Bab 2: My Wedding Diary Kata-kata di malam pernikahan itu benar-benar membuatku mematung dan kelu. Hatiku tak terasa sakit karena patah hati, tapi sakit karena merasa tertipu dan kali ini penipunya adalah orang yang sudah mengikrarkan janji sebagai suamiku tadi pagi. Belum juga usia pernikahanku genap sehari, tapi rasanya aku ingin menyudahinya saja, karena tak siap oleh luka-luka selanjutnya... Tanpa sengaja lelaki yang berstatus suamiku itu menoleh dan kaget melihat keberadaanku yang sudah mematung dan menatapnya lekat-lekat. Aku ingin bertanya banyak hal padanya, dimulai dari 1. Siapa yang dipanggilnya sayang di telepon? 2. Apa arti pernikahan untuknya? 3. Kenapa harus aku yang dia pilih untuk ditipu? 4. Apa karena aku anak baru kemarin sore sehingga ia sekenanya saja padaku? Tap