Survival 42

1178 Kata
Ternyata Onix jauh lebih sulit disenangkan dari yang Yeona kira, karena kenyataannya dia sangatlah pemilih. Saat Yeona memberikan daging merah kepadanya, Onix bahkan tidak mendekat untuk sekedar mencium aromanya, begitu pun saat Yeona menawarkan ikan dan ayam. "Jadi kau mau makan apa?" Yeona sudah meletakkan semua makanan yang menurutnya makanan kesukaan binatang karnivora, tapi serigala itu tetap di sofa tanpa gerakan. Ya, di sofa. Menguasai satu sofa panjang untuk dirinya sendiri dan berbaring di sana dengan malas, hanya menggerakkan telinganya jika Yeona bertanya. "Kau tidak lapar?" Onix menatap dengan malas lalu membalik tubuhnya membelakangi Yeona. Yeona tidak mengerti apa maksudnya itu, tapi dia sekarang sedang lapar. "Baiklah, jika tak lapar. Tunggu di sini, aku ingin makan dulu." Dia mengambil semua makanan di atas meja dan membawanya turun ke basemen lagi. Tapi begitu menuruni tangga, Yeona melihat bayangan besar mengikutinya. Dia menoleh dan melihat Onix menghindari tatapannya, namun sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya. Bahkan melewati Yeona turun lebih dulu, seolah dialah pemilik rumah itu yang sebenarnya. Yeona berupaya menahan senyum dan mensejajarkan langkah mereka, kemudian mulai mengoceh sendiri seolah Onix adalah teman curhatnya. Yeona pikir Onix hanya tidak ingin ditinggalkan sendirian, tapi ternyata saat Yeona masuk ke dapur dia juga ikut, dan membuat gerakan yang menurut Yeona terlalu absurd untuk seekor serigala. Onix mengambil satu kotak daging merah yang sebelumnya Yeona tawarkan dan meletakkannya ke atas tungku pemanggang elektrik, kemudian menatap Yeona tanpa berkedip. "Kau mau dagingnya dipanggang?" tanya Yeona yang kemudian dibalas dengan geraman rendah oleh Onix. Itu adalah tanda persetujuan. Meski masih tidak mengerti jalan pikir binatang karnivora yang ingin makan daging panggang, Yeona masih memanggang daging itu untuknya. Onix tetap di tempatnya semula dan memperhatikan Yeona memasak hingga selesai, kemudian mengikutinya lagi ke meja makan. Tapi tiba-tiba menggeram marah ketika Yeona meletakkan piringnya di lantai. "Apa lagi sekarang?" Yeona berkacak pinggang. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, jadi berhenti menggeram dan lakukan saja apa yang kau mau." Onix mendengus tepat di depan wajah Yeona sebelum memungut piringnya dan membawanya kembali ke meja makan. Yeona mengangkat alis. "Onix, bukankah tindakanmu terlalu manusiawi?" Onix tidak peduli padanya dan mulai makan. Karena tubuhnya sangat besar, Yeona sengaja memanggang dua kotak daging untuknya, tapi ternyata Onix menghabiskan semua itu dalam waktu singkat. Bahkan mulai mematai makanan Yeona selanjutnya. "Ini milikku, kau sudah menghabiskan semua daging di rumahku, jangan serakah." Yeona menarik piringnya menjauh dari Onix dan makan lebih cepat. Malam itu, Yeona bersama Onix hingga tertidur, tapi sama seperti saat masih di hutan, begitu pagi hari datang si serigala menghilang lagi. Bahkan pintu belakang rumah Yeona masih terkunci dari dalam, tapi jendela di lantai dua terbuka. Melihat tempat tidur bekas Onix berbaring tadi malam, Yeona merasa sensasi Dejavu itu datang lagi. *** Hari ini, Yeona datang lagi ke basecamp dan disambut dengan ramah oleh semua orang. Bagaimana tidak, dia adalah satu-satunya pendatang baru yang akhirnya berhasil membawa pulang kristal nukleus monster pertamanya, yang ternyata tanpa sepengetahuan Yeona, merupakan trophy keberhasilan untuk penyintas baru. Dia dulunya sangat transparan, namun dengan adanya berita itu, dia menjadi pusat perhatian bagi semua penyintas yang hingga saat ini belum bisa membunuh satupun monster. "Sarapan untuk Qiu Shen lagi?" Cathy seperti biasa menghampiri Yeona dengan telinga dan ekor yang bergerak-gerak penuh semangat. "Ya," jawab Yeona. Kali ini dia tidak mencari Iyan lagi untuk mengantar makanan itu ke Qiu Shen, karena dia sudah cukup terbiasa mengantarnya sendiri. Yeona naik ke lantai dua tanpa tahu bahwa semua mata menatapnya dengan penuh jenaka. "Sebentar lagi, kita akan mendapatkan pasangan baru yang ideal di tim kita." Cathy berkacak pinggang dan mengangkat dagu dengan bangga. "Dan aku adalah Mak comblangnya." Ben mendengus. "Kau hanya mengantar Yeona naik ke lantai dua sekali, bahkan jika mereka jadian, itu sama sekali bukan jasamu." "Heh gembrot, diam!" Cathy berdesis dengan ekor dan telinga yang berdiri tegak. "Bilang saja kalau kau iri!" "Tapi, kupikir. Qiu Shen tidak suka pada Yeona." Suara halus Mila menghentikan pertengkaran. "Apa maksudmu bilang begitu?" tanya Cathy kesal. Mila langsung menunduk dan memainkan jemarinya gugup. "Maksudku, jika memang Qiu Shen suka, saat Yeona meminta tolong padanya di kereta, dia pasti menolong. Tapi tidak, Qiu Shen sedikitpun tidak pernah ikut campur meski Yeona mengalami pelecehan seksual yang parah." "Apa kau punya bukti berkata seperti itu?" "Aku memang tidak melihatnya, tapi beberapa orang di kereta mengatakan mereka melihatnya secara langsung. Qiu Shen menolak untuk menolong Yeona dan membiarkannya dibawa oleh tiga pria dari distrik satu itu." Brak! Saat semua orang termenung dengan fakta itu, Iyan tiba-tiba berdiri dan menjatuhkan kursi, dengan wajah penuh amarah, keluar dari basecamp. "Iyan!" Mila dengan cepat menyusul. Di sisi lain, Yeona sudah masuk ke dalam ruangan Qiu Shen dan seperti biasa, pria itu masih berbaring di sofa dengan mata terpejam. "Qiu Shen, aku bawa sarapan." Yeona meletakkan kotak makanannya ke meja. Qiu Shen membuka mata dan bertanya, "apa itu?" Hidungnya sedikit mengerut. "Hari ini menunya jauh lebih sehat, berbagai macam sayuran dan .... Kau tidak suka?" Yeona bertanya seperti itu karena bahkan sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Qiu Shen kembali memejamkan mata, padahal biasanya dia akan langsung bangun dan ke kamar mandi. "Letakkan saja, aku akan makan nanti," kata Qiu Shen. Fix, dia tidak suka. Yeona menggaruk pipinya dengan sedikit rasa bersalah. "Stok daging di rumahku habis dan aku lupa beli setelah pulang dari misi." Bohong tentu saja, Yeona sudah menyiapkan dua kotak untuk Qiu Shen makan selama beberapa hari, tapi semalam Onix menghabiskan semuanya. Qiu Shen membuka mata, meliriknya sejenak sebelum berbalik memunggungi Yeona. "Oke, kau bisa keluar." Sensasi dejavu itu datang lagi dan mulai menggelitik perasaan ingin tahu Yeona, jadi dia tetap di tempat, bahkan memperbaiki posisi duduknya di sofa tunggal. "Jika aku pergi, bagaimana jika kau tidak memakannya? Aku sudah memasak dengan susah payah." Yeona menelan ludah dan memejamkan mata, ini adalah pertama kalinya dia bersikap agak lancang dihadapan Qiu Shen. "Kau menentangku?" "Tidak, aku hanya ingin melihatmu makan." "Keluar." Yeona mencengkeram lututnya dan duduk dengan tegak. "Tidak sampai kau makan." Qiu Shen menghela napas keras dan bangkit, masuk ke kamar mandi sembari membanting pintu. Yeona melirik, menajamkan pendengaran dan memastikan Qiu Shen tengah mandi sebelum bergerak cepat ke arah sofa panjang, menyipitkan mata dan mencari dengan teliti hingga ke bawah meja. Jika kecurigaannya benar, maka di sekitar situ pasti ada bulu hitam seperti yang Onix tinggalkan di tempatnya tertidur semalam di rumah Yeona. Tapi, bahkan ketika Yeona mencari begitu keras hingga hidungnya hampir menyentuh lantai, dia tidak menemukan apa-apa. "Hal bodoh apa lagi yang kau lakukan sekarang?" Suara Qiu Shen tiba-tiba terdengar begitu dekat. Yeona yang terkejut langsung berdiri, tapi tak menyangka bahwa Qiu Shen sedang membungkuk di atasnya. Alhasil, kecelakaanpun terjadi. Puncak kepala Yeona menubruk langsung ke dagu Qiu Shen. Menyebabkan keduanya memejamkan mata sembari mengerang kesakitan. "Ah, maaf. Aduh ... Kau baik ... Kau berdarah!" Yeona berseru panik begitu melihat sudut bibir Qiu Shen mulai mengeluarkan darah. Bahkan tidak sadar, tubuhnya melesat cepat dan menangkap wajah pria itu. "Biar kulihat, bagaian mana yang terluka." Qiu Shen menyipitkan mata, merapatkan mulut dan memegang pinggang Yeona dengan erat. Saat itulah Yeona sadar bahwa dia sudah naik ke pangkuan orang lain tanpa sadar. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN