BAB 3 : Kedatangan Tamu yang Tak di Undang

2200 Kata
“Xena, kamu hanya sendirian sejak awal.” Seketika punggung Xena menjadi dingin, rasa merinding menjalari seluruh tubuhnya sehingga membuat rambut – rambut halus di tubuh Xena berdiri. Dia tidak mungkin sendiri. Jelas – jelas Xena mendengar banyak suara tengah berbisik di sebelah telinganya. Bahkan dia mampu merasakan ada seseorang yang menyentuh dan berusaha menarik kakinya sebelum Helios datang. “Lihatlah, baik – baik! Tadi mereka ada banyak, tidak mungkin bisa pergi begitu cepat.” Helios menatap adiknya bingung, pasalnya dia sama sekali tidak melihat ada orang lain di ruangan ini selain Xena dan dirinya sendiri. Tapi, wajah Xena yang ketakutan membuat Helios ragu Xena hanya berpura – pura. “Mungkin hanya ada orang yang mengobrol di depan pintumu tadi.” “Tidak mungkin! Mereka jelas – jelas menyentuh kakiku! Periksa saja CCTV ruangan ini jika kamu tidak percaya.” Pekik Xena yang sekarang turut dilanda kesal karena Helios tidak mempercayai ucapannya. Akibat terus – menerus diteriaki oleh Xena yang bersikeras mengatakan ada orang lain di ruangannya, Helios akhirnya pergi menemui pihak keamanan untuk melihat rekaman CCTV kamar Xena beberapa waktu yang lalu. Rekaman CCTV terputar, menampakkan sosok Xena yang terlihat sedang berbicara sendirian. Tidak hanya itu, Xena juga berusaha melarikan diri dan menendang – nendang udara kosong. Seperti yang Helios katakan, dia selalu sendirian sejak awal. “Eh, bukankah itu Xena Archer?” bisik seorang penjaga keamanan kepada rekan disebelahnya. “Mungkinkah dia kehilangan akal setelah kecelakaan dan menjadi buta?” “Lihat saja. Dia bahkan mulai berhalusinasi.” Helios yang bisa mendengar suara bisikan itu lantas menepuk pundak mereka seraya berkata, “Jika sampai rekaman ini tersebar ke publik, aku pasti akan menuntut kalian ke jalur hukum dan membuat hidup kalian sengsara. Jadi kunci rapat mulut kalian dan bersikaplah tidak pernah melihat rekaman ini.” Kedua penjaga itu bergidik ngeri. Sadar bahwa yang tengah berbicara dengan mereka itu adalah Helios Archer, seorang model kelas atas yang pastinya berada di tingkatan berbeda dengan mereka. “Kami pasti tidak akan menyebarkannya.” Helios tersenyum, “Selamat malam, Tuan – Tuan.” Dia kemudian pergi dari ruang keamanan dan kembali menuju ruangan Xena. Alangkah terkejutnya Helios ketika Xena langsung berlari cepat menuju sumber pintu saat Helios datang, bahkan tidak memperdulikan kakinya yang terhantuk meja saat berlari. “Mereka datang lagi … mereka datang lagi! Helios, kenapa kamu lama sekali?!” wajahnya tampak pucat dan ekspresinya dipenuhi oleh ketakutan yang nyata. “Kamu pasti sudah mengecek CCTV, bukan? Siapa mereka? Apakah mereka bersembunyi di dalam ruanganku?” Helios menutup pintu kamar, kemudian menepuk pundak Xena. “Tidak ada orang lain, Xena. Hanya ada kamu disini.” “Tidak. Tidak. Tidak. Itu tidak benar!! Mereka bahkan kembali berbisik di telingaku saat kamu pergi!” Xena mulai berteriak histeris saat Helios tidak mempercayai ucapannya. Helios menghela napas, tidak tahu harus berbuat apa kepada adiknya yang masih bersikeras mengatakan ada orang lain. Dia juga tidak mungkin menganggap Xena hanya berpura – pura setelah melihat Xena sampai membiarkan selang infusnya lepas dan kakinya terluka akibat terkena sisi tajam meja. Mungkinkah benar – benar ada orang lain di dalam ruangan ini? Lampu pada ruangan berkedip beberapa kali, membuat Helios tiba – tiba ikut merasa ngeri. Suhu di dalam ruangan terasa begitu dingin meski pengaturan suhu pada pendingin ruangan tidaklah rendah. “Helios, kenapa kamu diam?” tanya Xena kembali dihantui oleh rasa takut. Dia berpikir mungkin saja orang dihadapannya bukanlah