Rizan bergegas mendekat ke arah Belva yang baru saja datang. Langkahnya sedikit cepat, seakan ada yang ingin disampaikan pada Belva. “Nona, Tuan Nathan?” “Aku sedang di kantor, Zan. Sebaiknya jangan bahas pria itu. Fokus saja pada pekerjaan kita hari ini,” tegas Belva. Mendengar peringatan dari Belva, Rizan pun tidak berani lagi mengatakan lebih. Saat Belva melangkah masuk ke ruang kerjanya, pikirannya disibukkan dengan tugas-tugas hari itu. Terkejut melihat sosok yang tidak asing lagi berdiri di ambang pintu. Keterkejutannya terlihat jelas di wajahnya saat ia mengenali Nathan, seseorang yang tidak pernah ia duga sebelumnya. “Nathan, apa yang kau lakukan di sini?” Rizan berbisik di telinga Belva. “Aku ingin mengatakannya padamu tadi, tapi kau melarangku!” Helaan napas kasar Belva t