Misteri Sekolah Berhantu

Misteri Sekolah Berhantu

book_age0+
1.5K
IKUTI
8.2K
BACA
stepfather
EXO
like
intro-logo
Uraian

Penangkapan hantu itu bukan perkara yang gampang. Banyak hal yang harus dilakukan sebelum memulai itu.

Penelusuran yang penuh dengan misteri memerlukan tenaga ekstra. Sekali menelusuri dan menangkap, jika salah sedikit pun bisa jadi NYAWA TARUHANNYA!

chap-preview
Pratinjau gratis
1
Siapa bilang manusia yang tidak mempunyai kemampuan lebih tidak dapat melihat atau menangkap hantu? Aku bisa melakukannya, tapi aku hanya bisa melihat bayang saja dan kadang bisa merasakan kehadirannya. Btw, namaku Ahmad Adam William. Ini kisahku yang berjuang mati-matian untuk menangkap hantu walaupun di bantu oleh beberapa orang dan melajutkan penelusuran yang diberikan oleh Alexandra kepada saya. *** Adam terbangun dengan nafas yang tidak beraturan dan dipenuhi oleh keringat disekujur tubuhnya. Dia tau dan sadar kalau dia bermimpi buruk lagi. Mimpi yang selalu menghantuinya setiap saat. Mimpi yang selalu membuatnya terjaga dimalam hari. Adam mengusap wajahnya dan melihat kearah jam dan sudah menunjuk pukul 06:00, sedangkan pelajaran dimulai pukul 08:00. "Oh s**t!" Ketus Adam sambil mengacak rambutnya ketika mengingat kalau sekarang ada ujian matematika. Adam tahu kalau dia jago matematika bahkan semua rumus matematika yang di pelajari dia sudah hafal karena dia mempunyai ingatan yang luar biasa untuk rumus matematika, tapi apa salahnya kalau belajar dan mengerjakan soal walaupun semua rumus sudah di hafal di luar kepala? Harus kah bersikap sombong? Adam rasa itu tidak perlu. Setelah mandi, Adam langsung bergegas turun menuju ruang makan lalu bergegas pergi ke sekolah. "Den..." Panggil pak Muklis. Aku menoleh. "Ada apa?" Tanya Adam. "Sebentar jam berapa den pulang?" Pak Muklis balik bertanya. Adam mendengus kesal lalu pergi masuk ke dalam sekolah dan tidak menjawab pertanyaan pak Muklis yang menurutnya tidak masuk akal. Seperti biasa, ketika dia di sekolah dia selalu mengeluarkan muka datarnya dan tidak menjawab sapaan dari para murid. Adam memang terkenal karena kepintaran dan ketampanannya tapi dia tidak pernah menganggap dirinya terkenal bahkan dia sangat tidak suka ketika dia di panggil 'cowok terkenal disekolah'. Itulah Adam. Adam duduk dibangkunya. Menatap pemandangan diluar kelas yang cukup indah, ditemani oleh langit yang berwarna biru. "Wooyy!!" Teriak Anisa (teman dekat Adam) dan membuatnya kaget lalu dia duduk disamping Adam. Adam menatapnya tajam lalu membuang pandangannya kearah luar. "Dam..." Panggil Anisa yang memukul-mukul belakang Adam. "Hmm." Jawab Adam. "Balik dulu." Ucap Anisa yang memaksa Adam untuk berbalik. Adam mendengus kesal lalu membalikkan badannya dan menatap Anisa dengan tatapan malas. "Ada apa?" Tanya Adam. "Kamu tau kalau sebentar itu ulangan matematika!!!!" Ucap Anisa dengan senyum lebar kegirangannya. Adam mengangkat satu alisnya. "Trus?" Tanya Adam. Anisa tersenyum lalu menusuk-nusuk pipi Adam dengan jari telunjuknya. "Trus... jangan pelit-pelit ya." Jawab Anisa cengengesan. Adam menghela nafasnya kasar. Dia sungguh tidak suka dengan sifat Anisa yang selalu seperti ini. Tidak mungkin dia terus-menurus meminta jawaban kepada Adam. Tidak bisakah gadis ini untuk belajar? "Ogah! Lo kenapa nggak pernah belajar, sih?" Tanya Adam dengan nada agak marah. "Yah.... karena gue nggak pernah mengerti. Ya udah kalau lo nggak mau." Ucap Anisa lalu meninggalkan Adam sendiri dengan kepala tertunduk. Adam mengacak-acak rambutnya kesal. Dia tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu dengan Anisa tapi dia juga harus belajar untuk ulangan seperti ini, apalagi sebentar lagi akan Ujian Nasional. Semuanya bisa berantakan kalau Anisa tidak pernah belajar. Sadar atau tidak sadar Adam melihat nenek tua sedang berdiri di depan pintu kelas Adam dan memandangnya dengan tatapan tajam penuh balas dendam. Seketika itu Adam menjadi merinding dan dia membuang pandangannya sebentar lalu kembali lagi menatap nenek tua yang berdiri di depan pintu kelas tapi nenek tua itu telah menghilang. Adam mengucek matanya dan mengacak rambutnya dan sesekali memukul mejanya pelan. "Hantu itu tidak ada." Ucap Adam lalu dia memutuskan untuk belajar karena 5 menit lagi bel sekolah berbunyi. *** "Adam!" Taylor (sahabat Adam) memanggilnya dari kejauhan. Adam menoleh dan mendapatkan Taylor yang sudah dekat dengannya. "Dam.." Panggil Taylor dengan nafas tidak beraturan sambil memegang pundak Adam. "Ada apa?" Tanya Adam. "Ke office yuk." Ajak Taylor. Adam mengangkat satu alisnya. "Untuk apa?" Tanya Adam. "Hmm... ada berita baru kalau dulu kakak lo Alexandra itu pernah bilang kepada om gue bahwa dia akan menyuruh orang terdekatnya untuk melanjutkan pemburuannya. Mungkin lo. Karena lo kan juga orang terdekatnya kak Alexandra." Jelas Taylor. Adam menghentikan langkahnya. "Terus? Kenapa baru sekarang lo dapat beritanya?" Tanya Adam. Taylor menganggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dan mengangkat bahunya tanda tidak tahu. "Nggak tahu bro. Kata om gue itu baru didapatkan dan pernah hilang. Om Irfan nyuruh gue bilang hal ini kepada lo dan nyuruh lo untuk pergi ke office." Jelas Taylor. Adam menghela nafasnya pelan. "Okay okay.." Ucap Adam yang di jawab oleh senyum lebar dari Taylor. *** Ketika sampai di office, Adam dan Taylor memasuki ruangan yang dipenuhi oleh catatan yang berisi peristiwa penting yang ditempalkan di dinding. Sungguh menakjubkan untuk orang pecinta berita. "Hai om!" Sapa Adam dan Taylor bersamaan. Om Irfan kaget karena suara Adam dan Taylor terlalu keras lalu dia tersenyum melihat Adam datang. "Selamat datang. Silahkan duduk." Ucap om Irfan sambil menjabat tangan Adam dan Taylor bergantian. Adam dan Taylor duduk. "Sebenarnya ada banyak hal yang ingin om bicarakan padamu Adam." Ucap om Irfan yang membuat Adam ingin tahu. "Apa ini berhubungan tentang kak Alexandra?" Tanya Adam dengan muka seriusnya. Om Irfan mengangguk lalu mengambil sesuatu dari lemari besarnya. Om Irfan mengeluarkan sebuah kertas yang tertata rapi walaupun sudah sedikit terkoyak karena dimakan oleh waktu. Om Irfan memberikan kertas itu kepada Adam untuk dibaca. "Ini adalah kertas yang dulu pernah om tulis saat interview dengan Alexandra. Kertas ini berisi pertanyaan yang om tulis untuk Alexandra, tapi beberapa tahun lalu kertas ini hilang dan baru didapat kemarin di ruang bawah tanah." Jelas om Irfan. Adam menatap om Irfan penuh dengan tanya. Dia ingin sekali bertanya 'kapan dia interview dengan Alexandra?'. "Ini..." Om Irfan memberi sebuah kaset kepada Adam. "....ini kasetnya. Didalam kaset ini semua pertanyaan yang om tulis dia jawab. Semua kebenaran ada di dalam kaset ini. Dia pernah berpesan kalau ada seseorang yang dekat dengan dia dan akan melanjutkan penelusurannya." Lanjut om Irfan. Adam melihat kaset itu dan menggenggam kaset. Rasa sedih langsung memenuhi dirinya. Dia teringat akan sosok Alexandra yang selalu ceria dan selalu membuat hari-harinya menjadi menyenangkan dengan kalimat-kalimat motivasi yang selalu Alexandra ucapkan untuk Adam. "K-kapan video ini diambil?" Tanya Adam. Om Irfan melihat kertasnya lalu melihat kasetnya. "Hmmm... pada tahun 2014 tanggal 26." Jawab om Irfan. Adam mengangguk mengerti lalu melihat ke arah luar. Dia memang selalu merasa kehadiran Alexandra disekitarnya. Alexandra seperti tidak pergi sepenuhnya. "Om... siapa orang yang disuruh Alexandra untuk melanjutkan penelusurannya?" Tanya Adam. "Kamu." Jawab om Irfan singkat dan membuat Adam kaget. "A-aku?" "Iya. Alexandra tidak punya adik dan dia paling dekat denganmu. Secara otomatis, kamulah orang yang akan melanjutkan penelusuran Alexandra yang belum terselesaikan." Jelas om Irfan. Adam mengangkat satu alisnya dan menggeleng pelan. "Tapi... saya tidak bisa." Ucap Adam. "Kamu bisa Adam! Segala sesuatu pasti kamu bisa lalui. Om yakin kamu pasti bisa." Tegas om Irfan. "Tenang saja... Taylor akan membantumu." Lanjutnya. Taylor yang daritadi diam langsung membulatkan matanya karena kaget mendengar ucapan omnya. "A-aku?" Tanya Taylor tergagap. Om Irfan mengangguk lalu tertawa kecil ketika melihat wajah keponakannya yang seperti itu. Adam terdiam cukup lama lalu mengangguk dan memutuskan untuk berpamitan karena dia sudah sangat penasaran dengan isi video itu. "Ingat Adam! Alexandra membutuhkanmu! Dia selalu hadir dalam mimpimu karena dia mau kamu untuk melanjutkannya!" Ucap om Irfan ketika Adam mau keluar dari ruangannya tapi Adam sama sekali tidak peduli dan tidak mengubrisnya. "Om mu sangat sok tau." Ucap Adam kepada Taylor. "Maklumin sajalah... dia sudah tua." Ucap Taylor yang membuat Adam tertawa terbahak. ******* [TBC]

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Papah Mertua

read
535.2K
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

DIRTY BABY

read
17.2K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
68.8K
bc

HYPER!

read
607.8K
bc

Me and My Freezer Boy

read
44.0K
bc

Heal Me Doctor

read
49.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook