“Sini gue obati.” Ello menenteng sekotak obat, menginterupsi Tere untuk mengikutinya. Langkahnya terhenti diteras depan. Mendudukkan p****t dikursi panjang yang terbuat dari rotan. Tak begitu lama Tere keluar dari dalam rumah, duduk tepat disamping Ello yang sudah sibuk ngambil kapas, menuangkan cairan antiseptik disana. Meraih tangan Tere, lalu mengoles kapas itu dibagian yang terluka. Fokus Tere terarah ke Ello yang serius ngobati lukanya. Tampan, satu kata yang pantas untuk sosok lelaki sempurna didepannya ini. Ello terpahat sangat sempurna dengan kelebihan dan kekurangannya. Tanpa sadar, Tere tersenyum sendiri dengan masih menatap wajah Ello. “El,” panggilnya kemudian. “Ya,” jawab Ello tanpa menatap Tere. “Kamu tadi ... kenapa nerima pemberian Raisa?” satu lagi kelemahan Tere, ia