Orang pertama yang Yeona dan Qiu Shen temui setelah mencari adalah Ben bersama dua anggota lainnya, sedang beristirahat di suatu tempat selagi membahas bagaimana cara menemukan anggota yang terpisah dari mereka.
Saat melihat Qiu Shen dengan begitu tenang menghampiri mereka dengan seseorang di punggungnya, Ben kesulitan menyembunyikan keterkejutannya, tapi setelah melihat bahwa orang dalam gendongannya adalah Yeona, mutan beruang madu itu mendesah maklum.
Yeona bergerak-gerak untuk diturunkan dan menyapa Ben demi mengatasi kecanggungannya sendiri. "Hai, um senang kalian terlihat baik-baik saja."
Ben dan dua pria lainnya mengangguk. "Apa kau terluka?" tanya salah satu dari mereka.
"Aku cuma keseleo." Yeona mengangkat pergelangan kaki sebelah kirinya.
"Keseleo? Kebetulan sekali, aku punya ... Oww Ben! Kenapa memukulku?"
Ben melotot pada pria itu sebelum kembali tersenyum pada Yeona. "Lalu banyak-banyak istirahat, Qiu Shen bisa menggendongmu hingga kita bertemu Karen."
Yeona mengangguk dan mencari akar pohon untuk duduk, sedangkan Qiu Shen bergerak mendekati pria yang masih menggosok belakang kepalanya. "Kau punya obat kan? Berikan padaku."
"Huh?"
"Obat, kau tadi bilang kau punya obat."
"Dia tidak pernah bilang begitu." Ben menyenggol satu pria lainnya yang dengan ragu mengangguk untuk menyetujui ucapannya.
Tapi, Qiu Shen tidak peduli dengan mereka berdua. "Aku tahu kau punya, jangan pura-pura."
Lawan bicara Qiu Shen melirik Ben, lalu Qiu Shen sebelum akhirnya mengeluarkan botol obat berisi cairan kemerahan dengan akar-akar tipis di dalamnya.
Dia mungkin takut pada Ben, tapi jauh lebih takut pada Qiu Shen. Siapa sangka, ketika Qiu Shen mendapatkan botol obat itu, dia juga menyodorkan kristal nukleus berwarna merah padanya.
"Ini ... " Pria itu membelalak tak percaya, tapi Qiu Shen menutup aksesnya untuk bertanya dengan meninggalkan tempat itu menuju Yeona.
"Ya ampun, itu kristal nukleus?" Pria yang lain bergeser untuk melihat lebih jelas.
"Sepertinya."
"Sangat jernih dan berwarna merah, menurutmu kristal nukleus ini milik Zombie yang semalam?"
Ben menatap kristal nukleus di tangan rekannya dengan iri sebelum menatap punggung Qiu Shen. Sekarang dia harus memastikan untuk bersikap baik pada Yeona, mungkin saja suatu saat dia juga akan dapat kristal nukleus tingkat tinggi secara cuma-cuma.
Yeona tidak sadar bahwa dia telah menjadi target demi mendapatkan kristal nukleus, saat ini sedang terkejut oleh Qiu Shen yang berlutut di depannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Perlihatkan pergelangan kakimu." Qiu Shen membuka penutup botol obat yang dia bawa dan meletakkannya ke tanah.
Alih-alih memperlihatkan kakinya yang sakit, Yeona justru spontan menariknya menjauh. Hingga Qiu Shen yang memang tidak punya stok kesabaran yang lebih, akhirnya menangkap kaki gadis itu saja dan melakukan yang ingin dia lakukan.
Yeona tidak mengerti mengapa sejak dia bangun, Qiu Shen jadi bersikap agak aneh, padahal biasanya di depan orang banyak, pria ini suka menjaga jarak dengannya.
Apakah karena aku hampir jadi Zombie?
Dia jadi merasa kasihan atau bersalah?
Tapi Qiu Shen buka tipe yang bisa merasakan dua hal itu dengan mudah.
"Diam." Qiu Shen tiba-tiba berbicara, masih dengan posisi mengoles obat ke kaki Yeona.
"Hah?"
"Kau terlalu berisik."
Yeona mengerutkan kening. "Tapi aku tidak mengatakan apapun sejak tadi." Kan? Yeona yakin dia hanya mengatakan banyak hal di dalam pikiran ... Tunggu ...
Yeona menoleh dan bertemu pandang dengan tatapan tanpa riak Qiu Shen, sekali lagi mendengarnya menegur. "Kau berisik."
Mata Yeona membulat, selagi kedua tangan menutup mulutnya. "K-kau bisa baca pikiranku?"
Qiu Shen menunduk lagi dan tidak menjawab.
'Qiu Shen?' Yeona memanggil tanpa mengeluarkan suara, namun Qiu Shen tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mendengar. 'Apakah hanya tebakanku saja?'
Tapi, saat Yeona mulai ragu, Qiu Shen justru mendongak seolah dia mendengarkan.
'Jadi, kau mendengarku atau tidak?' Karena rasa tak sabar, Yeona bahkan tak sadar bahwa matanya sudah melotot saat menatap orang lain.
"Bodoh," ucap Qiu Shen samar, tapi Yeona tidak peduli untuk mencari tahu apa yang dia katakan, karena pria yang dia kenal selalu berwajah dingin di hadapannya ini tiba-tiba saja tersenyum.
Walaupun sangat tipis, hingga tak akan disadari dari jauh, tapi tetap saja tersenyum!
"Yeona!"
Yeona tersentak dan menyadari bahwa yang ada di hadapannya kini bukan lagi Qiu Shen, melainkan dua pria yang bersama Ben tadi.
Di mana Qiu Shen?
Yeona mengedarkan pandangannya dan menemukan pria itu sudah bersandar di salah satu akar pohon besar dengan mata terpejam.
"Yeona!"
"Huh?" Yeona menarik pandangannya ke dua pria di hadapannya. "Ada apa?"
"Apakah ini kristal nukleus milik Zombie yang memimpin pasang Zombie tadi malam?"
Yeona menatap kristal nukleus yang mereka perlihatkan dan menggeleng. "Tidak tahu."
"Bukankah kau bersama Qiu Shen semalaman, bagaimana bisa tidak tahu?"
"Tapi aku memang tidak tahu."
"Aihh jangan pura-pura, kami ...
"Berisik!"
Dengan bentakan dari Qiu Shen, Yeona akhirnya terbebas dari banyak pertanyaan.
Setelah beristirahat sejenak, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan kembali dan terima kasih untuk gelang misi yang menunjukkan arah, di tengah-tengah perjalanan kelimanya bisa bertemu sedikit demi sedikit anggota tim mereka yang berpencar.
Dan demi menghindari krisis seperti kemarin, semua anggota sepakat untuk tidak menghabiskan malam di reruntuhan kota maupun bekas pemukiman lagi, setidaknya bagi mereka mati di tangan binatang buas jauh lebih baik dibandingkan mati kemudian jadi Zombie.
Tiga hari kemudian, mereka hampir mencapai jantung hutan dan hanya sekitar tujuh puluh persen anggota yang berkumpul. Mereka semua sudah memperkirakan yang terburuk, namun ternyata menemukan anggota yang tersisa telah tiba lebih dulu dan berkumpul dengan Karen.
Di antara mereka ada Mila, Raya dan juga antek-anteknya. Malam itu, meski bulan sangat samar, Yeona bisa mengenali gadis yang mendorongnya ke kerumunan Zombie.
Dan gadis itu saat ini sedang menunduk menghindari tatapannya.
Tentu saja dia takut, karena jika Yeona mengatakan yang sebenarnya, meski ada keraguan atas laporannya yang tanpa bukti, tetap saja gadis itu akan diwaspadai. Dan lagi, bukan tidak mungkin ada orang yang melihat perbuatannya saat itu, hanya saja tetap diam karena menunggu tindakan Yeona sebagai korban.
Yeona menyembunyikan tatapannya yang berkilau dingin di punggung Qiu Shen. Korban? Sayangnya, Yeona tidak ingin menjadi korban yang perlu dikasihani lagi.
Qiu Shen mengabaikan semua tatapan orang-orang dan menurunkan Yeona ke bawah pohon.
"Ada apa dengannya? Terluka?" tanya Karen.
"Hn, keseleo," jawab Qiu Shen. Dia kemudian meletakkan busur dan anak panahnya ke sisi Yeona. "Aku pergi sebentar," bisiknya kemudian menghilang ke dalam hutan.
Yeona tersedak ludah sendiri, apakah baru saja Qiu Shen minta izin padanya?
Bahkan Karen menatap punggung Qiu Shen dengan alis terangkat, jelas sama terkejutnya dengan Yeona. "Oh? Jadi perjalanan ini membuat hubungan kalian membaik?"
"Tidak. Umm tidak juga." Yeona menggaruk pipinya malu. "Hubunganku tidak seperti itu dengannya."
Sungguh! Adakah yang bisa memberitahunya mengapa sikap Qiu Shen jadi sangat aneh?
Yeona sibuk dengan isi pikirannya dan tidak menyadari tatapan tajam yang dilayangkan terhadapnya.
Bersambung ...