Transformation 29

1196 Kata
Ketiganya termenung dengan raut yang berbeda-beda, tapi anak yang menyebabkan itu semua masih terus memeluk kaki Yeona dan merengek. Mila menatap anak itu kemudian Yeona dan tergagap. "Kau punya anak?" "Tidak." "Lalu kenapa dia ... Sebelum Mila bisa mendekat, Qiu Shen sudah terlebih dahulu menarik kerah si bocah dan mengangkatnya ke depan wajahnya. "Makhluk apa ini?" tanyanya dengan mata menyipit. Anehnya, meskipun diperlakukan seperti binatang kecil, anak itu sama sekali tidak takut, malah menatap Qiu Shen dengan mata biru mudanya yang penuh tanda tanya. Mila berkacak pinggang. "Apa maksudmu makhluk apa? Dia jelas-jelas manusia. Turunkan dia, dia bukan anak kucing." Tapi Qiu Shen sama sekali tidak peduli, bahkan membalik posisi anak itu hingga kepalanya berada di bawah. Dia mengendus beberapa kali lalu mengerutkan kening."Dia bau amis." Yeona yang sejak tadi diam memperhatikan menghela napas. "Karena dia memang Mutan Ikan." Dia menarik anak itu dari tangan Qiu Shen dan memperlihatkan belakang telinga si bocah yang memiliki lembaran-lembaran insang. "Mommy~" Si bocah kembali berteriak dengan manja. Tapi kali ini Yeona tidak lagi kebingungan. Dia mengeluarkan sapu tangan dan membantu anak itu membersihkan wajahnya, lalu bertanya dengan lembut. "Di mana ibumu." Anak itu memiringkan kepala dan hendak memanggil sekaligus memeluk gadis yang menggendongnya lagi, tapi tarikan lain membuatnya lepas dari Yeona. Pelakunya, tentu saja Qiu Shen, yang langsung menyerahkan si bocah ke gendongan Mila. Untungnya, bocah itu terlihat menyukai Mila juga dan langsung memeluk lehernya sebelum menyandarkan kepalanya dengan manja. Setelah wajahnya dibersihkan, fitur-fitur familiar di wajah anak itu akhirnya mengingatkan Mila pada seseorang. "Dia ini, apakah anak dari mutan ikan yang kita temukan di sungai dua tahun lalu?" tanyanya. "Ya." Dari sudut matanya, Yeona seorang gadis berlari kecil mendekati mereka dari gang. Dia menunggunya sampai dulu sebelum menyapa. "Aria, sepertinya kau berhasil bersembunyi dengan baik." Gadis yang baru tiba, Aria menatap anaknya yang dengan tenang berada di gendongan Mila tersenyum lemah. "Berkat kristal nukleus yang kau tinggalkan, aku berhasil bertahan." Meskipun pemimpin distrik bisa mengeluarkan perintah dan seolah menjadi eksistensi tertinggi di distrik seratus satu, bukan berarti semua orang menaatinya, lagipula siapa yang bisa benar-benar memerintahkan sekumpulan narapidana? Jadi selama seseorang punya uang yang cukup, untuk memalsukan identitas dan bersembunyi di dalam kota tidak terlalu sulit. Yeona menggeleng pelan. "Bantuanku tidak akan berarti apa-apa jika kau tidak punya tekad." Dia menatap sosok kecil diantara mereka dan tersenyum tipis "Dia sangat mirip denganmu." "Ya, aku selalu mensyukuri itu dalam hidupku." Aria mendekat dan menarik putranya dari pelukan Mila. "Maaf jika dia membuatmu terkejut, dia memang sudah lama ingin bertemu dengan kalian." "Bertemu dengan kami?" Jika Yeona mengingat dengan benar, anak Aria masih berusia beberapa hari saat mereka bertemu, lalu bagaimana bisa gadis itu berkata si anak mengenalnya dan Mila seolah memiliki kenangan tentangnya. Dari raut yang Yeona perlihatkan, Aria bisa menebak apa yang membuat gadis itu ragu, jadi dia menjelaskan. "Kami para mutan ikan memiliki empati yang sangat dalam dengan darah daging kami, jadi semua perasaan yang aku miliki padamu hari itu dirasakan juga olehnya, yang kemudian terus tersimpan hingga kini." Mila mengangguk-angguk mengerti. "Lalu, kenapa ... Maaf boleh aku tahu siapa namanya?" "Tentu, namanya Inara." Aria membelai pipi putrinya. "Apa dia memanggil kalian mama atau Mommy?" "Err ... Ya, hanya Yeona dengan panggilan Mommy." Aria tersenyum malu. "Maaf, Inara selalu ingin tahu nama kalian dan menanyakannya hampir setiap hari semenjak dia bisa bicara, jadi aku hanya bisa memberitahunya untuk memanggil kalian Mommy, dan Mama untuk sementara waktu." Dia membungkuk dengan wajah bersalah. "Aku harap kalian tidak keberatan." "Tidak, tentu saja tidak. Kami yang seharusnya minta maaf karena tidak sempat memperkenalkan diri waktu itu." Mila menyenggol Yeona pelan sebelum memperkenalkan diri terlebih dahulu. "Namaku Mila." "Aku Yeona, dan dia Qiu Shen." Qiu Shen yang sejak tadi hanya diam saja mengangguk singkat dan kembali berdiri tegak tanpa suara. "Yeona dan Mila." Aria menepuk punggung putrinya. "Nah, sekarang kau sudah tahu nama mereka kan." Inara tersenyum lebar dan memanggil nama Yeona dan Mila beberapa kali hingga Mila tak tahan karena gemas dan datang untuk bermain dengannya. Setelah itu, Aria mengundang mereka untuk berkunjung ke rumahnya, yang di sambut baik dengan Mila juga Yeona. Rumah yang Aria sewa hanyalah rumah kecil yang terletak di sebuah hutan yang tak begitu jauh dari pasar, hanya memiliki satu kamar tidur dan satu kamar mandi, serta dapur dan ruang tamu. Dibandingkan rumah Yeona, rumah itu bahkan tidak seluas salah satu ruangan yang ada di tempat tinggal mereka bertiga. Kelebihannya adalah, tempat itu cukup tersembunyi untuk orang yang memang dalam pelarian seperti Aria, dan yang paling penting, adanya kolam renang tua di samping rumah, yang telah Aria bersihkan dan isi dengan air lagi sebagai tempat mereka berenang. Mila sangat cepat akrab dengan Inara dan bahkan turun ke kolam untuk bermain dengannya. Jadi, ketika waktunya pulang, Inara terlihat enggan untuk berpisah. *** Malam itu, Yeona tidak bisa tidur, karena semenjak dia bertemu pandang dengan Inara, tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan warna tanpa batas dari langit dan lautan yang pernah dia lihat di pulau laba-laba. 'Yeona, apa kau rindu rumah?' Wyn sedang bergelantungan di bawang sarang yang baru saja selesai dia buat dan menyentuh dahi Yeona dengan kakinya iseng. "Kalau aku rindu." Rumah? Jika bertanya soal rumah, maka rumah miliknya seharusnya di tempat ini, bersama Qiu Shen dan Mila. Tapi entah mengapa yang selalu muncul di dalam pikiran Yeona adalah dunia luar yang pernah dia jelajahi selama dua tahun. Definisi rumah seharusnya adalah tempat paling nyaman dan teraman untuk beristirahat, tempat di mana semua rasa penat dan letih bisa berkurang hanya dengan melihatnya. Tapi ... Yeona menoleh dan masih bisa melihat dinding tinggi Athena yang menutupi pandangan dari dunia luar. Tiba-tiba muncul pertama di benak Yeona, Apakah tempat ini sudah pantas disebut sebagai rumah? Yeona menghela napas keras dan bangkit, kemudian keluar kamar dan berhenti di depan kamar Qiu Shen. Tapi, sebelum Yeona mengetuk pintu, si pemilik kamar sudah membukanya. "Mau jalan-jalan?" tanya pria itu langsung. Yeona menyipitkan mata. "Kau mengintip isi kepalaku lagi!" Qiu Shen tidak menjawab, hanya mengalihkan tatapannya, tapi di saat yang sama meraih jemari kekasihnya. "Ayo." "Aku belum bilang mau jalan-jalan kan?" Qiu Shen berhenti melangkah dan berbalik. "Kau tidak mau?" "Mau." Yeona tersenyum lebar. "Tapi tidak mau jalan kaki." Qiu Shen mendengus tapi dengan senyuman tipis. "Kau benar-benar merepotkan." "Tapi kau suka." Beberapa saat kemudian, bayangan besar serigala hitam melewati jalan-jalan sepi distrik seratus satu, melompat tinggi ke beberapa rumah sebelum akhirnya mencapai dinding Athena. Di atas dinding yang super tinggi itu, Yeona bisa melihat dengan sangat luar, dan dengan dinding besar tempat dia berpijak, dia Seolah berdiri di pembatas dunia dengan dua sisi yang berbeda. Distrik seratus satu dengan kepadatan gedung-gedung, yang pohon dan hutannya sangat sedikit sedangkan sisi lain dipenuhi hutan belantara. Athena adalah tempat berlindung, yang katanya sebuah Safe Haven dari monster, tapi sebenarnya juga sebuah penjara, sedangkan dunia luar adalah tempat berbahaya tapi penuh dengan kebebasan. "Qiu Shen, jika disuruh memilih, kau akan memilih untuk hidup di mana? Di luar dinding atau di dalam dinding?" tanya Yeona dengan fokus yang tidak teralih. Qiu Shen menoleh, mematai gadis yang penuh binar menatap ke tempat yang dulunya pernah manusia tinggalkan demi menyelamatkan diri. Jawaban Yeona jelas, maka jauh lebih jelas lagi jawaban Qiu Shen. "Di luar, tempat yang kau pilih." Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN