Fiorenza Gaoqi Hana, atau biasa dipanggil Fio adalah seorang wanita berusia tiga puluh tahun yang sudah sembilan tahun mengabdi, menjadi sekretaris direktur utama di perusahaan Dhananfood. Bukan suatu hal yang mudah ketika pertama kali mendapat tawaran untuk mengikuti seleksi sebagai sekretaris orang pertama di perusahaan itu.
Dia harus bersaing dengan dua puluh wanita lainnya yang saat itu pasti jauh lebih berpengalaman, sementara Fio kala itu baru lulus dari kuliah. Fio mendapat tawaran seleksi dari kampusnya karena merupakan lulusan terbaik di angkatannya.
Selain wajahnya yang cantik, tinggi yang proporsional, dia juga sangat pintar dan berkelakuan sangat baik. Saat seleksi pun dia mendapat nilai tertinggi dibanding dua puluh pelamar lainnya yang juga merupakan pelamar undangan.
Sejak itu, Fio selalu mendampingi Dhanan, pemilik perusahaan yang sudah berusia enam puluh tahun, karena sekretaris sebelumnya mengambil pensiun dini.
Sebagai seorang direktur utama, Dhanan termasuk pemimpin yang cerdas, di bawahnya, perusahaan yang dibangun bersama ayahnya lima puluh tahun lalu itu berkembang sangat pesat.
Dhananfood bergerak di bidang mie instan, dan aneka olahan instan lainnya. Bahkan mie instan keluaran Dhananfood sudah menyebar ke seluruh mancanegara karena cita rasanya yang khas dengan banyaknya aneka rasa yang dikeluarkan.
Karena terlalu sibuk bekerja, di usianya yang ke tiga puluh tahun ini, Fio bahkan seolah tak tertarik menjalin hubungan dengan pria manapun, gaji Fio yang besar membuatnya terlena untuk hidup mandiri dan tak mau menggantungkan diri dengan pria.
Belakangan ini, kesehatan orang nomor satu di perusahaan itu menurun. Dalam satu bulan, sudah tiga kali dia dirawat di rumah sakit karena penyakitnya, wajar saja karena usianya yang hampir menginjak tujuh puluh tahun.
Kekhawatirannya mencuat karena putra satu-satunya yang harusnya mengurus perusahaan justru tampak tak peduli dengan perusahaan atau lebih tepatnya tak bisa diandalkan akibat mengalami sebuah kecelakaan yang membuatnya seolah menjadi pemuda yang kehilangan sedikit kenormalannya.
Kecelakaan tiga tahun lalu yang dialami saat penjemputannya dari kuliah di luar negeri itu meninggalkan traumatis mendalam di otaknya yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Padahal sebelumnya dia adalah laki-laki yang cerdas, di usianya yang dua puluh lima tahun saja, dia berhasil menyelesaikan kuliah magister di bidang bisnis di Amerika Serikat. Namun kecelakaan na’as itu sungguh membuatnya sangat berubah, jangankan mengetahui tentang bisnis, berhitung perkalian saja dia harus menebak puluhan kali untuk mendapat jawaban yang sesuai.
Fio selalu mengikuti kemanapun direktur utama itu pergi, bahkan Fio mempunyai kamar pribadi di rumah utama milik Dhanan karena mobilitasnya yang mengharuskannya selalu berada di samping sang direktur. Perlu diketahui bahwa istri dari Dhanan telah meninggal sangat lama, jauh sebelum Fio menjadi sekretaris.
Saat ini, Fio sedang merapikan berkas untuk ditanda tangai oleh atasannya, ketika intercom di mejanya berbunyi dan sang direktur meminta Fio untuk ke ruangannya.
Wanita yang memakai setelan jas dengan celana panjang berwarna hitam, juga rambut panjang yang dikuncir itu pun masuk ke ruangan sang atasan sambil membawa berkas. Rupanya Dhanan sudah duduk di sofa tunggal sambil menyesap teh mint yang dia minta tadi.
“Duduk Fio,” perintah Dhanan, Fio pun meletakkan berkas yang dia pegang di meja kerja sang direktur lalu dia duduk di sofa panjang. Menatap wajah tua pria yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri karena kebaikan hatinya.
Ya Dhanan memang sangat baik terhadap Fio, Fio bukan dari keluarga mampu, suatu ketika ayahnya mengalami kecelakaan dan harus dioperasi pengangkatan organ tubuhnya yang menghabiskan uang sampai ratusan juta, dan dialah yang membiayai meskipun pada akhirnya sang ayah tetap tak kuat berjuang dan menghembuskan napas terakhir.
Kedua adik Fio pun menjadi tanggungan dibiayai oleh direktur itu sampai lulus kuliah kini dan mereka telah bekerja di perusahaan lainnya dan hidup mandiri. Sama seperti istri Dhanan, ibu Fio pun telah lama meninggal dunia, jadi di dunia ini dia hanya tinggal bertiga dengan dua adik perempuannya.
“Ada apa, Pak?” tanya Fio karena pria tua itu tampak ingin berkata namun terlihat ragu.
“Fio, sudah berapa lama kamu bekerja dengan saya?” tanya pria tua dengan banyak kerutan di wajahnya, yang menegaskan usia dan sisa-sisa perjuangannya.
“Tahun ini, merupakan tahun ke sembilan, Pak,” jawab Fio dengan senyum terukir di wajahnya.
“Apakah saya boleh mengajukan permohonan untuk pertama sekaligus terakhir kalinya?” Suara pria tua itu terdengar bergetar dengan sorot mata yang lemah.
“Selama ini bapak sudah sangat baik terhadap saya, tentu saja bapak boleh membuat permohonan, apapun itu.”
“Setelah ini, perusahaan akan dipegang oleh Ken, putra saya satu-satunya. Saya ingin kamu menjadi sekretaris dan juga orang kepercayaannya. Tak hanya itu, saya juga menginginkan kamu mendampinginya sebagai istrinya.”
Fio tak percaya dengan apa yang diucapkan direktur utama itu. Pikirannya langsung berpusat pada Ken, atau pria bernama lengkap Avisha Ken Dhananjaya. Putra tunggal pemilik perusaan Dhananfood yang bergerak di bidang mie instan dan olahan instan di negara ini.
Pria yang usianya lebih muda dua tahun darinya, dan pria yang sama yang berpotongan rambut belah tengah, berpikiran lemot dan yang paling membuat Fio tak bisa menerimanya adalah, karena pria itu sering sekali menganga dan menyeka air liur di sudut bibirnya.
“T-tapi, Pak ... .”
“Saya mohon Fio, saya akan tenang meninggalkan dunia ini jika kamu mendampinginya memimpin perusahaan ini.” Suara direktur utama itu semakin bergetar dengan mata yang menyorotkan permohonan mendalam.
Bertepatan dengan masuknya Ken, pria yang menjadi pembicaraan mereka ke dalam ruangan itu. Tubuhnya cukup tinggi, sangat tinggi malah, namun pakaiannya bisa dibilang sangat culun. Memakai kemeja yang dikancing sampai bagian teratas. Celana yang naik sampai ke perutnya dan ikat pinggang besar untuk mengencangkan celana itu. Juga jas yang tersampir di lehernya, lengan jas itu diikat di leher, mulutnya menganga dan sesekali mencecap bibirnya sampai bersuara.
Fio mengalami cegukan melihat pria itu. Apakah dia bisa menikahinya dan mengalami hari-hari pernikahan dengan pria yang kekananakan seperti itu? Bahkan tak jarang dia bersikap seperti anak berusia lima tahun karena suka bergelung manja pada ayahnya.
“Minum Fio,” tutur Dhanan, menyodorkan gelas kosong dan menuang teh dari teko kecil itu ke gelas tersebut karena cegukan Fio tak juga mau berhenti. Fio menenggak teh hangat itu sampai habis dan meletakkan cangkir gelas di atas tatakan piring di meja.
“Ken, sini nak,” panggil Dhanan sambil melambai pada putranya, setengah berlari Ken duduk di samping Fio. Fio terus memperhatikan pria berhidung mancung itu, sebelum kecelakaan dia pernah bertemu dengannya ketika di rumah utama atau saat di kantor, dan pria itu cukup tampan, sangat tampan malah, bahkan artis di Indonesia mungkin tak ada apa-apanya jika disandingkan dengannya, wajahnya keturunan indo dari sang ibu yang merupakan blasteran Indonesia-Belanda. Sehingga tubuhnya tingga dengan kulit putih dan iris mata coklat yang memukau.
Tapi tidak untuk saat ini! Lihatlah rambut belah tengah yang diberikan gel cukup banyak sehingga bahkan helaian rambutnya tak akan bergerak jika tertiup angin.
“Ken mau menikah?” tanya Dhanan. Fio memberi aba-aba kepada Ken dengan tangannya agar Ken berkata tidak.
“Ya, mau!” ujar Ken kegirangan, Fio memejamkan mata dan meringis.
“Ken nikah dengan Fio ya, mau?” tanya ayahnya lembut.
“Sama Fio ini? Asikkk Ken mau, mau!” jerit Ken di telinga Fio, Fio meniup kepalan tangannya dan meletakkan tangan itu di telinga agar anginnya bisa mendorong masuk ke telinga yang sudah berdenging akibat teriakan Ken di telinganya yang memekakkan.
“Kalau Ken nikah dengan Fio, papa akan tenang pergi menemui mama,” ucap Dhanan. Ken pun mengangguk.
“Aku ikut ketemu mama ya?”
“Tidak, Ken harus tetap tinggal disini, jaga perusahaan ini, Fio akan bantu Ken mengelolanya, hanya Fio orang yang papa percaya di dunia ini untuk menjadi istri Ken,” ucap Dhanan dengan suaranya yang sedih menyayat hati, namun pria tua itu berusaha menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.
“Papa mau ketemu mama dimana?” tanya Ken sambil melihat ke langit-langit ruangan itu dan memutar bola matanya seperti kebiasannya.
“Di surga, Nak.”
“Itu berarti papa mau meninggal? Nanti aku sendiri?” ringis Ken sambil menarik napas panjang.
“Kan ada Fio, karena itu papa mau Ken menikah dengan Fio secepatnya,” ucap Dhanan. Ken pun mengangguk.
“Kalau sama Fio, aku pasti berani meskipun ditinggal papa,” ujar Ken.
“Bagaimana Fio?” tanya Dhanan dengan mata penuh harap. Fio pun menarik napas panjang dan mengangguk. Melihat wajah cemas direktur itu membuat Fio iba, dia tahu masa depan pernikahannya mungkin akan tidak jelas mengingat yang menjadi suaminya adalah pria dengan jiwa kekanakkan, namun dia juga tak tega jika membiarkan Ken hidup sendiri di tempat yang penuh kemunafikan ini.
Akan terlalu banyak orang yang memanfaatkan kebodohannya nanti demi pundi pundi rupiah yang mengisi kantong mereka. Tak mungkin dibiarkan perusahaan yang dibangun puluhan tahun ini harus hancur karena kesalahan Ken.
***
Hari ini adalah pesta pernikahan Fiorenza Gaoki Hana dengan Avisha Ken Dhananjaya digelar secara sangat mewah, di sebuah hotel termahal di pusat kota.
Banyak sekali orang yang menghadiri pesta pernikahan ini, termasuk keluarga Fio yang datang dari jauh-jauh, mereka sangat bangga terhadap Fio tanpa mereka ketahui, senyum yang Fio keluarkan sejak pagi tadi itu adalah senyum palsu karena dia merasa telah melepas masa depannya dan akan hidup dalam hubungan yang entah akan dibawa kemana?
Ken sangat tampan malam ini, mengenakan setelan jas mahal dengan rambut ditata rapih, berkali-kali dia mencoba membelah tengah rambutnya, berkali-kali itupula Fio harus memegang tangan Ken agar tak merusak penampilannya. Setidaknya hari ini dia tak mau malu bersanding dengan pria itu di depan teman-teman dan tamu undangannya.
Selama lima jam dalam resepsi pernikahan yang mewah dan megah, akhirnya Fio bisa melepas seluruh atribut pesta dari tubuhnya itu dan berendam air hangat di bathub hotel presiden suite tersebut dan mulai hari ini dia resmi menjadi istri dari Ken Dhananjaya yang merupakan CEO perusahaan Dhananfood mengantikan ayahnya yang sudah melakukan serah terima jabatan sejak minggu lalu.
***