“Hati-hati Bram,” kata Andrian sembari memberikan sebuah pistol. Netra Bram melirik ke arah pistol. “Apa maksudnya?” “Ini bawalah ...,” jawabnya lirih. “Kita tidak bisa mempercayai mereka begitu saja.” “Hei, Bram! Cepatlah ke mari!” Wisnu berteriak. Bram mengira pria yang memegangi Anna adalah Jonathan. Ia menoleh ke arah depan dan menatap Wisnu dengan lekat. “Ambilah pistol ini. Jangan sampai mereka membuatmu celaka.” Bram menganggukkan kepalanya mengerti. Mengambil pistol yang diberikan oleh Andrian dan menggenggamnya. “Terima kasih.” “Hati-hati ....” “Hei Bram!” Suara Wisnu kembali terdengar. “Cepat ke mari! Kau tidak ingin menemui istrimu lagi?” tanyanya sembari mencengkeram kedua tangan Anna yang sengaja dibalikkan ke belakang punggung. “Diam! Jangan banyak bicara!” seru Br