Helios, melainkan orang lain yang sedari awal mengganggunya. “Lampunya … berkedip – kedip.” Bisik Helios pelan, tetapi langsung menggelengkan kepala supaya berhenti memikirkan hal buruk. “Mungkin listriknya sedang bermasalah.” Untuk meyakinkan Xena bahwa tidak ada orang lain di dalam ruangan ini, Helios memeriksa semua bagian ruangan tanpa terkecuali. Dia membuka lemari, melihat kolong tempat tidur serta memeriksa kamar mandi. Dan dia sama sekali tidak melihat ada tanda – tanda orang lain yang bersembunyi. “Tidak ada? Benar – benar tidak ada?” tanya Xena. “Tidak ada.” Xena tampak gusar, mulai mempertanyakan kewarasannya sendiri setelah mendengar Helios tidak melihat ada orang lain baik dari pantauan CCTV atau saat ia periksa. Jika memang tidak ada manusia, lantas apa yang sedari awal mengganggunya? Apakah mungkin hantu? Sontak Xena langsung menepis pikiran itu. Seumur hidupnya, hal yang paling tidak ia percayai ada di dunia ini adalah keberadaan hantu atau mahkluk yang tak terlihat. Setelah merasa lebih tenang, Xena berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa dia hanya sedang berhalusinasi. Malam sudah semakin larut sehingga Helios memaksa Xena untuk kembali tidur dan berjanji tidak akan pernah meninggalkan Xena sendirian di dalam ruangan. Ketika Xena mulai memejamkan matanya, Helios duduk di atas sofa seraya menyandarkan punggungnya yang terasa sakit setelah seharian melakukan pemotretan tanpa henti. Helios mengernyitkan kening tatkala melihat lampu pada plafon kembali berkedip, kali ini lebih cepat daripada sebelumnya. Padahal keluarganya sudah menempatkan Xena di ruang VIP, tetapi pihak rumah sakit malah menyediakan kamar berkualitas buruk seperti ini. Kesal dengan cahaya lampu yang terus mati-nyala, Helios akhirnya mematikan saklar lampu dan membiarkan ruangan diselimuti oleh kegelapan. Dia lantas berbaring di atas sofa seraya membuka ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh. Helios menggulir layar ponselnya, membuka sosial media yang dipenuhi oleh notifikasi dari para penggemar yang selalu antusias setiap kali Helios baru saja menambahkan foto ke akunnya. Setelah melihat beberapa komentar, Helios mengganti akun sosial medianya yang biasa dia gunakan sebagai akun kedua. Tidak ada hal yang menarik, tetapi tanpa sadar dia sudah berselancar di dunia maya selama kurang lebih dua jam. Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam sehingga dia memutuskan untuk mematikkan ponselnya dan pergi tidur. Akan tetapi, baru saja dia memejamkan mata, Helios mendengar ada suara ketokan pelan. Duk.. Duk.. Duk.. Anehnya, suara itu terdengar begitu jelas. Seolah – olah tidak berasal dari luar ruangan, melainkan dari dalam. Seketika tubuh Helios menegang, dia bangkit dari sofa dan melihat kesekeliling ruangan. Seperti sebelumnya, Helios tidak mendapati ada hal yang aneh di ruangan itu. Saat hendak berjalan menuju sofa, langkah Helios terhenti akibat mendengar suara ketukan berasal dari balik lemari pakaian yang berada di sudut ruangan. Duk.. Duk.. Duk.. Helios berbalik, menatap pintu lemari yang tidak jauh dari hadapannya itu dengan seksama. Matanya membulat ketika pintu lemari tersebut perlahan terbuka seraya mengeluarkan suara derit halus. Awalnya dia menganggap mungkin ada tikus atau hewan kecil yang tanpa sengaja membuka pintu lemari, akan tetapi pemikirannya itu langsung terbuang tatkala sebuah tangan menjulur keluar dari dalam lemari. Permukaan kulit tangan itu tampak pucat, ujung – ujung jarinya berwarna keunguan yang terlihat seperti livor mortis. Sepotong tangan itu melambai beberapa kali kepada Helios sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam lemari pakaian. Sekujur tubuh Helios mendadak terasa dingin, jantungnya berdebar kencang, dan kedua tangannya bergetar tanpa henti. Dengan susah payah Helios berjalan menuju saklar lampu untuk menyalakan cahaya lampu. Ketika lampu menyala, lemari pakaian itu sudah tertutup seperti sedia kala, membuat pikiran Helios semakin kacau. Apa yang baru saja dia lihat? Bagaimana bisa ada tangan muncul dari dalam lemari, padahal sebelumnya tidak ada apapun didalam lemari selain pakaian milik Xena. Seketika seluruh bulu di tubuh Helios berdiri, membuatnya merinding dan ketakutan. Tiba – tiba saja dia ingat ucapan salah satu temannya yang berkata bahwa rumah sakit biasanya adalah tempat yang paling banyak menyimpan cerita menyeramkan. Ada ribuan pasien yang meninggal setiap tahunnya dan apabila di kalkulasi hingga puluhan tahun, mungkin sudah ada jutaan manusia yang meninggal di dalam rumah sakit ini. Helios Archer bukanlah orang yang skeptis terhadap fenomena astral. Tanpa Xena ketahui, Helios diam – diam seringkali menonton tayangan pemburuan hantu di sosial media. Karena itu, ketika Xena berkata ada seseorang di kamarnya padahal tidak ada siapapun, Helios sudah memikirkan kemungkinan adanya aktivitas tak kasat mata. Hanya saja dia masih berusaha untuk berpikiran positif supaya tidak membuat Xena ketakutan. Helios baru saja bernapas lega tatkala suara ketukan pada lemari pakaian berhenti. Namun, dia kembali dikejutkan oleh lampu kamar yang tiba – tiba mati secara bersamaan, membuat dia berdiri di antara kegelapan. Ruangan itu begitu hening, tidak ada satupun suara selain deru napas konstan dari Xena yang sedang tidur. Helios membuka matanya lebar – lebar, berusaha menyesuaikan penglihatan di ruang tanpa cahaya. Walaupun hatinya diselimuti oleh ketakutan, Helios tetap berusaha untuk tenang. Perlahan dia berjalan menuju tempat tidur Xena dengan tubuh yang kaku. Suara jarum detik pada jam mengisi indra pendengaran Helios, membuat tubuhnya semakin tegang. Tak.. Tak.. Tak… Suara tepukan tangan terdengar tepat di samping telinga Helios, sontak ia membulatkan kedua matanya dan menoleh pelan. Betapa terkejutnya ia saat melihat dua tangan kembali terlihat dan bertepuk beberapa kali. Tidak sampai disitu, samar – samar Helios mendengar suara tawa anak kecil berputar di sekeliling tubuhnya. Ia ingin berteriak dan berlari, tetapi kakinya tidak mampu bergerak seolah ada paku yang menahannya untuk melangkah. “Mari temani aku bermain, aku kesepian.” “Tuan yang baik, mari kita bermain.” Sebuah tangan yang dingin menyentuh tangan Helios dan ketika Helios menunduk ke bawah. Ia melihat seorang anak berwajar pucat tengah menatapnya dengan kedua bola mata yang kosong, darah merah mengalir dari kedua bola mata kosong itu dan menetes ke atas permukaan lantai. Seketika Helios mampu menggerakan tubuhnya dan dengan cepat berlari menuju kasur Xena. Dengan sekujur tubuh yang gemetar, Helios melompat ke atas kasur, kemudian bersembunyi bersama Xena di bawah selimut. Dia memeluk adiknya itu dengan erat, seolah Xena adalah satu – satunya hal yang mampu menyelamatkannya. Akibat terkena guncangan, Xena turut terbangun dan mendengar suara bisikan Helios. “Aku percaya kepadamu, mereka benar – benar ada.” Xena hendak membalas, namun terhenti kala suara bisikan turut berputar di sekitarnya. Dia sontak memeluk Helios juga dengan erat dan tidak berani melepaskan walau hanya sejenak. Beruntung kedua mata Xena masih tertutup oleh perban sehingga dia tidak bisa melihat apapun, sedangkan Helios harus melihat banyak bayangan hitam berlalu lalang dari balik selimut. Keduanya memejamkan mata dengan kuat, berusaha untuk segera masuk ke alam mimpi dan mengabaikan suara – suara itu. Ketika jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, suara – suara tersebut mulai menghilang dan meninggalkan keduanya dalam keheningan. Akibat terlalu takut sepanjang malam, baik Helios dan Xena tanpa sadar telah tidur di balik selimut. Xena memang tidak melihat apapun malam itu, tetapi dia memimpikan ada banyak makhluk berwajah pucat merangkak menuju tempatnya tidur. Dia terlalu takut sampai Xena kesulitan bernapas di dalam tidurnya. “Xena! Helios! Kenapa kalian tidur di bawah selimut seperti ini?! Kalian bisa kehabisan oksigen saat tidur!” Begitu selimut disibak paksa oleh Lidia, Xena langsung terbangun dan mengambil napas dalam – dalam. Sedangkan Helios segera mendudukan diri seraya bernapas putus – putus, tampaknya dia juga mendapatkan mimpi buruk semalam. Keringat mengalir dari keningnya dan turun hingga ke pelipis. Dia segera menghela napas lega tatkala cahaya matahari sudah memasuki ruangan. Manik Hazelnya bertemu pandang dengan Lidia dan Laura yang menampakkan ekspresi bingung. Pasalnya, Lidia belum pernah melihat kedua anaknya itu tidur bersama dalam jangka waktu yang lama. “Mama, kita harus pindah dari kamar ini!” Seru mereka bersamaan yang semakin membuat Lidia keheranan. “Memangnya kenapa?” “Ada sesuatu …” Helios berpikir sejenak sebelum melanjutkan. “Aliran listrik di kamar ini bermasalah, kemarin malam lampunya selalu mati – nyala. Aku takut akan terjadi korsleting listrik yang bisa membahayakan Xena.” Lidia bukanlah wanita yang berpikir terlalu banyak sehingga dia langsung mempercayai ucapan Helios. “Baiklah, mama akan berbicara dengan pihak rumah sakit nanti. Apa kamu tidak ada pemotretan hari ini?” Ekspresi panik seketika tampak di wajah Helios. “Jam berapa sekarang?” Laura yang berdiri di samping Lidia memeriksa jam tangannya dan berkata, “Jam 9 pagi.” “Sial!” Helios segera turun dari atas tempat tidur dan mengambil kunci mobil serta mantel yang dilipat asal dari atas meja. Dia sudah berjanji kepada manajernya akan datang ke studio pemotretan pada pukul 8 pagi, tapi dia malah tidak sengaja tidur terlalu lama. Helios dengan cepat memakai sepatunya dan sedikit melirik ke arah pintu lemari yang semalam terbuka sendiri. Tapi, pandangannya langsung teralihkan oleh bunyi dering dari ponselnya. Nama ‘Manajer Jean’ tertera di layar ponsel dan pada notifikasi terlihat bahwa Jean sudah berusaha menghubunginya sebanyak lima puluh kali. “Dimana kamu?! Kenapa sampai tidak mengangkat teleponku berkali – kali?!” Suara teriakan berdenging di telinga Helios, membuatnya secara reflek mematikan telepon dan berjalan menuju pintu. “Aku pergi.” “Kamu tidak ingin sarapan dahulu?” tanya Lidia. Helios, “Tidak sempat!” “Dia pasti akan terkena masalah.” Ujar Laura. Lidia mengibaskan tangannya di udara dan tertawa, “Tidak ada yang berani marah dengannya selain manajernya sendiri.” Laura tertawa sejenak sebelum memandang Xena yang sedari tadi hanya diam, sama sekali tidak mencerminkan sosok keponakannya yang selalu berbicara setiap ia datang. “Xena, Bibi Laura datang untuk menjengukmu. Apa kamu tidak senang?” tanya Lidia. Xena bukannya tidak senang, tapi dia merasa energinya telah terkuras begitu banyak setelah melewati malam yang menegangkan. Tidak ada lagi alasan logis yang dapat menjelaskan fenomena aneh yang menimpanya kemarin sehingga Xena secara sadar mulai percaya terhadap keberadaan hantu. Namun, bukankah seharusnya hantu tidak bisa menyentuhnya? Kenapa sebelum Helios datang ada banyak makhluk asing yang mampu menyentuh tangan dan kakinya? Antara itu hantu atau manusia yang bersembunyi, keduanya sama – sama menakutkan untuk Xena. “Mama, kumohon pindahkan aku dari kamar ini.” Bisik Xena. • • • To Be Continued 1 Agustus 2021
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN