Xena terkejut. Tidak menyangka bila Hantu yang dipenuhi oleh belatung dan darah di ruang latihan adalah Diane yang sekarang dia lihat. Wajah Diane bahkan hanya dipoles menggunakan riasan tipis, tetapi sudah terlihat paling mencolok di antara pemeran teater lainnya. Helaian rambut hitam yang menjuntai hingga ke pinggang terlihat kontras dengan kulitnya yang cerah.
Ketika Diane mengenakan gaun berwarna putih polos, dia tampak seperti seorang peri yang seharusnya tidak menginjakkan kaki di bumi. Xena melangkahkan kaki mendekati panggung, dari bawah dia terus menatap Diane tanpa henti.
“Dia Diane White, aktris teater yang telah lama dikabarkan menghilang. Penampilannya secantik ini, tapi kenapa bentuk hantunya bisa sangat buruk?” Kata Xena tidak percaya.
Zenon, “Hantu gentayangan selalu mengambil bentuk kematian mereka. Hal itu karena hantu ini masih tidak bisa merelakan kematian yang tiba – tiba sehingga akan terus mengingat memori tentang kematian mereka.”
“Jika begitu, maka Diane meninggal dalam keadaan leher yang patah?”
“Ya, bagian lehernya yang patah kemungkinan besar akibat terhantam benda padat dengan keras. Bisa jadi itu meja ataupun pinggiran panggung.” Jelas Zenon.
Xena bergidik ngeri, “Artinya Diane menghilang karena ada yang membunuh dia. Bisakah kita mengetahui pembunuhnya?”
Zenon tertawa, “Nona Archer, tampaknya kamu semakin bersemangat untuk menangani kasus hantu. Ingin mengikuti jejakku sebagai shaman?”
“Aku sedang tidak bercanda!”
Dunia ilusi yang mereka masuki seketika berkedip beberapa kali akibat emosi Xena tidak stabil. Takut akan dilempar paksa oleh ilusi sebelum mereka bisa melihat masa lalu Diane, Zenon buru – buru menenangkan Xena. “Tidak perlu khawatir, kita hanya harus melihat kenangan masa lalu Diane untuk mengungkapkan kebenaran.”
Keduanya mengalihkan pandangannya menuju panggung teater. Diane telah meninggalkan panggung, meninggalkan dua orang aktor yang akan memerankan dua adegan berikutnya. Satu merupakan aktor berkulit hitam sedangkan yang satu adalah orang kaukasian pada umumnya.
“Tidak. Aku tidak merasa gundah. Aku yakin bila Desdemona tidak akan berselingkuh dariku.” Kata aktor berkulit hitam.
“Saya berharap dia tidak pernah melakukan itu! Dan saya juga berharap Anda akan terus berpikir seperti itu.”
“Tapi tetap saja. Hal baik terkadang bisa berubah buruk.” Ekspresi dari aktor berkulit hitam itu terlihat ragu – ragu, merasa tidak bisa mempercayai istrinya—Desdemona sepenuhnya.
Dari sepenangkapan Xena, para aktor ini sedang memerankan drama ‘The Tragedy of Othello’, sebuah drama besutan William Shakespear yang mengangkat tema romantika – tragedi.
Secara singkatnya, drama ini mengisahkan tentang seorang Jenderal dari negara Venesia yang bernama Othello, dia merupakan orang kulit hitam yang berasal dari Moor. Karena perbedaannya itulah dia kerap kali mendapatkan diskriminasi dari para orang italia. Awal tragedi di mulai saat Othello mencintai seorang putri dari seorang senator, wanita itu bernama Desdemona. Desdemona selalu di sanjung oleh seluruh penduduk Venesia sebagai wanita tercantik di negara itu, banyak pria datang melamar ke rumahnya, mulai dari bangsawan hingga pedagang kaya. Akan tetapi, Desdemona terus menolak mereka dan memilih untuk menikah dengan Othello diam – diam.
Awalnya pernikahan mereka baik – baik saja, senator juga terpaksa menyerahkan Desdemona kepada Othello setelah mengetahui kebenarannya. Akan tetapi, pernikahan mereka mulai terguncang saat Iago—seorang prajurit dari Othello ingin membantu seorang bangsawan kaya bernama Roderigo untuk mendapatkan Desdemona. Walau sesungguhnya Iago tidak sepenuhnya ingin membantu Roderigo, dia ingin menghancurkan pernikahan Othello karena Iago mempunyai dendam yang besar kepada Othello akibat Jenderal itu mempromosikkan prajurit juniornya—Cassio sebagai seorang letnan alih – alih memilihnya.
“Jenderal yang bernama Othello itu tampaknya sangat mencintai istrinya sampai terus berpikiran positif meski bawahannya berusaha menghasutnya.” Kata Zenon yang tampaknya tertarik dengan drama di hadapannya.
Zenon menarik tangan Xena supaya mereka duduk di kursi penonton. Xena sedari tadi sudah menghela napas berkali – kali akibat berusaha menahan emosinya kepada Zenon. Pria itu tanpa henti terus menarik tangannya kesana dan kemari untuk melihat – lihat isi dari teater ini.
Ketika baru saja duduk, Zenon langsung berbicara lagi, “Kamu tahu akhirnya bagaimana? Apakah jenderal dan istrinya akan berakhir bahagia?”
Pria itu belum pernah menghadiri drama teater sehingga merasa penasaran dengan jalan ceritanya.
“Akhirannya buruk.” Balas Xena singkat.
Jawaban Xena ternyata membuat keinginan Zenon untuk menonton drama itu menjadi surut. Dia bukanlah tipe manusia yang menggemari kisah tragedi, apabila dia menonton suatu drama atau film, maka film itu harus mempunyai akhir yang baik.
“Kenapa bisa buruk?”
Xena menunjuk aktor yang berperan sebagai Iago. “Tokoh bernama Iago itu akan terus menghasut Othello bahwa istrinya tengah berselingkuh dengan Cassio. Awalnya Othello tidak percaya, tapi Iago membuat bukti palsu yang membuat Desdemona tampak benar – benar berselingkuh dengan Cassio.”
“Karena terbutakan oleh rasa cemburu, Othello meminta Iago untuk membunuh Cassio sedangkan Othello membunuh istrinya sendiri dengan mencekik lehernya saat tidur.”
“Mencekiknya? Benar – benar mencekik istrinya sendiri?” tanya Zenon berkali – kali seperti seorang anak kecil yang penasaran.
“Iya, Othello mencekik Desdemona sampai mati. Pada akhirnya dia menyesali perbuatannya itu setelah tahu bahwa istrinya tidak pernah berselingkuh.”
“Apa – apaan itu?! Jika dia memang mencintai istrinya, mengapa harus membunuh istrinya sendiri dan bahkan percaya kepada orang lain!”
Xena, “Master Dominic, ini hanyalah sebuah drama, tidak perlu dianggap serius.”
Lagipula, mengapa Zenon bisa bersikap serius saat melihat sebuah drama tapi selalu bercanda di saat Xena ingin berbicara serius?!
Beberapa saat kemudian, latihan drama telah usai. Para aktor dan aktris segera merapihkan barang – barang mereka, kemudian pergi menuju ruang istirahat. Namun, tidak seperti aktor lain, Diane masih duduk di atas panggung seraya menghafalkan dialognya yang sering dia lupakan.
“Diane, kenapa masih di sini?” tanya sutradara.
Ketika melihat sutradara bernama James itu berjalan ke arahnya, Diane tiba – tiba saja tersipu malu dan menjawab dengan bisikan kecil. “Ada terlalu banyak dialog yang aku lupakan saat latihan. Aku tidak mau menghambat aktor lain saat latihan di lain waktu sehingga akan berusaha menghafalkan semua dialognya hari ini.”
James kemudian duduk di samping Diane, turut membaca naskah drama yang sedang dipegang oleh wanita itu. “Aktingmu sudah semakin baik, tapi memang daya ingatmu terhadap dialog masih harus ditingkatkan.”
“Ya, aku agak buruk dalam mengingat.” Balas Diane seraya tertawa.
“Tidak perlu begitu tertekan. Lagipula, selama ini kamu tidak pernah berlakon dengan buruk saat acara pementasan dibuka.”
“Aku hanya ingin meningkatkan kemampuan aktingku. Bisakah kamu membantuku juga?”
“Tentu, mana adegan yang masih terasa sulit untukmu.”
Diane menunjuk salah satu adegan yang tertulis di atas kertas naskah. Mereka lantas berbincang – bincang dan terkadang akan tertawa saat menemukan lelucon di antara percakapan mereka.
Dari arah ruang istirahat, sekelompok aktris tengah menatap Diane dengan sinis. Mereka hanya merasa bila Diane selalu saja mencari perhatian dari sutradara mereka setiap kali mereka berlatih. Diane bahkan tidak pernah memanggil James dengan honorifik ‘Tuan’, seolah mereka berdua sudah mempunyai hubungan yang begitu dekat.
Seorang aktris bernama sarah memutar bola matanya kesal seraya menghapus riasan di wajahnya. “Lihatlah anak itu, padahal baru saja bergabung dengan kelompok teater kita selama lima tahun, tapi selalu saja bisa mendapatkan pemeran utama wanita.”
Amber yang duduk di samping sarah turut menimpali, “Sebanyak 80 persen drama yang kita lakoni itu pemeran utamanya adalah Diane.”
“Benar! Benar! Lagipula, kenapa sutradara tidak memberikan kesempatan kepada aktris lain untuk menjadi pemeran utama?” tanya Giselle penasaran.
“Kita sudah pernah berganti sutradara sebanyak tiga kali, tapi mereka semua pasti tetap saja memilih Diane sebagai pemeran utama.”
Sarah berkata, “Tuan James yang baru menjadi sutradara kita selama satu tahun saja tidak pernah memakai aktris selain Diane untuk memerankan peran utama wanita.”
“Bukankah itu tidak adil? Maksudku, memangnya kemampuan kita seburuk itu sampai tidak bisa menempati posisi pemeran wanita?”
“Mana mungkin! Ada banyak dari kita yang sudah bermain drama jauh lebih lama daripada Diane. Bahkan senior sarah juga sudah menjadi aktris sejak dia berumur dua belas tahun!”
“Ya, ya. Senior sarah lebih pantas untuk memerankan pemeran utama wanita dibandingkan dengan Diane.”
Sarah tertawa pelan. “Kalian terlalu menyanjungku. Bagaimana pun juga industri hiburan sangat kejam apalagi untuk wanita, sutradara pasti selalu memilih aktris dengan rupa yang paling cantik untuk memerankan tokoh penting dan membiarkan aktris yang tidak begitu cantik untuk memerankan tokoh figuran.”
Amber melanjutkan ucapan Sarah, “Tapi, ada juga cara licik untuk mendapatkan peran yang penting selain menjadi cantik. Bisa saja ada aktris yang tidur dengan sutradara mereka. Aku tidak bilang Diane melakukan hal kotor seperti itu kepada Tuan James, tapi bukankah kalian sendiri yang tadi bilang bila semua sutradara pasti selalu mengambil Diane sebagai pemeran utama?”
Giselle tiba – tiba saja berseru. “Ah, aku ingat! Dua minggu yang lalu Brandon melihat Tuan James dan Diane sedang makan di restoran bersama. Kemudian, tiga hari yang lalu juga ada yang pernah bilang bila dia melihat Tuan James mengantar Diane pulang hingga ke stasiun kereta.”
“Mencurigakan, terlalu mencurigakan.”
Di ruangan itu terdapat tujuh wanita, dan mereka semua memiliki satu pemikiran yang sama.
Diane White pastilah mempunyai hubungan khusus dengan Tuan James.
Zenon yang mendengar percakapan mereka sejak awal akhirnya membuka suara, “Mereka hanya terbutakan oleh rasa iri. Bagaimana mungkin ada aktris yang merelakan tubuhnya demi ketenaran?”
“Tidak, mereka benar.” Xena melanjutkan, “Seperti yang dikatakan oleh sarah, industri hiburan itu kejam. Baik dulu maupun sekarang, kita tidak bisa memungkiri bahwa hanya orang – orang rupawan yang bisa mendapatkan ketenaran yang tinggi.”
“Ya, aku paham bila itu menyangkut penampilan. Tapi, bagaimana dengan tidur dengan produser atau sutradara?”
“Itu juga benar. Ada banyak produser yang ingin memanfaatkan aktris muda dengan mengiming – imingi ketenaran kepada mereka. Pada akhirnya, para aktris yang sudah tercebur ke dalam kubangan dosa itu tidak akan pernah bisa lepas dari produser karena biasanya produser – produser licik itu merekam kegiatan panas mereka agar bisa dijadikan bahan ancaman di kemudian hari.”
“Oh, kamu sangat paham tentang masalah ini.”
Xena menghela napas, “Itu rahasia umum. Bahkan sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di dunia hiburan, sudah ada sekitar sepuluh produser atau sutradara yang menawarkan hubungan saling menguntungkan seperti itu.”
Zenon membulatkan mata dan terlihat terkejut. “Kamu pernah menerima tawaran mereka?”
Alih – alih menjawab, Xena memberikan pertanyaan. “Ketika pertama kali melihat wajahku, apa yang Master Dominic pikirkan?”
Pertanyaan Xena jelas membuat Zenon bingung. “Hmm … cantik?”
Xena mengangguk, “Ya, wajah seperti ini tidak membutuhkan bantuan seperti itu.”
Zenon tertawa karena melihat Xena yang tiba – tiba saja menjadi orang yang sangat percaya diri. “Tapi, kemampuan akting Nona Archer juga pasti tidak buruk, karena bisa masuk nominasi di acara penghargaan Oscar.”
Setelah dipuji oleh Zenon, perasaan Xena berangsur – angsur membaik dan mulai membuang seluruh rasa kesalnya kepada Zenon.
Xena baru saja ingin berbicara lagi, tetapi fokusnya teralihkan saat mendengar suara sarah. “Jika memang Diane benar – benar mempunyai hubungan dengan Tuan James, mengapa kita tidak menghancurkan hubungan mereka seperti di drama Othello yang akan kita pentaskan.”
• • • • •
To Be Continued
3 September 2021
Catatan :
Dialog dan Naskah dari drama 'The Tragedy of Othello' berasal dari karangan asli William Shakespeare, sama sekali tidak kurubah atau tambahkan.