bc

The Ensnared by Love

book_age18+
12.9K
IKUTI
105.4K
BACA
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Uraian

Athala Mahendra, pria berusia dua puluh delapan tahun, dengan sejuta karisma dan pesona, yang mampu membuat banyak wanita jatuh hati karena ketampanannya, harus merasakan kekecewaan karena di saat ia tengah merasakan kebahagiaan menjelang hari pernikahannya, sang kekasih yang bernama Nadira Wijaya, gadis berusia dua puluh lima tahun, dengan wajah cantik plus penampilannya yang selalu seksi dan berkelas, meninggalkan dirinya satu hari sebelum pernikahan dilangsungkan.

Athala tidak menyangka jika pernikahan yang seharusnya indah bagi setiap pasangan yang sudah menjaliin kasih itu, berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang sulit ia terima.

Di tengah kepanikan keluarga besarnya yang bingung menghadapi gunjingan serta omongan dari para tamu undangan, hadir seorang gadis cantik bernama Cinta Hanifah --menolong keluarga Mahendra. Pertolongan seperti apa yang gadis itu lakukan? Lantas, bagaimana kehidupan Athala selanjutnya setelah kepergian Nadira --sang kekasih?

chap-preview
Pratinjau gratis
Pengantin Wanita Kabur
"Apa?!" teriak seseorang dengan sangat keras.  Kegaduhan yang tiba-tiba tercipta di dalam sebuah ruangan rumah besar nan mewah --rumah keluarga Mahendra-- membuat seorang pria muda yang baru saja selesai melakukan rutinitas mandi malamnya setelah pulang kerja, penasaran dan berniat untuk turun ke lantai bawah di mana kegaduhan itu terjadi. Ia bergegas memakai pakaian santainya dan segera menuju ke sana.  "Ada apa ini, Yah?" tanya si pria muda, yang merupakan putra sulung dari keluarga tersebut, Athala Mahendra.  Semua orang yang ada di sana nampak terkejut ketika melihat Athala sudah berada di bawah tangga.  Semua orang yang rata-rata adalah keluarga besarnya, menampilkan wajah pucat dan kebingungan. Bahkan sang ibu tengah di kerubungi oleh beberapa wanita dewasa lainnya, tergeletak tak berdaya di sebuah sofa besar di ruangan itu. Sang nyonya rumah --Laras-- tengah pingsan setelah mendengar kabar dari seorang pria dewasa yang saat ini berdiri di depan seorang pria dewasa lainnya, yang terduduk dengan tangan memijat pelipis.  "Om Surya?" sapa Athala kepada si pria dewasa yang tengah berdiri dan tertunduk.  Si pria dewasa --Surya-- mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. Ada mimik tidak enak di wajahnya.  Athala menghampiri ayahnya dan duduk di sebelah. "Ada apa ini, Yah?" Athala mengulang pertanyaannya.  Ayah Athala --Pak Tanu-- bergeming dan tetap membisu.  Tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang ayah, Athala melirik dan menatap Surya yang masih berdiri menunduk dengan tangan disilangkan di depan perutnya.  "Om Surya ada perlu apa ke sini?" tanya Athala.  Surya masih terdiam. Ia seolah enggan menjawab pertanyaan dari Athala.  "Om?" Athala kembali memanggil.  Namun, masih saja Surya bergeming dan mengunci bibirnya rapat.  "Ini ada apa sih sebenarnya?" Athala mulai emosi.  Dilihat semua keluarga besarnya tak ada yang berani mengangkat wajah. Ibunya sendiri masih pingsan dan belum ada tanda-tanda terbangun. Namun, ada pergerakan dari sebelahnya duduk. Pak Tanu mulai membuka suara.  "Surya, kamu duduklah! Ceritakan pada Athala, mengenai kabar yang kamu bawa ke rumah kami." "B-baik, Mas!" Surya terbata namun didudukkannya juga tubuh itu dengan perasaan enggan.  Athala memperhatikan semuanya dengan seksama. Tak ada satu patah kata dan gerakan pun yang ia lewati.  "Ceritakanlah! Biar Athala mendengar sendiri dari kamu si pembawa berita." Tatapan Pak Tanu sudah tidak sepucat tadi. Ia mulai bisa mengkondisikan dirinya saat ini. Berbeda yang nampak dari wajah Surya. Kini ia semakin tak enak hati karena harus menyampaikan sebuah kabar kepada Athala, seseorang yang lebih berhak tahu atas apa yang terjadi.  "Athala, sebelumnya tolong maafkan Om yang mewakilkan seluruh keluarga besar Nadira, karena harus menyampaikan sebuah berita yang tidak baik dan juga tidak enak didengar." Athala masih menyimak kata perkata yang diucapkan oleh Surya --paman Nadira, kekasihnya. Feelingnya sudah mulai tidak enak, namun ia tidak ingin berspekulasi.  Surya menghela napas dan membuangnya perlahan sebelum memulai berbicara lagi.  "Om sangat tahu, berita yang akan Om sampaikan ini pasti akan membuatmu shock, seperti juga yang terjadi pada ayah dan ibu juga keluarga besarmu yang ada di ruangan ini." "Tapi Athala, ini murni bukan faktor kesengajaan yang kami keluarga besar timbulkan. Kami di sana juga tidak tahu menahu dengan peristiwa yang akan terjadi." "Om Surya? Langsung pada intinya saja!" potong Athala nampak tak sabar dengan penjelasan yang Surya berikan.  Surya menghembuskan nafasnya kasar kali ini.  "Nadira pergi dari rumah. Ia pergi meninggalkan pesta pernikahan yang akan digelarnya dengan kamu esok. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat dan juga sebuah cincin yang kamu berikan padanya untuk kamu jadikan mahar pernikahan kalian." Surya menamatkan kabar yang ia bawa sembari merogoh sesuatu dari dalam kantung baju koko-nya. Sebuah benda kotak berbahan beludru, berwarna merah maroon, ia letakkan di atas meja persis di depan Athala.  Kini wajah Athala mulai terlihat pucat. Rasa kaget yang ia timbulkan di wajahnya, melebihi rasa kaget yang sudah terlebih dulu dirasakan oleh seluruh keluarganya.  "Bohong ... ini bohong 'kan? Om Surya becanda 'kan?" seru Athala pelan. Ia bertanya namun seolah tidak mengharapkan jawaban.  Pak Tanu dan Surya tak menjawab pertanyaan Athala. Keduanya bergeming. Tak penting untuk mereka jawab karena kalimat yang Surya katakan sangatlah jelas dan berita ini bukan sesuatu hal yang mesti dijadikan sebuah guyonan apalagi hiburan semata.  "Pak Tanu, Athala, sekali lagi saya sebagai perwakilan dari keluarga besar Wijaya, memohonkan maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian dan keluarga besar Mahendra, atas kabar yang saya bawa kepada kalian saat ini." Surya telah berdiri dengan tubuh yang ia bungkukkan setengah badan menghadap Pak Tanu dan juga Athala. Masih dengan badan membungkuknya, "Aku berharap tidak ada perpecahan ataupun rasa permusuhan yang tercipta diantara keluarga besar setelah apa yang terjadi sekarang. Kami keluarga besar Wijaya siap membantu dengan segenap jiwa dan raga kami, atas seluruh kerugian yang terjadi pada keluarga Mahendra, baik itu kerugian materi ataupun kerugian moril dengan adanya peristiwa ini." "Athala, sekali lagi, maafkan Om dan kedua orang tua Nadira. Mereka tidak bisa menyampaikan permintaan maaf secara langsung saat ini kepada kamu dan keluarga, karena keduanya sedang sama-sama shock atas peristiwa ini." Athala tak menjawab. Yang ia lakukan setelah mendengar semuanya, hanya berjalan melangkahkan kedua kakinya ke arah tangga dan pergi ke dalam kamarnya di lantai dua.  Semua orang yang ada di ruangan itu belum ada yang bergerak dan mengeluarkan suara.  Sebuah pergerakan terjadi pada tubuh Nyonya Laras. Seorang wanita dewasa lainnya, yaitu Erika --Tante Athala, membantu Nyonya Laras untuk duduk.  "Surya, aku mengucapkan terimakasih banyak atas kedatangan kamu ke kediaman kami, yang aku yakin membutuhkan tekad dan rasa keberanian yang sangat kuat untuk menyampaikan kabar ini. Biarkan ini menjadi pembelajaran buat kita semua yang ada di sini." "Kemudian, mengenai kerugian yang kamu bicarakan tadi, biarlah kami menanggung semuanya. Kerugian materi bukanlah sesuatu yang penting sekarang. Sedangkan untuk kerugian moril, aku yakin pihak keluarga Wijaya juga merasakan apa yang kami rasakan dan juga sama-sama menghadapi beban moril yang tidak mudah." "Sampaikan salam kami untuk keluarga Wijaya. Semoga peristiwa ini tidak membuat penyakit Hendra kambuh kembali." Pak Tanu menyudahi perkataannya dengan penuh bijaksana. Semua perkataan itu ia sampaikan kepada Surya dengan nada yang teramat tulus. Meskipun ada rasa kekhawatiran kepada sahabat lamanya --Hendra, papa Nadira-- mengenai penyakit jantung yang selama ini ia idap.  "Terimakasih, Mas. Semua yang Mas Tanu katakan akan aku sampaikan kepada keluarga besar di sana," ujar Surya dengan rasa kelegaan di dalamnya.  "Kalau begitu, bolehkah aku pamit pulang dan menyampaikan semua pesan yang Mas Tanu katakan barusan?" "Ya, sepertinya itu lebih baik. Biarkan kami mencari penyelesaian untuk keluarga kami secara pribadi." "Sekali lagi terimakasih, Mas. Kalau begitu aku permisi. Jika ada yang bisa kami bantu untuk keluarga Mahendra, tolong katakan saja dan jangan sungkan." Surya masih berusaha memberikan bantuan bagi keluarga Athala dalam menghadapi semuanya.  "Ya, jika nanti kami membutuhkan bantuan, kami akan katakan. Namun karena kabar ini sangat mendadak, jadi kami belum tahu bantuan apa yang kami butuhkan." "Kamu tidak perlu khawatir Surya. Kamu bisa pulang sekarang dan tidak perlu merasa tidak enak hati begitu." Kini Nyonya Laras yang bersuara. Belum sempat Surya menjawab perkataan Nyonya Laras, tiba-tiba terdengar sebuah suara.  "Dasar pembohong!" "Pembohong kamu, Nadira!" Terdengar teriakan dari lantai dua. Teriakan yang berasal dari kamar Athala. Semua orang terkaget dan sontak mendongakkan kepala ke atas. "Surya, pulanglah! Biar kami urus Athala dan keluarga kami sendiri." Pak Tanu secara halus mempersilakan Surya untuk pergi, meski tidak ada maksud sama sekali untuk mengusirnya. "Baik, Mas. Sekali lagi, maaf." Surya berbalik arah menuju pintu, ia pulang bersama seorang pria muda lainnya. Urusan keluarga Wijaya telah selesai, namun tidak halnya yang terjadi di tengah keluarga Mahendra.  ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Unwanted Bride

read
112.1K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.2K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
54.8K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
55.1K
bc

Broken

read
7.1K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Rujuk

read
925.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook