Ada Yang Tak Terduga

2324 Kata
Sudah satu bulan semenjak malam dimana Nicholas pergi ke rumahnya, meminta maaf, dan berujung tawaran friend with benefit itu. Semenjak itu Serlin memilih diam dan menjauh dari Nicholas untuk sejenak. Entah sampai kapan Serlin akan menjauh dari Nic, tapi Nicholas juga tidak pernah menghubunginya lagi sejak malam itu. Kini Serlin disibukkan oleh acara konser musik di kampusnya, konser musik yang diadakan oleh Fakultas Hukum dan dibawah naungan BEM Hukum. Serlin yang menjadi koordinator divisi acara sangat sibuk. Ia sampai sudah jarang melanjutkan tulisan novelnya karena program kerja konser ini dan dia kehabisan ide semenjak jauh dari Nicholas. "Guestar kedua habis ini naik panggung ya?" tanya Serlin sambil sedikit berteriak kepada rekannya karena dia ada dibawah panggung dan penonton dibelakangnya saling bernyanyi. Kondisi saat konser memang sangat ramai. Membuat Serlin kesulitan berkonsentrasi dan amat lelah. "Iya, kak." Jawab rekannya. Sampai kemudian Reno mendekati Serlin dan merangkulnya. "Lin, sebentar lagi closing. Istirahat dulu lah bentar." Serlin balas menatap Reno, dirinya memang sudah sangat lelah sekarang. Kemudian Serlin mengangguk pelan. "Boleh deh, Ren." Reno tersenyum sumringah, berjalan ke belakang panggung sambil merangkul pundak Serlin dan membawanya ke tenda khusus panitia yang tidak begitu ramai. "Udah makan?" tanya Reno setelah Serlin duduk di bangku. Serlin kemudian menggeleng sebagai jawabannya. "Gue beliin makanan dulu deh buat lo. Tunggu dulu ya." "Eh, Ren, gausah—" tapi ucapan Serlin sepertinya dihiraukan begitu saja oleh Reno. Karena Reno langsung keluar dari tenda dan meninggalkan Serlin. Tapi selang beberapa menit kemudian, salah satu crew menghampirinya sambil membawakan sebuket bunga dan satu plastik makanan dari restoran cepat saji. "Kak Serlin, ada titipan nih!" "Dari Reno? Cepet banget." Jawab Serlin sambil menerima titipan itu. Tapi juga heran karena ada buket bunga juga. "Kok Kak Reno sih? Bukan tau." Jawabnya sambil mengingat-ingat. "Aduh, gue lupa deh siapa tadi yang nitipin. Bukan anak crew kita pokoknya dah." "O-oh oke. Thank you kalau gitu." Serlin masih heran dengan kiriman makanan dan buket bung aitu. Sampai kemudian ia melihat sticky note berwarna hijau di belakang buket bunganya. Gausah sibuk-sibuk gitu dong. Yang lihat ikut capek. Jangan capek-capek, gausah sok kuat. Karna ada kalanya lo butuh untuk rehat. Dimakanan makanannya, aku antri penuh perjuangan nih! bunganya juga jangan dibuang, disimpen sampe kering. Ps: pulang nanti aku jangan kemana-mana. Aku jemput di backstage. Nic Serlin mengernyitkan dahinya. Ia langsung mengambil ponsel dan menghubungi Nicholas. "Halo, Nic? Gausah jemput! Aku bisa pulang sendiri." "Gausah bantah, ini juga suruhan mama kamu." Sambungan telepon kemudian diputus secara sepihak begitu saja. Membuat Serlin menghela napas lelah. Lelaki itu, kembali merusuhi hidupnya. Hingga Reno kemudian datang, "Lin, ini udah gue bawain makanan—lah, kok udah ada makanan?" Serlin hanya bisa memasang wajah bersalah. "Dari Nicholas." *** Crew dibubarkan pada pukul satu pagi dengan acara pembubaran yang mengharu-biru. Jujur saja seluruh tubuh Serlin kini rasanya remuk. Ia kemudian keluar dari tenda backstage bersama Reno sambil mengobrol. "Gue anter balik aja deh mending." Ucap Reno. "Gausah, Ren. Makasih." Tolak Serlin secara halus. "Dih, terus lo mau balik naik apa? Sama siapa? Bahaya—" "Udah ada yang jemput." Kali ini bukan Serlin yang menjawab. Melainkan Nicholas yang menjawab dengan lantang dan langsung menarik tangan Serlin agar menjauhi Reno. "Yuk, balik." Dengan langkah terseok, Serlin berusaha menengok kebelakang dan melambaikan tangan ke Reno yang hanya menatap tak paham kearah Serlin dan Nicholas. "Apaansih," Nicholas menyentak tangan Serlin hingga Serlin hampir terjungkal ke depan, namun Nicholas menahannya dengan merangkul pundak Serlin. "Drama banget pake dadah-dadah segala." "Kamu yang apaan!" Protes Serlin sambil menyikut pinggang Nicholas. "Main jemput gitu aja!" Nicholas meringis kesakitan karena sikutan Serlin. Namun tetap merangkul Serlin dengan erat agar gadis itu tidak kabur dan mengamuk makin brutal. Serlin lebih ekspresif daripada Arletta yang anggun dan hanya menurut saja. "Sakit tauk!" Protes Nicholas. Serlin hanya mengerucutkan bibirnya. Memilih diam mulai dari masuk ke mobil Nicholas hingga ke perjalanan pulang. Sampai kemudian tiba di rumah Serlin dan mobil Nicholas masuk ke carport, Serlin masih bungkam. Nicholas mendecak sambil turun dari mobil mengikuti Serlin melangkah masuk kedalam rumah. "Bilang makasih, kek." "Makasih." Kata Serlin singkat sambil mengeluarkan kunci rumah karena ia sedang dirumah sendiri, mama dan papanya menjenguk neneknya yang sakit di Bekasi. "Makasih buat makanan, bunga dan udah dianterin pulang." Nicholas mengangguk-angguk sembari menahan senyum. Sampai ia teringat sesuatu. "Bunganya mana?" Serlin sontak melebarkan matanya, lalu memukul kepalanya pelan. "Ketinggalan..." Serlin lalu berbalik menatap Nicholas, sedikit mendongak menatapnya. "Maaf..." Serlin lalu menggigit bibir bagian bawahnya, menatap Nicholas dengan bersalah karena teringat dengan pesan Nicholas yang tertulis di sticky note untuk merawat bunganya sampai kering. "Maaf banget, aku sibuk banget tadi sampai lupa semuanya." Nicholas terdiam menatap Serlin yang menunduk karena merasa bersalah. Lamanya tatapan Nicholas diam-diam membuat Serlin menjadi resah, ia menggigit bibir bagian bawahnya lagi dan Serlin tidak menyangku jika Nicholas kemudian menangkup pipinya dan memegang dagunya. Nicholas lalu menyentuhnya ibu jarinya pada bibir bagian bawah Serlin. "Jangan digigit terus. Bisa luka. Atau bisa aja..." "Apa?" tanya Serlin karena Nicholas menggantungkan kalimatnya. "Bisa aja ganti aku yang gigit bibirmu. Sampai bengkak, sampai berdarah mungkin." Ucap Nicholas yang membuat ia langsung memasang dua tangannya di depan muka karena Serlin bersiap-siap memukul. "Pulang sana!" Serlin lalu mendorong pintu rumahnya. "Dasar otak m***m!" "Ye, m***m bilang m***m lo." Celetuk Nicholas sambil menahan pintu rumah Serlin. "Buka pintunya bisa kali, aku mau minta minum. Haus." Serlin lalu menatap curiga. "Minta minum aja. Habis itu pulang." "Iya-iya." Jawab Nicholas sambil melangkah masuk dan melangkah dengan leluasa ke dapur, karena Nic juga tahu bahwa Serlin sedang sendirian. "Ya masa boleh minta jatah?" Serlin sontak melotot, membuat Nicholas terbahak dan menyeletuk, "ampun, m***m banget otak kamu." Pipi Serlin sontak merona. Ia tidak bisa banyak berkata-kata lagi. Sudah terlalu lelah dengan otak m***m Nicholas dan mulutnya yang seolah tidak ada rahang untuk menyaring ucapannya. *** Entah apa yang dilakukan Nicholas dibawah. Serlin lebih memilih langsung masuk kamar mandi di dalam kamarnya dan membersihkan diri setelah aktivitas seharian dari pagi ke pagi. Berendam dengan air hangat membuatnya merasa lebih rileks. Hingga Serlin menenggelamkan tubuhnya sampai air menyentuh dagunya. Nyamannya merendam tubuh lelahnya membuat Serlin tidak sadar kalau dia hampir saja berendam selama empat puluh menit. Hingga ketukan keras di pintu kamar mandinya membuat kelopak mata Serlin terbuka kembali. "Serlin!!!" Itu suara Nicholas, membuat Serlin langsung menghela napas dan keluar dari bathup. "Kamu mandi atau pingsan di dalam?! Mandinya lama amat, Serlin!!!" Serlin memutar bola matanya, ia mengambil handuk dan mengeringkan tubuh terlebih dahulu. Sengaja membiarkan Nicholas berteriak-teriak. "Serlin?" Suara Nicholas kini mulai melemah. Serlin tidak tahu saja jika di depan pintu kamar mandi, raut wajah Nicholas berubah menjadi khawatir. Hingga kemudian Nicholas berteriak lagi. "Buka atau aku dobrak nih ya!?" Mendengar itu, Serlin langsung gelagapan. Ia segera meraih kimono handuk dan memakai asal-asalan dengan cepat, dan kemudian membuka pintu kamar mandi sambil menyentakkannya keras. "Nic!" Serlin berteriak protes. "Lebay kamu tuh, ih! Kamu ganggu me time aku tahu nggak?!" Nicholas mengernyit, mengabaikan sejenak aroma harum nan segar tubuh Serlin. Ia melongok kedalam kamar mandi, melihat air rendaman bathub yang masih terisi penuh dan lilin aromatherapy yang masih menyala. Nicholas sontak menatap Serlin tak enak hati sambil mengusap tengkuknya. "Kamu mandi lama banget. Aku mau pulang, jadi harus mastiin dulu kalau kamu baik-baik aja..." Ucapan Nicholas di akhir melambat, begitu pikirannya tidak bisa fokus lagi melihat Serlin yang berdiri hanya dengan kimono handuk dihadapannya. Kimono handuk yang tak menutupi belahan d**a Serlin dengan sempurna. Nicholas jadi dapat melihat belahan d**a Serlin yang nampak menggoda Nicholas. "Kamu lihat kemana?" tanya Serlin pelan sambil merapatkan kimono handuknya. Nicholas sontak berdeham dan mengusap bagian belakang rambutnya. Sialan! Dia sudah makin terlihat seperti lelaki m***m saat ini. "Aku pulang dulu." Ucap Nicholas sambil membalikkan badannya. "Kunci pintu rumah, hati-hati." Namun belum Nicholas melangkah lebih jauh, Serlin menahan pergelangan tangannya. "Soal friend with benefit yang kamu bilang ke aku—" Nicholas membalikkan badannya lagi menatap Serlin, entah kenapa kini jantungnya malah berdegup lebih kencang dari biasanya. Serlin mengulum bibirnya, kemudian berbicara lagi, "harus aku lupakan ucapan itu, atau sebaliknya?" "Menurut kamu?" Nicholas malah balik bertanya. Karena bagaimanapun, keputusan ada di tangan Serlin. "Seharusnya aku menolak tawaran itu karena kamu sudah punya pacar." Serlin lalu menatap Nicholas. "Tapi di sisi lain, aku juga enggak memungkiri kalau malam dimana kamu cium aku bisa menjadikan inspirasi tulisanku selanjutnya." "Jadi?" Nicholas melangkah mendekat, ia gemas sendiri oleh Serlin yang selalu menjawab dengan ragu dan malu-malu. "Lagipula, jika kita lakukan, ini akan jadi rahasia kita kan, Nic?" tanya Serlin memastikan. "M-hm, dan tidak akan ada yang terjadi. Tidak akan ada perasaan yang tumbuh juga diantara kita. Semuanya saling diuntungkan disini." Jawab Nicholas sambil menyentuh dagu Serlin dan menariknya pelan, sehingga Serlin tidak lagi menggigit bibir bagian bawahnya. "Sudah aku bilang kan, kalau kamu terus gigit bibir bawah kamu, maka bisa saja aku yang juga akan gigit bibir kamu." Bukannya mengabaikan ucapan Nicholas, kali ini Serlin bertindak lain. Ia malah tersenyum, seolah menganggap bahwa ucapan Nicholas hanya bualan biasa. Hingga kemudian Nicholas balas tersenyum miring, merasa tertantang oleh Serlin. "Selama ini aku selalu berhati-hati kalau ingin menyentuh kamu." Nicholas memajukan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Serlin dan berbisik. "Tapi kenapa malam ini seolah kamu membuatku makin tertantang?" "Cuma mengetes, karena biasanya kamu selalu membual." Nicholas tidak menunggu lama lagi, kesabarannya sudah habis. Ia langsung menarik Serlin kedalam dekapannya dan meraup bibir merah muda itu. Tubuh Serlin seolah kaku, otaknya seolah berhenti, ia dibuat terkejut oleh ciuman Nicholas yang kesekian kali. "Kali ini aku buktikan ke kamu, Serlin Agatha. Bahwa aku tidak membual." Bisik Nicholas disela-sela cumbuannya pada bibir Serlin. "Dan aku akan mengajarkan kamu untuk bercinta, secara lebih nyata." Nicholas lalu kembali mencium Serlin makin dalam, mencecap rasa mint dari gigi Serlin yang terasa segar, lidahnya bergulat dengan lidah Serlin di dalam sana dan saling bertukar saliva. Nicholas meremas lembut pinggang ramping Serlin, ia mendorong mundur Serlin selangkah demi selangkah ke belakang. Hingga kaki Serlin terantuk pembatas kasur dan ia terduduk di kasur. Serlin mengalungkan lengannya pada leher Nicholas, meremas bagian belakangnya dengan lembut hingga Nicholas duduk disampingnya. Mereka berciuman diatas kasur, lambat laun Serlin juga makin menikmati cumbuan Nicholas. Sesekali ciuman Nicholas turun ke tengkuknya, mengecupi kecil di sekitar tengkuknya dan menghisap pelan, menimbulkan sensasi geli nan nikmat bagi Serlin. Kemudian tangan nakal Nicholas mulai beraksi. Nicholas mengusap paha Serlin secara naik dan turun dengan sensual sembari mengulum kembali bibir Serlin dan saling mencecap rasa. Serlin jelas sadar, namun usapan Nicholas pada pahanya menimbulkan gelenyar aneh pada jantung Serlin. Usapan itu perlahan berubah menjadi Nicholas mengusap paha bagian dalamnya dan meremasnya sensual. Nicholas terus mengusap paha Serlin, tangannya terus mengusap masuk kedalam hingga telapak tangan kirinya menyentuh kewanitaan Serlin. Napas Serlin tertarik karena terkejut, ia berusaha menjauhkan diri namun Nicholas menahannya. "Ssstt," Nicholas menahan pinggang Serlin dan membaringkan tubuh Serlin perlahan. "calm down, and relax." "Buka pahamu lebih lebar." Bisik Nicholas dan kemudian Serlin menuruti. Rasanya, ucapan Nicholas benar-benar seperti ucapan pria di n****+-n****+ erotis yang mengajarkan wanita polos dalam bercinta. Dan seperti inilah yang dialaimi Serlin, seperti ini pula kisah yang akan dituliskan Serlin. Jadi Serlin harus memahami rasa ini. Serlin lalu membuka pahanya makin lebar dan menekuk kedua kakinya, membiarkan telapak tangan Nicholas mengusap kewanitaannya, bergerak keatas dan kebawah, menekan klitorisnya pelan dengan jari telunjuknya. Kening Serlin makin berkerut dan ia memejamkan matanya ketika usapan Nicholas makin berasa sensual. Hingga telunjuk Nicholas membelai miliknya yang mulai basah dan Serlin mengulum bibirnya untuk menahan desahannya. Ia malu, malu karena mendesah dengan mudahnya. Melihat itu, Nicholas menahan senyuman gelinya. Ia kembali berbisik pada Serlin. "Mendesah saja. Mendesah yang keras untuk aku." Nicholas makin menekan jari tengahnya dan menambah dengan jari telunjuknya untuk membelai milik Serlin dan memberikan pijatan lembut yang menggoda di dalam sana. "Desahkan namaku kalau perlu." "Eumhh, ahh..." Desahan Serlin akhirnya lolos begitu saja dari bibir cantiknya. Hanya dengan mendengar dan melihat Serlin mendesah, membuat Nicholas tidak sabar untuk langsung meraup bibir Serlin lagi dan menciumnya keras. Jemari Nicholas terus memberi pijatan-pijatan sensual pada kewanitaan Serlin hingga terasa makin basah dan berkedut-kedut. Bahkan belum-belum tubuh Serlin sudah menggelepar beberapa kali. Serlin mendesis, lalu mendesah saat jari tengah Nicholas masuk ke kewanitaannya untuk menggodanya, namun godaan itu bertambah dahsyat ketika Nicholas juga memasukkan jari telunjuknya. Desahan Serlin makin keras saat Nicholas menggerakan ujung jarinya di dalam milik Serlin. Nicholas hanya berani memasukkan ujung jarinya. Karena kewanitaan Serlin terasa sangat sempit, dan Nicholas kini menatap Serlin dengan pandangan berkabut penuh napsu. Keadaan kamar terasa makin panas walaupun pendingin udara sudah disetel dengan suhu paling dingin. Serlin mengangkat tangannya, meletakkan punggung tangannya diatas bibirnya saat jemari Nicholas mengaduk-aduk miliknya dan Nicholas meletakkan ibu jarinya dibagian atas kewanitaan Serlin, ikut memberi pijatan sensual yang makin membuat Serlin terangsang dan kepalanya pening. "Eumhh, ahhh!" punggung Serlin melengking sedikit keatas, merasakan geli dibawah sana dan nikmat. Tangan kirinya meremas seprai ketika terasa desakan pada kewanitaannya. "Nic... ouhh, ahhh, Nic!" Gerakan jemari Nicholas yang memijat sensual kewanitaan Serlin makin cepat. Nicholas sejenak terpana oleh paras cantik Serlin ketika orgasmenya hendak datang. Wajah cantik yang polos itu kini matanya terpejam karena nikmat dengan alis mengkerut dan wajah memeras karena hendak o*****e. Bibir cantik itu ditutupi oleh punggung tangannya karena terus mendesah hingga kini. Nicholas makin menggerakan jemarinya di kewanitaan Serlin, terus mendamba desahan Serlin yang menyebut namanya dengan indah, Nicholas terus mengaduk di dalam sana, hingga ia merasakan kewanitaan Serlin berkedut keras dan cairan kenikmatan itu keluar membasahi jemarinya. Serlin terengah, Nicholas menatapnya dengan memuja. Ia lalu menundukkan tubuhnya, mengecup pipi dan bibir Serlin. "Cukup disini atau kamu mau aku lanjut?" tanya Nicholas dengan suara seraknya. Jantung Nicholas berdegup kencang menunggu jawaban Serlin. Karena Nicholas sudah tidak tahan lagi untuk bertindak lebih jauh. Hingga kemudian Serlin meraih tangan Nicholas, mengarahkannya pada gundukan d**a kanan Serlin. Dengan pipi merona, Serlin berkata, "kamu boleh buka, Nic." --- Author Note Jangan lupa klik love di bagian sinopsis untuk menambahkan cerita ini ke reading list kamu. Yuk, bantu cerita Obsessed Or Love mencapai 500 followers lebih! Tolong tinggalkan komentar yang menyenangkan! Follow me on dreame & Innovel.  Also follow me on IG: segalakenangann
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN