Slice 8

1143 Kata
Sebenarnya minggu ini ia sudah menyiapkan konten tentang 'Melati dalam Pelukan Gunung Lembu'. Skrip sudah dibuat oleh Angkasa, hanya tinggal syuting sembari membaca teksnya seperti pembaca acara profesional, dengan mengeluarkan kemampuan story telling - nya yang sangat disukai orang - orang itu. Ia hanya tinggal mengantongi izin dari sang pemilik cerita. Ya, memang sedikit tricky, dengan menggarap skrip dahulu, sebelum mendapatkan izin dari pemiliknya. Tapi Angkasa berbekal pemikiran positif. Karena selama ini Brasta Kala selalu memberi izin padanya untuk menceritakan ulang cerita - ceritanya. Mana ia menyangka, jika ia akan mendapatkan lebih kali ini. Ia jadi agak menyesal karena menggarap skrip terlebih dahulu, baru izin. Harusnya memang sesuai prosedur, izin dulu, baru persiapan. Sekarang skrip yang sudah ia siapkan jadi sia - sia. Karena ... siapa yang akan menonton video ia menceritakan ulang 'Melati Dalam Dekapan Gunung Lembu', jika di episode sebelumnya, ia sudah membawa sang narasumber sendiri, sekaligus sang penulis cerita itu, untuk bercerita bersamanya. Ini merupakan sebuah pelajaran juga bagi Angkasa. Supaya tidak suka bekerja dengan seenak jidatnya sendiri. Tapi apa lah arti skrip yang sudah telanjur ia siapkan. Jika ternyata ia mendapatkan lebih dari sekadar skrip. 'Wah ... aku benar - benar nggak nyangka, demi cerita ini, kamu rela melakukan face reveal untuk pertama kali. Terima kasih, Brasta. Bagaimana kalau kita melakukan syuting di hari - hari sebelum Kamis. Atau Kamis pagi juga nggak apa - apa. Karena kamis malam, adalah jadwal aku upload video baru. Gimana, Brasta?' Angkasa tersenyum - senyum sendiri mengirim pesan balasan itu pada Brasta. Tak lama kemudian, Brasta segera membalas pesannya. 'Boleh. Tinggal kirim saja alamat studio kamu. Aku akan datang hari ini juga. Aku tahu, kamu membutuhkan waktu untuk membutuhkan editing. Kalau terlalu mendadak, editing tidak akan maksimal. Padahal aku perlu, semua inti cerita bisa diterima dan didengar oleh para penonton sampai habis. Sekali lagi, aku ingin si Anton nggak bermoral itu segera muncul ke permukaan untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah ia perbuat di masa lalu, lalu melupakannya seolah - olah nggak pernah terjadi apa - apa.' Angkasa kembali tersenyum membaca reaksi Brasta. Astaga ... bukan kah ia kembali mendapatkan jackpot? Ekspektasinya Brasta minimal baru akan datang besok. Ternyata justru ia akan datang hari ini juga? Astaga ... benar - benar jackpot. Bukan kah ini adalah saatnya ia bersinar lebih terang lagi dibandingkan sebelumnya? Angkasa bahkan sudah membaca sejak tadi, bahwa ini ternyata berasal dari sebuah kisah nyata. Dan Brasta ngotot ingin datang, adalah untuk menyampaikan sebuah kebenaran. Tapi Angkasa belum fokus pada kebenaran itu. Bahkan ia belum kepikiran siapa Anton yang dimaksud oleh Brasta. Siapa Anton yang sangat dibenci oleh Brasta itu. Fokusnya adalah, pada kontennya minggu ini yang pasti akan pecah dan menjadi sangat viral. Videonya pasti akan trending. Dan ia akan mendapatkan lebih banyak 'pelanggan kanalnya. Dan penonton video - videonya akan semakin meroket. Senyum itu terpatri jelas. Angkasa benar - benar patut bangga atas pencapaian yang ia dapat setelah kerja kerasnya selama ini. 'Baik. Hari ini dan seterusnya, studio aku terbuka untuk kamu 24 jam. Kapan saja kamu bisa, silakan datang. Ceritakan apa yang ingin kamu ungkapkan. Mari kita membongkar kebenaran bersama - sama. Lokasi studio aku akan aki lampirkan di bawah. Sampai ketemu nanti, Brasta.' Angkasa baru saja membalas pesan terakhir dari Brasta. Dan ia kembali tersenyum. Sengaja ia menegaskan ajakan untuk membongkar kebenaran itu. Meski ia sendiri tidak terlalu fokus ke sana. Hanya supaya Brasta semakin yakin untuk melanjutkan bercerita dengannya. Angkasa menunggu balasan pesan dari Brasta. Ah ... balasannya baru saja terkirim padanya. 'Oke, aku akan sampai sekitar 1 jam dari sekarang. Sampai ketemu.' Senyum Angkasa semakin awet saja setelah membaca pesan balasan itu. Bukan kah ini keren? Brasta Kala yang legendaris itu sebentar lagi akan datang ke studionya. Mereka akan bertemu kurang lebih 1 jam yang akan datang. Astaga .... Angkasa pun kemudian langsung beranjak dari depan laptop - nya. Untuk apa lagi kalau bukan untuk melakukan persiapan. Ia harus melakukan perapian dalam waktu singkat pada studionya yang cukup berantakan. Dan juga membersihkan serta merapikan dirinya sendiri. *** Brasta tak menunggu apa - apa lagi. Setelah melakukan konfirmasi, ia segera beranjak dari depan laptop - nya. Ia tak melakukan banyak persiapan. Hanya dirinya dan otaknya yang sudah merangkum tentang apa saja yang akan ia katakan dalam video Gemintang Angkasa nantinya. Sebenarnya bukan tanpa alasan ia memilih Gemintang Angkasa. Bukan karena content creator itu sudah menceritakan ulang tulisannya beberapa kali. Sebenarnya banyak kok content creator lain yang turut menceritakan ulang tulisannya. Bahkan lebih sering dari Gemintang Angkasa. Tapi menurut Brasta, Gemintang Angkasa lah yang paling tepat ia mintai tolong untuk menyampaikan masalah ini. Alasan utama adalah, Brasta tidak munafik, karena 'pelanggan dalam kanal Angkasa adalah yang paling banyak dibandingkan kanal horor pendakian yang lain. Story telling Angkasa juga sangat bagus. Dan Angkasa tahu bagaimana cara membuat videonya disukai banyak orang. Ia juga paham bagaimana membuat orang lain betah mendengarkan ceritanya sampai habis. Tentu saja Brasta sudah melihat track record Angkasa sejauh ini. Brasta buru - buru mengambil jaketnya. Menyangklong tas selempang hitamnya. Lalu menyambar kunci mobilnya di atas meja. Tak lupa ia melepas kabel charger yang tadinya masih terhubung dengan ponselnya di atas meja nakas, lalu memasukkan benda pipih itu ke dalam tasnya. "Bunda ... aku mau keluar sebentar." Brasta langsung berpamitan pada Nike, saat melihat bundanya itu sedang menikmati teh hangat di ruang keluarga. Sendirian saja sambil menonton televisi. Ayah belum pulang. Masih sibuk dengan urusan kantornya. "Lho, mau ke mana, Brasta?" Nike kebingungan, karena Brasta adalah tipe orang yang jarang keluar rumah. Kecuali untuk mendaki. Yang jelas saat ini putranya tidak akan pergi mendaki dengan pakaian santai dan hanya membawa tas selempang seperti itu. "Aku ada urusan sebentar, Bun. Ini adalah misi mengungkap kebenaran," jawab Brasta. Nike mengernyit. Tentu saja bingung dengan jawaban putranya itu. "Ya udah deh. Hati - hati. Mama dukung asal kegiatan kamu positif." Nike tidak berpikir macam - macam. Hanya menyangka bahwa putranya baru saja dipertemukan dengan arwah lain, yang sedang ingin menyampaikan pesan sekaligus minta tolong lada Brasta. Nike hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak akan pingsan di sembarang tempat, yang akan membuat kehebohan. Nike hanya tidak mau putranya nanti ditangani oleh tangan yang tidak tepat. Yang bahkan tidak mengerti tentang kondisi Brasta sama sekali. Nike mengantar putranya itu sampai ke depan. Melihat Brasta mengeluarkan mobil dari garasi, berputar di halaman depan, lalu melaju menuju gerbang. "Aku berangkat ya, Bun." Brasta berpamitan sekali lagi. "Iya, hati - hati kamu. Kalau ada apa - apa kasih kabar." Nike mewanti - wanti. Brasta tersenyum, memaklumi sikap protektif sang ibu. "Iya, Bun. Assalamualaikum." "Waalaikum salam." Brasta pun kemudian melaju keluar dari pelataran rumahnya yang luas. Disambut oleh jalanan gang yang cukup lengang. Dan disambut kembali oleh ramainya jalan raya ketika sudah keluar dari gang. Ia mengambil ponselnya untuk mengaktifkan peta yang dikirim oleh Angkasa tadi. Membiarkan operator peta yang selalu bicara dengan gaya khas itu, mengarahkannya sampai ke tempat tujuan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN