Part 1
Suasana SMP BIRU JAYA saat ini sangat ramai, karena tiba-tiba terdapat satu siswa yang mengamuk.
"Gua bilang kalo jalan liat mata b**o" ujar Rigel, siswa kelas 8 yang saat ini sedang menendang meja dan kursi yang ada di kelas tersebut.
Semuanya takut untuk menghentikan tindakan dari Rigel. Karena semakin di lawan, Rigel akan semakin menyerang.
"Maaf Gel, gua ga sengaja" ujar Toni yang tadi tidak sengaja menginjak sepatu Rigel.
"Mata lo dimana emang. Dari tadi bilang ga sengaja terus" ujar Rigel.
Karena melihat Rigel yang semakin marah, Genta, teman Rigel pun segera meminta temannya untuk pergi ke kelas Luna.
"Dar, lo cepetan bawa Luna kesini. Urgent" ujar Genta.
"Okay" jawab Dara.
Dara pun segera pergi ke kantin, karena pasti Luna berada di kantin di jam-jam istirahat ini.
Kedua bola mata Dara pun mengitari isi kantin, dan GOTCHA.
Dara menemukan Luna sedang makan dengan kedua temannya Ariel dan Tania.
"Na, Lunaaaa... Cepetan ikut gua" ujar Dara tergesa-gesa.
"Lo kenapa Dar? Ada apa?" tanya Luna yang menjadi khawatir melihat Dara yang tergesa-gesa.
"Rigel... Rigel ngamuk lagi di kelas" ujar Dara.
Luna pun langsung berlari ke kelas Rigel.
Sesampainya di kelas Rigel. Luna melihat Rigel sedang mengayunkan tangannya akan memukul Toni.
"Rigel" panggil Luna.
"Luna" ujar Rigel.
"Kamu ngapain disini sayang? Kamu udah makan atau belum?" tanya Rigel yang membuat teman- temannya yang lain bingung. Karena Rigel seakan-akan lupa dengan kemarahannya pada Toni tadi.
"Aku udah makan. Kamu udah belum?" tanya Luna.
"Belum" jawab Rigel.
"Yaudah kita ke kantin yuk, keburu masuk. Nanti kamu belum makan lagi" ajak Luna.
Rigel pun meninggalkan kelas bersama Luna. Membuat teman-temannya lega sekaligus terkejut karena setelah Luna datang, Rigel seolah-olah lupa dengan apa yang baru saja terjadi.
Kenapa emosi Rigel cepet banget berubah?. Batin Genta.
Genta pun pergi untuk mencari kakaknya Rigel yang saat ini juga bersekolah di SMP BIRU JAYA kelas 9 yang bernama Orion Marvelo Admaja.
Rencananya nanti Genta akan berbicara kepada kakak Rigel perihal keanehan yang Genta temukan pada diri Rigel. Rigel pun sampai di kelas Orion, kaka Rigel dan bertanya kepada teman Orion tentang keberadaan Orion.
"Bang, tau Bang Orion kemana ga?" tanya Genta kepada salah satu kakak kelas yang dia kenal.
"Ada di taman belakang kayaknya" ujar kakak kelas itu.
"Oke bang, thanks ya" jawab Genta yang langsung pergi ke taman belakang.
Setelah menemukan Orion yang sedang merokok di taman belakang, Genta mendekatinya.
"Bang" panggil Genta yang membuat Orion melihat ke arahnya.
"Eh lu Gen, ada apa?" tanya Orion.
"Ini soal Rigel bang" ujar Genta.
"Ada apa lagi sama Rigel? Dia buat masalah lagi?" tanya Orion.
"Tadi Toni ga sengaja nginjek kaki Rigel. Dan Rigel langsung marah banget waktu tadi di kelas. Semua barang di kelas dia tendang sama buang. Tadi dia udah mau nonjok Toni, tapi untungnya Luna dateng." ujar Genta.
"Terus?" tanya Orion.
"Setelah Luna datang, Rigel udah ga marah bang. Dia fokus sama Luna. Bahkan Rigel kayak lupa kalo tadi dia marah banget. Gua khawatir sama Rigel bang. Kadang dia juga suka panik berlebihan. Emosinya kayak ga teratur" ujar Genta yang membuat Orion menghela nafasnya.
“Jujur aja ini sedikit bikin gua jadi bingung bang” tambah Genta lagi.
"Gua sama nyokap bokap juga sering ngerasa gitu kalo dirumah. Emosi Rigel emang kadang-kadang ga bisa diatur. Rigel juga suka panik berlebihan. Nyokap sama bokap gua lagi mau bicara sama Rigel supaya mau diajak ke Psikolog" ujar Orion.
"Maksudnya bang?" tanya Genta.
"Gua sama nyokap bokap khawatir Rigel punya semacam mental illness, Gen. Makanya kita mau mastiin biar kalo emang bener, nanti Rigel bisa ditangani dengan tepat" ujar Orion.
"Lo tetep mau temenan sama Rigel kan Gen? Meskipun nantinya Rigel punya mental illness?" tanya Orion.
"Ya iya lah bang, gua ga mungkin ninggalin Rigel cuman karena itu bang" jawab Genta.
"Syukur deh, kalo Rigel ga mau. Ntar lo bantu bujuk dia ya Gen" ujar Orion.
"Siappp bang" jawab Genta.
Sementara itu, saat ini Luna sedang menemani Rigel makan di kantin.
"Kamu tadi beneran udah makan Na?" tanya Rigel yang tidak mendapatkan jawaban dari Luna karena saat ini Luna terlihat melamun.
"Luna?" panggil Rigel lagi.
"Luna, sayang?" panggil Rigel sembari mengusap lembut lengan Luna.
"Ah iya Rigel. Kenapa?" tanya Luna.
"Kamu yang kenapa? Kamu mikirin apa?" tanya Rigel.
"Ah ngga kok engga mikirin apa-apa ehehhe" jawab Luna.
"Yaudah aku makan lagi yaa" ujar Rigel.
Sebenarnya kamu kenapa Rigel? Kenapa kamu suka berubah-ubah?. Batin Luna.
"Sayang aku udah selesai nih, yuk ke kelas. Aku anterin kamu ya" ujar Rigel.
"Iya sayang" jawab Luna.
Luna pun ke kelas bersama diantar Rigel.
"Kamu belajarnya yang rajin ya sayang" ujar Rigel.
"Iya, kamu juga ya sayang" jawab Luna.
"Aku ke kelas dulu yaa" ujar Rigel yang diangguki oleh Luna.
***
Bel pulang sekolah pun berbunyi, kali ini Rigel langsung pulang bersama dengan Orion. Mereka dijemput oleh sopir pribadi mereka.
Sebenarnya ini ide Orion, jadi setelah dari sekolahan mereka tidak akan langsung pulang. Tapi Orion sudah janjian dengan Mama dan Papanya untuk membawa Rigel ke seorang psikolog.
"Bang kita mau kemana sih? Kok kayak bukan jalan ke rumah" tanya Rigel yang sudah mulai curiga.
"Kita mau ke tempat Mama sama Papa. Kita di suruh kesana Gel" ujar Orion yang belum bisa bilang jika mereka sebenarnya akan pergi ke rumah sakit untuk bertemu psikolog. Karena jika saat itu juga Orion mengaku jika mereka akan pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan seorang psikolog maka nanti Rigel akan langsung kabur.
"Emangnya ada apa kok kita disuruh ke Mama sama Papa?" tanya Rigel.
"Abang juga ga tau" jawab Orion.
Kemudian mereka pun diam.
Tak beberapa lama, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Pelita.
"Kok kita ke Rumah Sakit Pelita bang? Siapa yang sakit? Mamah sakit bang atau siapa?" tanya Rigel dengan sangat panik membuat keringat bercucuran dan nafas tak beraturan.
"Bukan, kita ketemu Mama sama Papa di dalem ya" ujar Orion yang diangguki oleh Rigel.
Rigel dan Orion pun sampai ke tempat dimana Mama dan Papanya berada.
"Psikolog?" tanya Rigel sembari membaca nama ruangan yang ada didepannya.
"Rigel sini sayang" ujar Mamanya.
"Ini kenapa kok kita disini Mah?" tanya Rigel.
"Rigel mau ya ke Psikolog" ujar Mamanya.
“Apa mah? Psikolog?” tanya Rigel dengan memastikan.
“Iya sayang psikolog” ujar Mama Rigel.
"Apa? Jadi menurut Mama, Rigel itu sakit jiwa gitu? Iya?" ujar Rigel marah.
"Bukan sayang, mama ga bilang kalo Rigel sakit. Mama cuman mau memastikan aja sayang, nanti kalo ada apa-apa sama kamu kan bakalan mudah kalo udah tau kau kenapa" ujar Mamanya.
"Iya sayang, bener kata Mama. Kamu ga sakit jiwa sayang, cuman kamu ada kelebihan makanya Mama sama Papa bawa kamu kesini. Kamu mau ya" ujar Papanya.
"Ga mau. Rigel ga sakit jiwa" ujar Rigel masih keukuh dengan pendiriannya untuk tidak mau di periksa.
"Gel, kamu ga sakit jiwa. Kamu mau ya. Kamu ga inget sama Genta, sama Luna. Mereka pasti juga mau kamu jadi lebih baik" ujar Orion.
"Luna" ujar Rigel lirih.
"Rigel tetep gamau. Rigel mau pulang" jawab Rigel sembari berjalan menuju ke arah luar.
“Rigel, gimana nih pah?” tanya Mama Rigel.
“Orion kamu ikutin adik kamu ya biar pulang dengan selamat” ujar Papanya.
“Iya pah” jawab Orion yang langsung berlari mengejar Rigel.
“Gimana Pah ini Rigel” tanya Mama.
“Kita Re schedule aja Mah jadwal periksanya, nanti kita coba hubungi Luna sama Genta buat minta bantuan bujuk Rigel supaya mau periksa” ujar Papa.
“Iya Pah, besok Mama ngomong sama Orion deh” ujar Mama.
Sementara itu saat ini Rigel sudah berada di mobil bersama dengan Orion untuk menuju ke rumah.
“Gel, maksud Mama, Papa, sama Abang itu baik. Kita mau tau kamu kenapa. Dan nanti kalo udah tau...” ujar Orion dipotong oleh Rigel.
“Kalo udah tau kalian bakalan buang Rigel kan. Kalian ga akan lagi sayang sama Rigel terus nanti Rigel di masukkan ke rumah sakit jiwa. Iya kan ?!” ujar Rigel dengan sedikit marah.
“Engga Rigel, bukan gitu, nanti kita bakalan cari obat dan dokter yang pas untuk kamu Rigel” ujar Orion.
“Bang, Rigel ga mau kehihlangan Luna sama Genta bang. Nanti kalo misalnya Rigel udah di periksa dan ternyata beneran gila gimana? Rigel bener-bener gamau kehilangan Luna atau pun Genta. Rigel sayang sama mereka. Mereka ga boleh ninggalin Rigel.” Ujar Rigel sangat khawatir jika nanti Rigel akan ditinggalkan oleh Luna dan Genta karena penyakit yang di derita oleh Rigel.
“Ga akan Gel, percaya sama abang, mereka ga akan ninggalin Rigel cuman karena Rigel sakit. Mereka kan sayang banget sama Rigel. Mereka juga ga mau kehilangan Rigel. Maka dari itu kamu mau ya Gel di periksa” ujar Orion mencoba meyakinkan kembali Rigel yang saat ini masih bimbang.
Di sisi lain, Rigel juga ingin sembuh jika ia benar-benar sakit. Tapi di sisi lain, Rigel juga tidak mau jika ia benar-benar sakit nanti ia akan di tinggalkan oleh teman-temannya dan juga Luna, pacarnya.
“Engga bang, Rigel ga mau. Abang jangan paksa Rigel dong” ujar Rigel.
Kemudian mereka pulang ke rumah, di rumah sudah ada Mama dan Papa Rigel.
“Gel, sini ngobrol dulu sama Mama dan Papa” ujar Mamanya sembari mengajak Rigel untuk duduk di ruang keluarga.
“Rigel ga mau kalo masih ngomongin yang tadi. Rigel ga mau di periksa, Rigel ga sakit jiwa” ujar Rigel.
