Ditya melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Wajahnya masih suram, tetapi kali ini lebih karena merasa telah berburuk sikap pada Wisnu. Seharusnya semalam ia mendengarkan cerita Wisnu sampai selesai, bukannya pergi begitu saja meninggalkan sang Ayah. 'Ya Allah... Ditya kepingin lepas dari bayang-bayang Viona. Kenapa begini sulitnya? Kenapa Ditya ga kunjung bisa menghilangkan perasaan bersalah ini?' "Abang udah siap?" tanya Widi seraya berdiri dari sofa di ruang keluarga yang didudukinya bersama Nadine. Wisnu yang sedang menatap kebun mawar dari jendela ruang keluarga itu memalingkan wajahnya, menatap Ditya dengan tatapan sendunya. "Sudah," jawab Ditya sekilas, lalu terus berjalan mendekati sang Ayah. "Maafin Ditya, Dad," lirih Ditya. Wisnu merentangkan kedua tangannya, me