Tentang Devina

994 Kata
'Seseorang itu perlu privasi untuk dirinya sendiri, karena tidak semua rahasia bisa kita ungkapkan' "Bun, sehari aja ya."Kenzie dan Kenzo meminta izin pada Sang Bunda untuk pergi ke pantai. "Bunda izinkan biar Ayah mu seneng."kata Kei melirik Keenan yang tersenyum senang. "Kenzo nggak ikut ah, sama Bunda aja dirumah Bang."kata Kenzo bucin nya Keina. "Nggak!Abang kalo mau pergi harus pergi berdua kalo nggak ya nggak usah."kata Keenan meletakkan korannya lalu mendekati Keina dan bergelayut manja dilengannya. "Yaudah nggak usah, Kenzo mau sama Bunda kasihan Bunda dirumah sendiri."kata Kenzo membuat Keina menggeleng. "Ayah libur tenang aja, sono liburan sama Abang mu. Nyari cewek Zo."timpal Keenan membuat Kenzo mendengus. "Masak Aku terus yang disuruh Abang juga disuruh cari cewek tuh!"kesal Kenzo ikut ikutan memeluk Keina membuat Keenan tak ikhlas dan menjauhkan badan Kenzo dari Keina namun Kenzo malah semakin menempel. "Ya kalo Abang mu nggak ganggu Bunda. Kamu gangguin Bunda terus bikin Ayah stress!"kesal Keenan. "Ya Ayah sama Oma sana kan biar Bunda sama Zo."kata Kenzo. "Ya nggak bisa gitu. Pokoknya minggu besok waktunya buat Ayah sama Bunda berdua. Oke? Deal?," "Deal,"kata Kenzie mengulurkan tangannya berjabat dengan Keenan ala orang dewasa. "Oke sip.Puasin sama Bunda Zo, besok waktu berdua nggak ada ganggu gangguan titik!"kata Keenan lalu mengajak Kenzie untuk bermain bulutangkis dihalaman belakang. Sedang Kenzo masih memeluk Keina seperti tadi. Menghirup aroma citrus dari sang Bunda. Sedangkan Keina menepuk punggung Kenzo bak anak kecil sambil menonton acara berita di tv. "Zo, cari cewek sana."kata Keina membuat Kenzo menggumam tak jelas. "Buktiin sama Ayah kalo Kamu juga bisa punya pacar." "Nanti aja kalo udah gede."jawabnya. "Yaudah terserah Kamu aja." "Bunnn ambilin minum."teriak Keenan membuat keduanya mendengus. "Minggir dulu Bunda mau ambilin minum buat Ayah Kamu dulu," Keina bangkit meninggalkan Kenzo yang mengucap sumpah serapah untuk sang Ayah. Tadi kata nya puasin sama Bunda, lah ini malah di ganggu emang Ayah lucknut. Kenzo memutuskan menonton pertandingan Sang Abang dan Ayah setelah mengambil minuman soda dari kulkas. "Aduhh,"Keenan memegangi pinggang nya yang seperti hampir patah setelah menyemash Kenzie. "Buahahaha Ayah makanya pemanasan dulu baru main,"kata Kenzo tertawa senang melihat sang Ayah kesakitan. "Duduk dulu Yah,"kata Kenzie memapah Keenan ke kursi. "Anak durhaka emang liat Ayahnya sakit malah ketawa,"dengus Keenan melirik Kenzo yang mengedikkan bahu makin membuat Keenan durhaka. "Ayah kenapa?"tanya Keina melihat Keenan sedang dipijat Kenzie. "Faktor U Bun. Nggak kuat pinggang nya."ketawa Kenzo membuat Keina menggeleng. "Udah sana Kamu main sama Abang. Nggak usah banyak omong coba di praktekin bisa nggak?"tantang Keina membuat Keenan tersenyum mengejek. "Nggak bisa Bun. Kan nggak pernah olahraga."timpal Keenan. "Kata siapa? Cuss Bang. Gak takut Gue sama Lo,"lagak Kenzo langsung menyambar raket yang tadi dibawa Keenan dan berlari ke lapangan. "Sana Bang. Kalo bisa kalahin ya,"kata Keenan. "Pasti Yah. Ntar kalah telak sama Abang. Doain ya Bun, Yah."kata Kenzie. "Pasti Kami doakan Nak,"kata Keenan. "Astagfirullah keluarga ku."batin Keina mengelus dadanya. ... "Gue males tau nggak ikut kalo bukan gara-gara Lo Bang,"sinis Kenzo. Kenzie, Kenzo, Adeera dan Devina. Berempat. Ya cuman berempat liburan nya. Harusnya Kenzie tuh cuman ngajak Adeera, tapi Adeera mau kalo sama Devina. Dan Devina nggak mau kalo di kacangin sendirian. "Zie, turunin aja kuping Gue pengeng tau nggak!"kata Devina membuat Kenzo menatap Devina tajam. "Maksud Lo apa?!"kesal Kenzo membuat Kenzie mengerem mendadak. "Hati hati dong Zie!"teriak Dira. "Maaf Ra,"kata Kenzie lalu menatap Kenzo yang sedang mengelus dahinya. "Turun Zo. Gue pesenan taksi online, Lo nggak usah ikut."kata Kenzie membuat Kenzo menggeleng. "Iya iya Gue diem deh!" Sekedar informasi. Kenzie dan Dira duduk di depan sedangkan Devina bersama Kenzo dibelakang. "Bang, bawa minum nggak?"tanya Kenzo yang mendapat gelengan dari Kenzie. "Rencananya mau beli disana Zo. Bawa nggak Ra?" "Ada di tas. Dev tolong ambilin buat Kenzo."kata Dira. "Ogah. Biar ambil sendiri punya tangan!" "Bang, Gue gaplok boleh nggak?"tanya Kenzo sudah ancang-ancang mengepalkan tangannya yang malah ditatap santai Devina. "Gue turunin beneran ya Zo."ancam Kenzie membuat kepalan tangan Kenzo melemah dengan kasar. "Tonjok aja. Gue santet habis itu!"kata Devina. ... "Gue mau jalan jalan dulu ya Dir."pamit Devina yang diangguki Dira. "Kok  gak barengan aja?"tanya Kenzie. "Devina memang kayak gitu. Lebih suka menyendiri."kata Dira sambil menata makanan yang dibawa tadi di karpet. "Mau renang nggak Zo?bawa pakaian ganti kan?"tanya Kenzie pada sang adik yang masih bermain gadget. "Nggak."jawab Kenzo santai membuat Kenzie mendesah. "Kalo mau renang pake pakaian Abang kalo nggak beli aja."kata Kenzie yang diangguki Kenzo. "Gue mau jalan jalan." "Kenapa adek Kamu?" "Kangen Bunda palingan."kata Kenzie lalu membantu Dira menata tempat.  Kenzo melihat Devina yang tengah menatap sebutan ombak dengan tatapan kosong. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Kenzo memutuskan pergi sebelum menendang sebuah batu. "Aduh!" "Woy!"teriak Devina menatap orang yang telah menendang batu dan saat berbalik ternyata. "Sini Lo!" Kenzo mendekat. "Sorry nggak sengaja Gue."kata Kenzo mengelus tengkuknya yang tak gatal. "Sakit tau."lirih Devina mengelus b****g nya yang terkena batu yang Kenzo tendang. "Ya maaf." Kenzo lalu duduk disamping Devina, menemani gadis yang serasa berbeda seperti biasa itu. "Lo kenapa?" "Gue rindu kenangan Gue sama keluarga Gue disini." "Keluarga Lo emang kenapa?" "Ortu Gue udah cerai. Gue tinggal di apart sendiri. Mama pergi ke luar negeri, sedangkan Papa udah nikah sama janda beranak yang se usia sama Gue."kata Devina tak sadar berurai air matanya. "Gu-gue nggak tau. Sorry." "Nggak papa. Maaf Gue jadi curhat. Nggak tau kenapa. Gue pengen curhat, Gue nahan sesak selama ini. Tapi lama lama Gue kayak nggak tahan, sesak banget rasanya." "Bilang aja Na. Gue dengerin."kata Kenzo merapat kan jarak antara Mereka. "Gue pernah lihat Papa Gue sama anak dan istrinya. Lo tau nggak, Papa kandung Gue nggak kenal sama Gue. Lucukan? Lucunya lagi Gue cuman diem ngeliatin keromantisan rumah tangga Mereka." Tangis Devina semakin deras. Devina nggak tahan. Devina pengen hilang dari dunia ini. "Gu-gue nggak tahan Zo. Gue pengen mati rasanya. Nggak ada satupun yang peduli sama Gue, kecuali Dira dan Mamanya." Perlahan tapi pasti. Kenzo memeluk Devina dari samping. Menenangkan gadis itu. Gadis yang selama ini ternyata rapuh. "Maaf Dev. Gue bakal memperlakukan Lo lebih baik mulai detik ini. Gue janji"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN