Bab 7

1276 Kata
Eden dan Kelly sudah berada di depan pintu kayu. Tanaman rambat yang berada di pagar bergerak tanpa sepengetahuan mereka. Kelly melirik-merasa ada yang tidak beres, refleks menoleh tapi tak ada apapun. Dahi Eden berkerut karena hembusan angin yang sedikit kuat. Kelly mulai bersiap dengan senjata dibalik punggungnya. Mereka menatap ke penjuru arah untuk memastikan tidak ada orang lain selain keduanya. Sementara angin yang menerpa semakin kuat, pintu pondok terbuka lebar. Pisau berukuran dua puluh centimeter mengarah pada mereka. Kelly mendorong Eden agar menjauh, sedangkan dirinya langsung merunduk. Kelly menoleh ke dalam pondok dengan tatapan tajam. “Apakah kau ingin membunuh saudarimu satu-satunya, Gallio?” “Apa yang kau lakukan, Gal?” Mike lari tergopoh-gopoh menuju ke ruang tamu ketika merasa hawa dingin menyebar keseluruhan ruangan. Eden yang di dorong tadi, langsung menatap ke arah Gallio. Ia marah, karena nyawanya dalam bahaya, dan ingin memaki, sayangnya suara emas yang di miliki belum juga kembali. Mike merasa ada yang tak beres karena Gilbert tak ikut muncul. Pria itu hendak bicara, tapi Gallio sudah mengeluarkan suaranya. “Dimana ayah, Kel?” Kedua mata tajam itu terus menatap Eden dengan pandangan menusuk, padahal yang di tanya adalah Kelly. “Kendalikan dirimu, Gal.” Mike tahu bahwa adik sangat membenci Eden sejak dulu. Dan ia berusaha untuk membuatnya tenang. Gallio mengacuhkan sang kakak, dan memilih mendekati Eden. “Dimana ayahku?” Gallio memegang kerah Eden dengan cepat, tapi itu tak membuatnya takut sama sekali, seolah hanya hal biasa. “Katakan, b******k! Atau aku akan membunuhmu.” “Gallio!” teriak Kelly muka. Gadis itu mengeluarkan ekor rubah nya yang berjumlah tiga. Ekor transparan tersebut berwarna coklat tua. “Kau membela dia. Dia itu parasit dalam hidup kita. Dia tak pernah punya orang tua!” ejekan Gallio sukses membuat Eden murka, ia hendak berteriak tapi suaranya belum keluar, dan yang dilakukan adalah melakukan gerakan yang membuat pria itu bungkam. Bugh! Eden melayangkan tinju dengan keras, tepat di ulu hati Gallio. Sontak pegangan yang ada di kerah lehernya langsung terlepas. Dan pria itu batuk-batuk sambil meringis kesakitan. “Sudah, hentikan!” Mike membantu Gallio berjalan menuju kursi untuk duduk. “Bicaralah, Eden. Bukankah kau punya mulut?” Kelly menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. “Aku menyihirnya agar tutup mulut. Dan seharusnya ia sudah bisa bicara.” “Kelly!” geram Mike sedikit murka, pantas saja Eden tak bicara dan hanya memukul Gallio sebab sumbernya adalah Kelly. “Kemari lah, Eden. Aku akan menyembuhkan mu.” Eden sedikit ragu, tapi Kelly langsung mendorongnya agar mendekat. Mike memegang leher pria itu dengan lembut. Cahaya putih bersinar dengan terang selama beberapa detik, dan Eden mulai membuka mulutnya. “Aaa.., Ehem.” Suara Eden akhirnya keluar, dan Mike tersenyum saat usahanya berhasil. “Lain kali, jangan sembarangan melakukan percobaan kepada orang lain jika tak mendesak.” Mike melirik ke arah Kelly yang sedang tegang. Eden menoleh, “Kau menjadikan aku kelinci percobaan!” Ia tak mengira bahwa Kelly sangat berani berbuat hal itu. “Kau pantas mendapatkannya!” sela Gallio dengan senyuman mengejek tak suka. Eden kesal, tapi kali ini ia tak akan melakukan pukulan. “Bilang saja kau iri, iri padaku karena mereka peduli. Dan tentunya, kau merasa terasingkan.” Gallio langsung berdiri dan melayangkan tatapan tajam kepada Eden yang menurutnya berubah. Padahal dulu dia hanya diam saja jika di perlakukan tak adil. “Kau!” desisnya tertahan. “Cukup!” teriak Kelly cukup keras. Keduanya menoleh ke arah gadis itu. “Apakah kalian mau bertengkar hanya karena masalah sepele?” “Menurutku, ini semua bukan masalah sepele. Dan satu lagi, aku ingin tahu, siapa orang tua kandungku?” Eden penasaran dengan kehidupan keluarga kecilnya. “Yang jelas, kau bukan bagian dari kami.” Gallio melipat kedua tangannya. “Suatu hari nanti kau akan tahu, tapi tidak sekarang, Eden.” Mike menatap ke arah Gallio, dan mereka saling tatap satu sama lain, seperti menyembunyikan sesuatu. Kelly merasa aneh, tapi ia berpura-pura baik-baik saja. Ia lebih suka mencari tahu kebenarannya sendiri dari pada menerima kebenaran dan duduk manis. Setelah percakapan itu, suasana ruangan menjadi hening. Gallio merasa ada yang aneh karena Gilbert tak ikut mereka. Mike bilang, orang tua itu sedang bersama Eden di kolam teratai. “Jangan bilang ada sesuatu dengannya.” Ia menggelengkan kepala berulang kali. Mike menatap Eden dan Kelly satu persatu untuk meminta jawaban dari mereka. Sumpah ini bukan april mop, dan tak ada candaan sama sekali. “Katakan, Kel!” Nadanya sedikit membentak sampai gadis itu tersentak. Kunci yang ada di saku Kelly pon dirogoh olehnya, lalu di lempar ke udara-melayang tepat di depan Gallio dan Mike. Mereka tahu bahwa kunci itu adalah milik Gilbert. Itu artinya sang ayah dalam misi yang berbahaya, dan tak bisa kembali dalam waktu dekat. “Ini pasti karena dia!” Gallio menunjuk ke arah Eden yang masih berdiri, dan tak membantah sama sekali. “Kau kan yang menyuruh ayahku sebagai umpan!” “Bisa tidak kau tenang, Gallio.” Mike jengah dengan pikiran sempit sang adik. “Oke, kau membelanya terus.” “Aku tak membelanya, tapi kita harus bertanya pada Eden!” “Bertanya pada dia hanya membuang waktu!” “Berhenti berdebat!” sela Kelly sambil menarik kembali kuncinya dan masuk ke dalam saku. Kedua pria itu menoleh tajam ke arah Kelly. “Kenapa menatapku seperti itu?” Ia melirik ke Eden yang sedang duduk sambil makan kue kering. Oh astaga, sikap tengil Eden tak berubah sama sekali. Dia cenderung tidak peduli dengan hal sekitar, tapi keramahannya tak tertandingi. ‘Jika dia benar Louis, perbedaan mereka hanya terletak pada sikap. Eden terlihat ramah, sementara Louis tak tersentuh sama sekali. Lainnya benar-benar mirip,’ batin Kelly sambil menggelengkan kepala. “Sial! Ini bukan waktunya makan kue, Eden.” Gallio meradang karena melihat Eden yang meremehkannya. “Lalu, apa yang harus aku lakukan? Ikut bertengkar dengan kalian. Aku tak mau membuang waktu.” Mulut Eden penuh dengan kue kering, membuat Kelly terkikik karena dia sangat lucu. “f**k!” Gallio melempar kursi ke arah Eden yang masih dalam kondisi tenang. Melihatnya seperti itu, membuat Gallio bertanya-tanya. Apakah benar dia adalah Eden? ‘Gawat,’ batin Kelly dan Mike bersama. “Siapa kau sebenarnya?” tunjuk Gallio tepat mengarah pada Eden. Eden yang tadinya makan kue langsung meneguk air karena merasa kering di tenggorokan. Pria itu tak langsung menjawab, malah memilih makan kue lagi, dan bersikap biasa alias tak panik. Padahal di dalam hatinya ketar-ketir takut ketahuan. “Kenapa kau asal bicara, Gallio?” Kelly menghalangi jarak pandang keduanya. “Kita bahas kunci yang diberikan kepada daddy.” Mike dan Gallio mengangguk patuh, dan mulai serius dengan rencana kedepannya. “Pengawal ratu yang membawa daddy pergi.” Kelly yakin dengan apa yang di lihat. “Dia sedang melakukan pencarian.” Mereka bertiga menatap ke arah Eden yang sibuk makan. “Dia!” seru Gallio tak percaya. “Walau bagaimanapun, kita harus melindunginya.” Mike menepuk bahu Gallio “Kau cari informasi di kerajaan, Gal. Aku dan Mike akan membantu Eden di sini.” Jika Kelly membiarkan Gallio dan Eden bekerja sama, maka mereka pasti akan selalu bertengkar. “Baiklah..., aku akan pergi sekarang.” Gallio berlari secepat kilat dengan zig-zag. Tak lupa ia memberikan salam perpisahan kepada Eden, dengan mendorong kursi pria itu hingga jatuh di lantai. Sedangkan ia langsung kabur begitu saja. “Sialan!” Eden mengerang kesakitan lantaran bokongnya yang cantik jatuh ke lantai. Mike dan kelly hanya bisa menahan tawa agar tidak menyinggung Eden. “Apa yang kalian tertawakan?” tanya Eden menepuk bokongnya dengan lembut. Sumpah, ia baru saja tidak di hormati oleh siluman rubah hitam menyebalkan. Dan bahkan dia sengaja melakukan itu untuk mempermalukannya. Imagenya sebagai pemburu siluman terkikis sudah. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN