatian kecil yang Arka berikan.
"Kenapa gak masak aja?" Dira memberikan saran lain
"emang kamu bisa masak?"
"Hmmm meremehkan kemampuan memasak Anindira Eleanor Baran, anda"
"Iya iya percaya deh, tapi kali ini aku ga akan membiarkan kamu masak dengan kondisi seperti ini, lagian isi kulkas aku kosong, Ra. Apartemen ini jarang sekali aku tempati jadi gak ada bahan-bahan makanan," jelas Arka.
Akhirnya pesanan mereka pun datang.