Orang yang usil.

1147 Kata
Kini Hilda sudah berada di pesawatnya, kebetulan dia mendapatkan bangku di dekat jendela, untuk pertama kalinya dia memesan penerbangan VIP. Dia sengaja membeli tiket mahal ingin merasakan untuk pertama kalinya dilayani oleh para pramugari dan pramugara dengan sangat ramah, karena yang dipesannya adalah tiket kelas 1 VIP. Dia memanjangkan bangkunya agar dia dapat meluruskan kakinya, ini memang bukan penerbangan pertamanya, tapi untuk ke luar negeri ini adalah pengalaman pertamanya, biasanya dia memesan kelas ekonomi, dia kesulitan untuk meluruskan kakinya. "Enak banget mereka jadi orang kaya, sementara gue harus mengeluarkan uang yang banyak untuk bisa ngerasain ini, kayaknya kudu dapat suami yang kaya nih, biar hidup senang" ucap Hilda, dia tidak menyangka ada seorang pria yang mengawasi gerak-geriknya sejak tadi, sebab orang itu melihat Hilda begitu norak, sebentar-sebentar memanggil pramugari untuk membawakan makanan minuman. "Dasar norak, perempuan kayak gini nih yang mencari lelaki kaya untuk dimanfaatkan" ucap pria itu yang terlihat jelas kesombongannya itu. Hilda pun, tidak sengaja menoleh ke samping, dia melihat seorang pria begitu sinis memandangnya, lalu mengalihkan pandangannya, dia berpikir apakah wajah sinis itu ditujukan padanya.? "Sorry, what's wrong? why you look at me like that..?" tanya Hilda dia bukan tipikal wanita yang tidak akan memendam kekesalan atau kejanggalan yang dirasakannya, dia langsung bertanya pada pria di sampingnya itu, karena perjalanan cukup lama, dia tidak ingin merasa canggung. "Aku mengerti bahasa Indonesia, tidak ada! hanya kau terlihat sangat aneh, kau memesan banyak makanan dan minuman, apakah perutmu itu tidak akan meledak..?" ucap pria yang arogan itu. "Masalahnya apa? apa kamu merasa dirugikan? urus aja urusanmu!" ucap Hilda, dia merasa tersinggung dia dianggap rakus oleh orang yang tidak dikenalnya, matanya pun kini terlihat sinis, kalau saja ini bukan di dalam pesawat, mungkin dia akan datang membentak atau melempar makanannya pada pria itu, suasana hatinya tidak baik karena pertengkaran dengan atasannya yang m***m itu, di tambah bertemu orang aneh ini. "Oke up to you" jawab pria eksentrik ini, memang seharusnya dia tidak usah memperdulikan kehidupan orang lain, tapi kebiasaannya yang detail dan perfeksionis itu, dia pasti memperhatikan di sekelilingnya. "Gak jelas banget sih ni orang, gue makan apa, minum apa, urusan sama lo apa?" gerutuan Hilda, dia ingin liburan untuk menenangkan pikirannya, agar terlepas dari bayang-bayang atasan m***m itu, tapi baru saja duduk di dalam pesawat, dan ingin menyenangkan diri, ada saja yang menghinanya, tujuannya adalah "Jepang" ingin sekali melihat gunung Fuji dan sakura. "Ya Tuhan, semoga hariku menyenangkan, jangan kau biarkan hal ini menjadi sandunganku." dalam benak Hilda. "Menjijikan... aku tidak berharap wanita seperti itu menjadi wanitaku" dalam benak pria itu, dia merasa jijik pada Hilda yang makan sangat rakus itu, padahal gadis itu makan biasa saja, karena memang porsinya sangat sedikit, dan jujur saja Hilda ingin mencicipi semua makanan yang disediakan di dalam ruang VIP ini, dia merasa rugi telah membayar mahal untuk fasilitas nomor satu ini. "Bodo amat lah, gua nggak mau rugi, udah berhenti kerja, baru aja pengen nikmatin hidup, masa makan aja dibilang rakus" benak Hilda, dia masih menyuapi hidangan Chinese itu, dimsum itu sangat lezat ditambah kue-kue yang sangat lezat, dia hanya tidak ingin menambah ekstra minuman. Beberapa jam berlalu, dia terlelap dan tibalah pesawat itu landing, seluruh penumpang sudah keluar, dan tinggal mereka bertiga, dengan asistensi pria itu, karena memang mereka membawa gadget yang banyak dan juga berkas perusahaan mereka. "Bu,? Anda sudah sampai, pesawat telah landing" ucap pramugari yang membangunkannya itu, sontak Hilda bangun, dia baru sadar kalau dia di dalam pesawat, gadis ini benar-benar payah, antara sadar dan tidak dia mengeyipkan matanya, untuk berusaha bangun dari tidurnya. "oh ya, makasih" jawab Hilda sementara pria itu memperhatikannya, dengan tatapan jijik, dia tidak percaya wanita ini seperti beruang lapar lalu tertidur. "Dasar kampungan" ucap pria itu pekan, yang baru bangun dari kursinya dan hendak keluar dari dalam pesawat, karena dia tidak ingin mengantri seperti kelas ekonomi, Hilda yang mendengar omongan itu, dia langsung berdiri dan langsung bergegas menghampiri pria itu dan mengangkat kerah jasnya. "Apa kata Lo? kampungan? lu pikir lo siapa? berani menghujat dan menilai gua kayak gini ! dasar kecoa berkerah putih..! kurang ajar, mulutmu bau busuk !" ucap Hilda dalam jarak dekat, dengan jarak sedekat ini, pria itu hanya gelagapan dan terkesima melihat amukan seorang wanita di depannya, dia melihat bibir kecil yang kumat Kamit, bibir penuh sensual dan mata yang bening berbinar. "Nona tolong jangan berbuat sekasar ini pada atasanku?" ucap sang asisten yang posisi tempat duduknya bersebelahan dengan pria sombong ini. "Kasar? eh babu, laki-laki kalau punya Mulut dijaga, gua mau makan, gua mau rakus, gua mau minum, urusan sama dia apa? dan sekali lagi yang kasar itu atasan loh ngerti?" jawab Hilda, pria ini baru saja lepas dari terkesimanya melihat cara berbicara wanita di hadapannya, dan dia baru saja mendehem, seperti orang batuk yang ditahan, dia melepas cengkraman Hilda pada jasnya tanpa berkata apapun, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Hilda dan tanpa kata-kata setelah, menerima amukan Hilda, baginya percuma menghadapi seorang wanita. "Maaf Bu apa ada masalah? tanya pramugari yang melihat Hilda menarik jas penumpang lain. "Aku tidak ada masalah, tapi laki-laki itu yang bermasalah" jawab Hilda, dia menarik tas yang ada di samping kursinya itu dengan kekesalan, dia benar-benar sial bertemu lelaki seperti ini. Sementara pria itu masih menenangkan detak jantungnya, dia adalah pria dingin yang tidak pernah merespon tindakan wanita manapun, bahkan seorang wanita yang ingin menawarkan diri mereka secara gratis padanya,itu tidak membuatnya terpengaruh seperti ini, tapi bibir dan mata itu selalu terngiang. " Menyebalkan, tidak mungkin dia bisa mempengaruhi ku" benak pria ini yang mengendurkan dasinya, dia merasa gerah bahkan menarik lepas dasinya itu. Sementara Hilda sendiri tengah berjalan keluar dari bandara ini, setelah diperiksa paspornya, dia melakukan solo travelling, tanpa rencana dan tujuan yang jelas, saat ini tujuannya adalah mencari hotel terdekat dan semurah mungkin. Seorang pria mendekatinya, tapi dia tidak paham bahasa Jepang, pria paruh baya ini melihat bahwa wanita di depannya ini tidak mengerti bahasa mereka, dan dia berusaha bertanya dengan bahasa Inggris sebisanya, Hilda pun faham ternyata dia seorang sopir taksi, yang bertanya apakah dia mau diantar ke tujuannya. "Please take me to the cheapest hotel in this city, if possible, not too downtown,I am a tourist who wants to enjoy the beauty of this country" ucap Hilda yang meminta sopir ini mencarikan hotel yang murah, dan dia tidak ingin di tengah kota, kalau bisa di pinggiran kota, dia bisa menikmati pemandangan kota sekitar sebelum dia mencari tempat-tempat wisata. "Fine I'll drop you off at a cheap hotel, but it's too noisy there, but it's not far from beautiful places". jawab sang sopir taksi itu. "It's not a problem" . jawab Hilda, toh dia sudah terbiasa dengan kebisingan kota Jakarta, dia ingin menikmati suasana baru, tapi tidak ingin juga menghabiskan uangnya, dia paham betul tentang kurs mata uang, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli tiket kelas 1, akan tetapi dia tidak ingin menghabiskan uangnya secepat itu, dia ingin menikmati suasana pemandangan di Jepang ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN