Ternyata dia di Indonesia.

1036 Kata
Hilda kembali ke kamarnya, tidak mungkin hari ini dia pergi ke bank, Hilda tahu hari sudah sore hari, dia memang memerlukan istirahat kali ini, bukan hanya tubuhnya yang sakit batinnya sangat sakit dan tersiksa. "Kurangajar ! laki-laki b******k, aku akan membalas semua ini !" ucap Hilda, dia sangat kesal, sepertinya dia ingin membunuh Edmund, ketika mengingat kejadian itu. Beberapa hari kemudian, keadaan Hilda sudah membaik, begitupun dengan perasaannya, semua urusannya sudah di selesaikan nya, ibunya selalu memperhatikan gerak-gerik putri semata wayangnya itu "Hilda, apapun yang terjadi denganmu, sebaiknya kau lupakan saja, hidup terus berlanjut lihatlah kita harus membayar sewa apartemen ini" ucap sang ibu, dia tahu putrinya ini sedang bersedih tapi hanya dia yang bisa diandalkannya. "Iya Ma, aku ingin melamar pekerjaan lagi" ucap Hilda, dia memang sedang bersiap-siap, sejak pagi dia sudah menyiapkan lamaran kerjanya. "Kamu mau ngelamar kemana? bagaimana dengan pekerjaan lamamu? apa kamu ga dapat pesangon? cukup lama lo Mama perhatikan kamu kerja di sana" tanya sang Ibu, dia tau putrinya sudah kerja lebih dari 5 tahun, meskipun resign, seharusnya mereka memberikan tanda terima kasih. "Udah ga usah ngarepin Ma, Hilda udah iklas, biarkan mereka memakan uang kerja kerasku selama ini, aku tidak ingin berurusan dengan kantor itu lagi" Jawan Hilda. "Mama tau ndok, tapi kan masa kamu ga di gaji dan di kasih pesangon? si Lina ko ga ada kabarnya ?" tanya sang ibu. "Aku tidak ada hubungan apapun lagi Ma dengan Lina, dia bukan teman yang baik" ucap Hilda, dia sangat kecewa pada Lina mereka berdua bersahabat baik sejak lama bahkan sejak remaja, tapi mengapa sahabatnya itu bahkan tidak bercerita tentang hubungan gelapnya dengan atasan mereka itu. Hilda tidak pernah tahu kalau gajinya itu memang dikeluarkan oleh atasannya, tapi tabungannya menipis, dia telah bersiap untuk melamar pekerjaan, "kali ini aku harus mendapatkan pekerjaan, aku harus membayar sewa apartemen ini !" Guman Hilda. "Ya sudah terserah kamu saja, semoga kamu dapat pekerjaan baru" ucap ibundanya mendoakan agar Hilda segera mendapatkan pekerjaan, Hilda pun keluar rumahnya berharap dia diterima bekerja, beberapa panggilan pekerjaan telah masuk melalui surealnya. Tak lama kemudian, Hilda sampai di sebuah perusahaan besar di bilangan Jakarta, Dia merapikan bajunya di toilet yang tidak jauh dari lobby, dia datang untuk menemui personalia, Hilda melamar untuk sekertaris direktur, dia berada di ruang tunggu untuk bergantian dengan pelamar lain yang sedang interview. Seseorang keluar dan memanggil namanya dia pun mengikutinya masuk ke dalam ruangan, Hilda berusaha tenang, dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, bahkan sering juga bertanya pada anak-anak magang, namun ketika dirinya yang akan di interview, dia pun merasakan kecemasan juga, tapi dia meyakinkan dirinya kembali, bahwa dia pasti diterima. "Semangat Hilda kalau sudah melalui ini, kau hanya mengulanginya saja" benak Hilda menyemangati dirinya sendiri, dia harus segera mendapatkan pekerjaan ini, mendapatkan bayarannya, sebab tabungannya sudah sangat menipis, sepertinya dia ingin membeli rumah, dia sudah sangat lelah dengan apartemen yang biaya sewanya sangat mahal. Hilda tidak pernah tahu kalau itu adalah salah satu anak perusahaan dari atasannya terdahulu, seseorang mengenalinya namun Hilda tidak, dia diterima di sana, tapi Hilda diminta untuk menunggu kabar kapan dia akan bekerja. "Baiklah, selamat bergabung di perusahaan kami tapi kau akan menunggu kabar dari kami kapan kau akan bekerja " ucap seorang peinterview. "Terima kasih Pak untuk kesempatannya" jawab Hilda dengan sumringah, sementara pria itu langsung menghubungi atasannya di kantor pusat yaitu kantor lama Hilda. "Pak Bos ternyata nona Hilda melamar di cabang perusahaan kita yang lain, aku menerimanya tapi aku belum menentukan kapan dia akan mulai bekerja di perusahaan kita" ucap Alan yang merupakan manajer kepegawaian di perusahaan ini. "Hahaha.., bagus sekali Alan kau memberikan kabar yang sangat baik, tolong jaga wanita itu dia adalah wanitaku terima saja dia bekerja di sana dan aku akan memberikan kejutan untuknya " ucap mantan atasan Hilda itu, dia langsung menyusun rencana untuk menjebak Hilda, dia masih penasaran ingin mendapatkan Hilda. lamunannya itu terbuyarkan karena asistennya yang menggantikan Hilda mengabari kalau pemilik dari perusahaan ini sudah ada di Indonesia, seorang founder dan CEO dari perusahaan yang dijalaninya, dia hanya seorang direktur yang menjalani perusahaan orang lain. "Pak Bos? Tuan Edmund sudah ada di Indonesia, asistennya berkata mereka bertandang dari Jepang dan langsung ke Indonesia" ucap sang asisten. "What do you say how is it possible I don't know.? cepat katakan pada para penyelia untuk mempersiapkan diri kita harus menyambutnya dengan meriah " ucap direktur m***m ini. "Ternyata dia di Indonesia, oke tidak apa-apa aku akan menambah urusan Hilda mungkin dia ingin memberikanku bonus". khayalan sang direktur m***m ini. Sementara Hilda telah kembali dan memberikan kabar baik pada ibunya, kalau dia sudah diterima bekerja, tanpa tahu itu adalah perusahaan milik lelaki yang telah menodainya, dan juga mantan atasan mesumnya. "Ma? aku sudah diterima bekerja, bagaimana Ma?, apa Mama senang?" ucap Hilda. "Yang pasti Mama senang, berarti kamu ada uang untuk bayar sewa apartemen setahun ke depan, lagian hidup udah sulit begini, ngapain kamu tuh pergi ke Jepang, akhirnya kayak gini toh?" ucap sang ibu yang menyayangkan tindakan putrinya berlibur di saat keadaan mereka begitu sulit. "Aku tahu Ma, awalnya aku berpikir untuk menenangkan diri ternyata, ah' sudah, semua telah terjadi aku akan bangkit menjadi lebih baik lagi ?" ucap Hilda dengan mata berbinar, air matanya mengambang di pelupuk matanya, ibunya pun menyesal telah mengungkit kejadian kemarin. "Maafin Mama ya ndok? kadang Mama kesal dengan kejadian kemarin, seandainya kamu tuh nggak jadi pergi mungkin kamu baik-baik aja di sini, tapi jalan hidup orang itu berbeda, kakekmu selalu berkata manusia memikul takdirnya masing-masing" ucap sang ibu dia akhirnya pun ikut meneteskan air mata, dan dengan segera menyeka air mata itu. "Iya Ma, mungkin udah takdir Hilda, semoga badan kita jadi lebih baik" ucap Hilda. "Bersyukur anak Mama pinter, jadi cepet dapat kerja, kalau bapakmu ada dan tidak pergi dengan wanita simpanannya, mungkin keadaan kita tidak seperti ini, sampai akhir hayatnya dia meninggal di tempat wanita simpanannya" ucap sang ibu "Udah Ma, nggak usah diingat lagi, sekarang kita sudah bahagia tidak perlu ada ayah yang tidak setia" ucap Hilda, ucap Hilda dalam benaknya dia kembali merasakan kegetiran ternyata dia memang dari keluarga broken home, yang berjuang untuk kemapanan hidup, ternyata bukan dia saja yang merasakan penderitaan ibunya pun, dia lupa bawa sang Ibu menderita selama ini membesarkan dirinya, dia bertekad akan membahagiakan sang ibu.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN