Biancha menghela nafas. Lalu dia mulai bercerita kepada Jericho, Lelaki yang membeli kesuciannya, tentang kisah hidupnya yang sangat tragis. Di mulai dari saat Biancha dan mamanya meninggalkan kota Jakarta menuju Batam untuk mencari ayahnya yang awalnya pergi ke Kota Batam untuk bekerja sebagai staff marketing di pabrik elektronik untuk menghidupi Bianca dan mamanya, tapi berakhir ayahnya menikah lagi dengan janda kaya raya. Menghela nafasnya sekali lagi. Bianca melanjutkan ceritanya.
“ Aku dan mama, ditolong oleh Kak Di dan di bawa ke rumah kontrakannya di Sintai. Mamaku sadar kembali keesokan harinya, tapi setelah sadar, dia tidak bisa lagi bertindak sebagai seorang ibu yang melindungi dan menyayangi anaknya. Mamaku hanya bisa termenung dan duduk di depan pintu rumah kontrakan Kak Di. Kadang dia tertawa sendiri atau menangis. Mentalnya jadi terganggu karena tidak sanggup menghadapi tekanan yang diterimanya. Jadi mamaku tidak bisa jadi wanita penghibur, mana ada lelaki yang mau tidur dengan orang gila, yang seminggu tidak mandi kalau tidak di paksa. Mana ada lelaki yang mau melepaskan hasrat mereka kepada seorang wanita yang tiba-tiba bisa berteriak tanpa sebab atau menangis meraung-raung.” Air mata Bianca mengalir dari sudut matanya.
“ Oh… Mamamu jadi gila?” Tanya Jericho mengenggam tangan Bianca untuk memberinya kekuatan.
Bianca mengangguk sambil menghapus air matanya
“ Kalian tetap tinggal bersama Kak Di di rumah kontrakannya?” Tanya Jericho lagi.
“Kak Di, kasihan padaku, dia menganggapku sebagai adiknya, usia kami hanya beda 9 tahun. Saat itu kak Di berumur 19 tahun, jadi aku dan mama tetap tinggal di kontrakan Kak Di. Akulah yang merawat mama, memandikannya dan memberinya makan sepulang sekolah. Kak Di melarangku mengikuti jejaknya untuk menjadi wanita penghibur, karena katanya dia ingin aku sekolah yang tinggi agar kami bisa berdua bisa keluar dari lokalisasi Sintai. Dan aku belajar sekuat tenaga sehingga lulus cumlaude agar aku bisa membawa Kak Di keluar dari lokalisasi.” Bianca terus menghapus air matanya.
“ Lalu kenapa kamu berakhir menjual keperawananmu malah Kak Di yang menjualmu di internet. Kalau dari awal dia sudah bersusah payah menyekolahkanmu. Apakah Kak Di mu menunggu saat yang tepat untuk menjualmu? ” Tanya Jericho tak mengerti.
“ Jangan berbicara seperti itu tentang Kak Di. Dia itu wanita baik, hanya nasib kami yang tidak baik. Aku yang memaksa Kak Di menjual keperawananku. Setelah tamat kuliah , aku diterima bekerja di kantor pengacara sebagai asisten paralegal. Kantornya tidak besar hanya ada dua orang pengacara dan satu orang paralegal dan aku asisten paralegal merangkap OB. Gajiku juga tidak banyak, hanya cukup untuk makan dan biaya kami sehari-hari. Kak Di yang lebih banyak membiayai kebutuhan rumah. Tapi Kak Di tidak pernah mengeluh. Dia yang menyuruhku untuk sabar bekerja dengan gaji yang sedikit karena kata Kak Di, tahun pertama bekerja itu ibarat masih kuliah praktek, tapi dapat gaji, karena di sana kita belajar hal sesungguhnya untuk menjadi seorang pengacara sejati, sedangkan di kampus hanya belajar teori.” Kata Bianca menarik nafas lagi.
“ Wah.. Hebat tuh pemikiran Kak Di mu.” Kata Jericho.
“ Iya, Kak Di wanita hebat, dia orang yang sangat baik hanya nasibnya sungguh malang” Bianca kini menangis terisak-isak.
Bagaimanapun semua ini dia lakukan untuk menolong Kak Di dan mamanya. Kalau tidak dia lakukan , mereka berdua akan mati. Keinginannya untuk menjadi pengacara harus Bianca kubur dalam-dalam, karena menjadi pengacara itu tidak bisa dapat banyak uang, kalau belum terkenal. Jadi terpaksa jalan ini yang dia pilih, menjadi Pela.cur untuk lelaki berduit. Pertama kali saja dia sudah berhasil mendapatkan uang 100 juta dan uang itu akan dia pergunakan untuk menyelamatkan hidup Kak Di dan mamanya.
“Jadi kamu melakukan ini untuk Kak Diana? Emang dia kenapa?” Tanya Jericho penasaran. Mendengar cerita Bianca dia bagaikan menonton telenovela.
“ Kak Diana terdiagnosa HIV.” Kata Bianca pelan sambil tertunduk
“ Hah??? “Jericho terkejut . Terkena HIV bagi seorang pela.cur ibarat kehilangan kaki bagi seorang atlt.
“ Jadi Diana tidak lagi bisa menjadi pelaacur, dia memutuskan menjadi mucikarimu dan starting dengan menjual keperawananmu. Ini debut pertamanya beralih dari p*****r menjadi mucikari?” Tanya Jericho.
“ Aku yang memaksanya. Karena obat abat antiretroviral itu sangat mahal. Kami harus mempunyai uang yang cukup agar Kak Di bisa rutin mengkonsumsi obat itu. Dengan jadi mucikariku, Kak Di, tidak perlu lagi bekerja, dia akan mendapatkan komisi dariku dan juga uang itu akan aku pergunakan untuk memasukkan mamaku ke panti rehabilitasi mental di Bogor.” Bianca menjelaskan kali ini sudah tidak dengan tangisan. Pasti air matanya sudah kering atau dia sudah mencoba berdamai dengan keadaannya.
“ Jadi kalian mau pindah ke Bogor dari Batam?” Tanya Jericho.
“ Iya, uang ini adalah modal bagiku dan Kak Di untuk pindah. Aku dan Kak Di akan tinggal di Jakarta dan mamaku akan aku masukkan ke panti itu. Tiket kapal ke Jakarta sudah kami beli untuk besok malam. Itu sebabnya aku tidak bisa lagi menemanimu di sini. Di Jakarta lebih banyak peluang menjadi wanita penghibur kelas atas. Aku tidak mau menjadi wanita penghibur di lokalisasi seperti Kak Di yang sekali main hanya dihargai ratusan ribu. Aku ingin menjadi wanita panggilan kelas atas, yang sekali buka kaki, seperti istilahmu, bisa dapat puluhan juta. Dan di Jakarta peluang itu lebih banyak. ” Kata Bianca dengan tekad bulat.
“ Tapi kamu bukan artis atau selebritas, susah pasti dapat angka puluhan juta, paling mentok hanya bisa dapat 2 juta.” Kata Jericho menjelaskan sesuai informasi yang dia dapatkan dari teman-temannya yang suka main dengan artis atau selebgram.
“ Dua juta lebih baik dari ratusan ribu, itu artinya aku hanya perlu buka kakiku untuk dua tiga pria dalam sehari. It’s okay, toh aku sudah terlanjur basah. Buka sekali juga akan dikatakan pela.cur. Jadi satu pria atau tiga pria tidak ada lagi bedanya.” Kata Bianca dengan senyum kecut di bibirnya.
Jericho menggeleng-gelengkan kepalanya, dia sungguh kasihan mendengar kisah hidup Bianca. Mengapa ada kisah begitu tragis yang terjadi pada kehidupan seseorang. Bianca , mamanya dan Diana ibarat pemain telenovela yang kebagian akting menangis dari episode pertama sampai episode terakhir dan tidak pernha ada adegan tertawa buat mereka.
Menghela nafasnya Jericho berkata “ Nggak niat cari pekerjaan di law firm di Jakarta? Aku bisa merekomendasimu pada law firm yang menangani perusahaanku. Kalian berdua bisa hidup hemat, ngontrak di rumah kontrakan berpetak 3 harganya hanya sekitar 800 ribu kalau di pinggiran Jakarta dan mungkin Kak Diana bisa menjual makanan secara online untuk menambah penghasilan. ”
“ Aduh, Ko.. Semua cara sudah kami pikirkan, tentang bagaimana kami bisa menyambung hidup di Jakarta. Semua tidak bisa. Dengan aku yang bergaji paling tinggi 5 juta perbulan karena biaya panti rehabilitasi mamaku itu harus dibayar pertahun. Untuk tahun pertama ini sudah ada, dari uang hasil jual keperawananku tapi setahun itu sangat cepat berlalu, aku harus menabung untuk tahun berikutnya,karena sudah tidak ada selaput yang bisa kujual lagi.” Bianca tersenyum semakin getir.
“ Kenapa mamamu harus masuk panti rehabilitasi? Kenapa tidak dibiarkan di rumah saja, seperti sekarang?” Tanya Jericho tak mengerti.
Bianca menangis lagi. Hatinya sedih dan teriris perih bila berbicara tentang mamanya. Dengan suara terbata-bata dia berkata.
“Mama tidak bisa lagi kita tinggalkan di rumah sendirian,pada saat aku bekerja karena… Karena…….”