“Bukan gitu Gel maksud Mama, sini duduk dulu” ujar Mama Rigel ke dua kalinya membuat Rigel pun duduk di dekat mamanya.
“Mama, Papa, sama Bang Orion cuman mau yang terbaik aja buat kamu Gel, kalo kamu beneran sakit biar nanti cepet di obatinnya. Biar ga semakin parah.” ujar Mama Rigel sembari mengelus kepala Rigel dengan lembut.
“Tapi mah, nanti Rigel ditinggalin sama temen-temen Rigel nanti Genta ninggalin Rigel karena Rigel sakit gila. Nanti juga Luna bakalan ninggalin Rigel karena sakit gila juga” ujar Rigel sembari menatap mamanya.
“Engga Gel, mama yakin Genta sama Luna ga akan ninggalin kamu Gel, mereka itu sayang banget sama kamu” ujar Mam Rigel.
“Mana ada sih ma yang mau kalo sahabatan sama orang gila dan punya pacar orang sakit jiwa. Ga ada yang mau Mah” ujar Rigel lagi.
“Rigel kamu itu ga gila, percaya sama papa. Papa bisa buktiin itu kalo kamu mau di periksa sama om Frans” ujar Papa Rigel.
Setelah itu Rigel hanya diam saja, Rigel menatap Mamanya, Papanya, dan juga Kakaknya, Orion. Rigel mencoba mempercayai mereka semua, tapi hal itu snagat sulit Rigel lakukan, karena Rigel benar-benar merasakan ketakutan yang luar biasa ketika Rigel mengingat Luna, Genta, dan rencana untuk periksa ke psikolog.
“Gel, kamu mau ya” ujar Mamanya sedikit memohon.
“Rigel tetep gabisa mah” jawab Rigel dan beranjak akan pergi menuju kamarnya.
“Yaudah nanti Mama minta tolong sama Genta dan Luna buat bujuk kamu supaya mau buat pergi ke psikolog” ujar Mamanya yang mampu menghentikan Rigel yang sudah sampai di dekat tangga.
Ya, Rigel berhenti ketika mendengar kata-kata Genta dan Luna yang di minta untuk membujuknya. Jika mamanya meminta Genta dan Luna untuk membujuknya, maka otomatis yang akan terjadi adalah Genta dan Luna akan mengetahui jika Rigel sedang tidak baik-baik saja.
“Mah Rigel ga mau mereka tahu mah” ujar Rigel kepada mamanya.
“Tapi kalo kamu masih ga mau juga, terpaksa mama harus ngasih tau mereka biar mereka mau bantu mama buat bujuk kamu” ujar Mama Rigel yang membuat Rigel kembali bimbang.
Rigel bimbang dan takut sekali jika nanti Mamanya akan memberi tahu Luna dan juga Genta mengenai penyakitnya. Rigel pun masih berpikir dengan keras.
“Gimana gel? Kamu mau kan di periksa?” tanya Mamanya.
“Boleh ga mah kalo malam ini Rigel pikirin dulu. Besok Rigel bakalan jawab Rigel mau apa ngga” ujar Rigel.
“Boleh sayang, mama harap kamu bakalan setuju ya. Karena ini juga yang terbaik buat kamu” ujar Mama Rigel.
Rigel pun naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya.
Di kamar, Rigel benar-benar bingung ingin bagaimana, karena Rigel tidak mau jika Luna dan Genta mengetahui jika ia sakit.
Rigel pusing memikirkan itu semua, akhirnya Rigel pun terlelap dan belum membuat satu keputusan sama sekali.
Pagi harinya, Rigel terbangun dengan wajah yang segar. Setelah mandi, Rigel pun berganti baju dengan seragamnya hari ini.
Setelah bersiap-siap, Rigel pun turun dari kamarnya menuju ke ruangan makan.
Di ruangan makan, Rigel sudah ditunggu oleh Mama, Papa, dan Orion.
“Gimana sayang? Kamu mau kan di periksa?” tanya Mama Rigel sewaktu Rigel sampai di meja makan.
“Mama ini, Rigel baru aja sampe belum makan ini. Biarin Rigel makan dulu” ujar Papa Rigel.
“Iya Pah, iya” jawab Mama Rigel.