Survival 2

1075 Kata
Dunia telah berubah, dari dunia yang dikuasai teknologi menjadi hutan belantara. Era senjata jarak jauh berakhir dan senjata dingin kembali merajalela. Manusia yang awalnya adalah makhluk yang menguasai dunia kini bersembunyi seperti serangga, membuat sarang mereka sendiri dan tidak berani menjejakkan kaki di luar. Semuanya berawal dari dua ratus tahun yang lalu. Pada tahun 2020, sebuah virus aneh tiba-tiba pecah. Orang-orang yang terjangkit awalnya hanya demam tinggi, lalu lama kelamaan kulit mereka mulai membiru, di saat yang sama, kuku mereka juga berubah menjadi gelap. Serta nafas mereka perlahan-lahan akan berhenti lalu mati. Tapi itu hanya permulaan. Karena mereka semua akan membuka mata beberapa saat kemudian dan menjadi gila, menyerang siapapun yang mereka temui dengan gigi dan kuku mereka. Era itu di catat sebagai The Disaster Era. Jalanan penuh darah dan daging, dengan mayat hidup yang berkeliaran mencari mangsa. Dunia hanya bertahan selama satu bulan sebelum sepenuhnya berhenti beroperasi, air dan listrik tidak berfungsi, kendaraan sulit beroperasi karena bahan bakar yang terbatas, sedangkan populasi manusia menurun drastis setiap hari. Pemerintah tidak bisa menekan pertumbuhan mayat hidup yang terus bertambah, karena tanaman dan binatang juga mulai terkontaminasi. Krisis air dan makanan membuat manusia mulai saling menyerang dan secepatnya hukum tidak lagi berlaku. Seolah itu tidak cukup, Zombie yang awalnya hanya bisa menggigit dan mencakar mulai menunjukkan tanda-tanda bermutasi, mereka mulai bekerja berkelompok dan bergerak semakin cepat setiap hari. Umat manusia terpojok, dengan monster kelaparan di sekeliling mereka, keputusasaan melanda, lalu sebuah keajaiban terjadi. Manusia juga mulai bermutasi, menunjukkan tanda-tanda kekuatan yang tidak pernah manusia di zaman damai miliki. Sejak saat itu, manusia akhirnya memiliki harapan. Manusia yang bermutasi terbagi menjadi tiga. Pertama manusia tipe kekuatan, mereka di sebut juga sebagai tipe Average, karena satu-satunya yang berubah adalah kekuatan fisik mereka yang menjadi lebih kuat. Manusia dengan fisik seperti itu sangat banyak hingga orang-orang juga mulai menganggapnya sebagai standar normal kekuatan manusia saat itu. Lalu ada Mutan, mereka adalah manusia yang bermutasi dengan gen hewan dan tumbuhan tertentu, fisik mereka biasanya sangat aneh, namun memiliki kekuatan yang lebih baik dari Average, hanya saja, Mutan terkadang sangat mudah kehilangan kendali. Lalu yang benar-benar menjadi harapan manusia adalah, Spem, disebut juga sebagai para pemilik kemampuan. Mereka adalah manusia yang membangunkan kekuatan super. Fisik mereka terlihat sangat normal, tapi kekuatan yang mereka miliki seperti hadiah dari Tuhan. Beberapa bisa mengendalikan elemen dan beberapa lagi memiliki kekuatan yang unik. Dengan tiga kategori mutasi itu, manusia normal yang sama sekali tidak bermutasi menjadi sosok terlemah, mereka di sebut The Waste, tidak berguna karena mereka tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan tiga tipe diatas. Dengan pemilik kemampuan sebagai harapan, manusia bangkit dari keputusasaan dan bergerak untuk saling menyelamatkan, kemudian membuat Safe Haven terakhir di bumi, yaitu Dinding Athena. Dinding Athena adalah dinding raksasa yang di bangun oleh para Spem selama puluhan tahun, mereka membuatnya hingga 101 lapisan dengan memeras setiap tetes kekuatan mereka, hingga kini, dua ratus tahun kemudian, manusia masih bersembunyi di baliknya. Sejak saat itu, populasi manusia tetap stabil, meski mereka hanya bisa menguasai dua puluh persen dari daratan bumi, setidaknya mereka tidak perlu berhadapan langsung dengan monster mengerikan di luar lagi. Tapi, dengan tidak adalah bahaya, kemampuan manusia jadi terbatas, Average adalah standar manusia normal, jadi jumlah mereka adalah yang paling mendominasi sedang para Mutan dan Waste menjadi kaum minoritas. Spem menjadi pemimpin manusia, tapi keberadaan mereka dari tahun ke tahun semakin langka. Tap. Aku menutup buku tebal yang menemaniku selama beberapa hari di dalam sel, buku pengetahuan seperti ini tidak terlarang di penjara, jadi sipir memberikannya tanpa banyak tanya ketika aku minta. Dua ratus tahun yang lalu, adalah Disaster Era, tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai hari kiamat. Aku meletakkan buku itu ke meja dan berbaring, suara deritan ranjang tua itu terdengar sangat mengganggu, tapi aku mulai terbiasa. Spem, Mutan, Average, dan Waste. Diantara keempat tipe manusia itu, untungnya aku masih termasuk sebagai tipe Average, meskipun kemampuanku jauh lebih lemah dari pada tipe Average lain. Tapi... Aku kembali melirik buku gelap di atas meja, buku itu adalah buku umum yang memberikan banyak informasi tentang sejarah berdirinya dinding Athena. Tapi sebenarnya, tipe manusia yang mereka sebutkan tidak lengkap. Saat berusia lima belas tahun, aku menemukan buku usang di ruang kerja ayah, di sana jelas menulis lima tipe manusia. Pandora. Mereka adalah makhluk yang tercipta dari penelitian ilmuwan yang mencoba untuk menciptakan mutan yang terkendali, tapi alih-alih mendapatkan hasil, mereka justru menciptakan makhluk yang jauh lebih berbahaya dari monster. Pandora adalah monster dengan karakteristik manusia. Mereka terlihat seperti manusia, tapi tidak memiliki emosi yang sama seperti manusia, mereka dingin dan tidak punya belas kasih. Meski deskripsi yang menggambarkan Pandora terdengar mengerikan, tetapi tidak ada catatan tentang kekuatan dan kejahatan apa saja yang membuatnya dikategorikan sebagai makhluk yang lebih mengerikan dari monster. Aku mengangkat tangan dan meletakkannya di atas mataku. Besok adalah hari dimana aku harus naik kereta menunju distrik 101, sayangnya hingga kini aku tidak bisa menemukan informasi berarti tentang distrik neraka itu. Selain mengerikan dan berbahaya, semua polisi tempatku bertanya juga tidak tau apa-apa. Saat matahari mulai muncul kembali, dingin di dalam sel juga sedikit terangkat. Aku bangun sangat pagi untuk mandi karena tidak ingin berpapasan dengan tahanan lain. Meskipun selama beberapa hari aku menginap, tidak ada yang berani menggangguku setelah tau aku akan ke distrik 101, tetap saja aku harus waspada. Tak lama kemudian, sipir penjara datang untuk membawakan makanan untukku. Sedangkan tahanan lain keluar untuk mendapatkan makanan mereka sendiri di kantin. Aku bisa merasakan beberapa tatapan simpati dan tatapan mencemooh dari mereka. Di mata mereka, aku mungkin terlihat seperti tahanan yang sebentar lagi akan berhadapan dengan moncong pistol, hidupku sudah ditakdirkan mati muda, jadi mereka tidak repot-repot untuk menggangguku. Tapi aku tidak pernah sedikitpun berpikir akan mati. Tidak, lebih tepatnya aku tidak ingin mati. Aku menarik nampan alumunium berisi makanan basah yang hanya sekilas terlihat sangat tidak enak. Aku ingat, di hari pertama aku masuk penjara, aku sama sekali tidak bisa memakannya dan kelaparan sepanjang malam. Saat aku mengeluh, sipir penjara hanya akan diam dan menatapku dengan dingin. Jadi, aku memejamkan mata dan memakannya dengan paksa. Rasanya aneh, nasi yang disiram dengan sup berwarna coklat hingga berkuah, bukan hanya tampilannya yang menjijikkan, tapi bahkan rasanya membuatku kesulitan menelannya. Tapi jika ingin hidup, aku harus tetap makan. Aku menahannya dan mengambil suapan kedua, lalu yang ketiga hingga seterusnya, di saat yang sama, air mataku juga terus mengalir setiap kali aku memaksa makanan itu masuk ke tenggorokanku. "Waktunya naik kereta." Tak lama kemudian, suara yang terdengar seperti maut memanggilku. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN