4 - Tramonde Island

1519 Kata
            Warren kembali mengelilingi dek kapal itu dan memperhatikan beberapa bagian kapal yang unik. Selena malah mengikutinya hingga membuat Warren menoleh ke belakang lagi. “Kenapa kau mengikutiku ?” kernyitnya. “Aku hanya ingin tahu apa yang menarik perhatianmu. Mungkin saja kita bisa bekerja sama mencari cincin itu.” entah kenapa ide ini tiba-tiba muncul di pikiran Selena. “Menawarkan kerjasama diam-diam, huh ? Maaf, aku tidak berminat. Aku perlu dana 1 juta itu.” jawab Warren dengan ketus. Selena sampai mengangkat sebelah alisnya. “Yah, baiklah jika kau tidak mau. Kalau kau mengubah pikiranmu, mungkin kau bisa mengatakannya padaku.” Selena memutar bola matanya sebelum meninggalkan Warren. Ia berniat kembali ke dalam kabin.             Dia pintar tapi sombong... gerutu Selena dalam hati. Ia kembali ke dalam kabin dan melihat Grissham masih tertidur. Ian bahkan ikut tertidur sambil meluruskan kakinya ke bangku-bangku lain dan menutup wajahnya dengan topi. Thomas masih saja memandangi jendela hingga Selena otomatis duduk di sampingnya. “Apa yang sedang kau pikirkan ? Nampaknya kau punya masalah. Mau ceritakan padaku ?” tegur Selena hingga membuat Thomas terkejut. Ia berbalik memandang gadis itu dengan ragu-ragu. “Tidak. Tidak ada apa-apa...” jawab Thomas sambil berusaha menyunggingkan senyum yang terlihat menyedihkan di mata Selena. “Oh, baiklah...kenapa kau mau ikut acara ini ?” tanya Selena yang kelihatannya lebih ingin berbicara daripada berdiam diri. Thomas pun menyadari bahwa waktu merenungnya telah usai. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Yah, sama seperti semua orang. Demi uang 1 juta poundsterling itu.” jawabnya kalem.             “Aku masih belum tahu apa yang akan kugunakan jika berhasil mendapatkan uang itu. Rasanya terlalu banyak hingga mungkin aku akan kesulitan membaginya. Bagaimana denganmu ?” celoteh Selena terus menerus. Thomas kembali murung.             “Untuk biaya perawatan adikku. Dia butuh biaya operasi cangkok ginjal dan aku masih belum berhasil mendapatkan donornya. Sebisa mungkin aku harus menemukan cincin itu dan segera mencari donor ginjal untuknya.” tanpa disadari Thomas langsung bercerita mengenai kehidupannya hingga membuat Selena tertegun. “Oh, aku prihatin mendengarnya. Kurasa jika aku menemukan cincin itu, aku akan membantumu adikmu.” kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Selena. Mata Thomas membesar seketika. “Benarkah ???” ia terlihat tidak percaya. Selena tersenyum tulus padanya dan mengangguk.             “1 juta itu 'kan terlalu banyak. Aku sendiri pasti tidak akan bisa menghabiskannya. Jadi, bukankah lebih baik aku memberikan beberapa pounds untuk orang yang lebih membutuhkan ?” jawab Selena dan ia memang berniat seperti itu. Ia sampai sekarang masih belum memutuskan untuk apa uang hadiah itu jika ia memenangkan permainan ini. Selena hanya mengikuti The Gamers karena rasa penasarannya semata.             Thomas tersenyum untuk yang pertama kali dan terlihat sangat berterima kasih. “Terima kasih banyak Selena...ah, aku boleh memanggilmu begitu ? Kau bisa memanggilku Thomas.” kali ini Thomas menjadi lebih ramah dan lebih 'hidup' dari sebelumnya. “Tentu saja.” Selena tersenyum lebar dan mereka bercerita lebih banyak hingga menjadi lebih akrab.             Beberapa jam kemudian, Warren membuka pintu kabin dan memandang mereka semua. Selena hanya menaikkan sebelah alisnya saat menatap pria sombong itu. “Kapal sudah menepi. Ayo bersiap-siap.” katanya singkat sebelum ia mengambil barang-barangnya dan bersiap-siap turun dari kapal.             Selena otomatis membangunkan Grissham dan mengambil barang-barang mereka. Ia menyenggol Ian dengan kakinya agar lelaki itu juga terbangun. Ian mengerang sebelum akhirnya sadar bahwa semua orang bersiap-siap untuk turun dari kapal.             Mereka tiba di sebuah pelabuhan kecil dari kayu yang mengarah ke pantai berlaut biru indah. Pulau itu benar-benar indah seperti pulau pariwisata dengan pasir putih dan pohon-pohon rindang. Hanya saja pulau indah itu terlalu sepi seperti tidak berpenghuni.             Ada seorang wanita berpakaian pelayan yang menunggu mereka di jalan setapak di seberang mereka. Kelima orang itu menuruni kapal dan saat mereka semua telah turun, kapal itu berderum kembali dan secara otomatis meninggalkan mereka semua. Nampaknya mereka memang tidak memiliki akses lain untuk keluar dari pulau itu. Tidak ada kapal tertambat di pelabuhan itu.             Jembatan kayu yang mereka lalui mulai berderit menahan berat badan mereka semua. Entah kenapa, Selena merasa pernah melihat pemandangan di pulau ini. Ia seperti pernah datang kemari. Kelimanya menghampiri pelayan itu yang menunduk memberi hormat pada mereka. “Selamat datang kepada tuan dan nona-nona sekalian. Saya Isabelle yang akan melayani semua keperluan anda selama di pulau ini.” ujarnya dengan suara yang menenangkan. “Silahkan ikuti saya menuju mansion.” Isabelle berjalan di depan mereka dan melewati jalan setapak dengan pepohonan rindang itu. Kelimanya mengikuti Isabelle sambil memperhatikan sekeliling yang terlihat sangat indah.             Ada banyak jalan bercabang yang membuat mereka cukup bingung dan Isabelle nampaknya sudah sangat hapal dengan daerah itu hingga mereka harus mengikuti jalannya yang cepat setiap kali berbelok. Pepohonan di pulau itu seperti dinding labirin yang membuat mereka semua bingung dan merasa tidak ada habisnya berjalan kaki untuk menuju mansion.             Isabelle baru berhenti ketika mereka melewati jalan bercabang empat dengan sebuah patung batu air mancur yang cukup indah. Mereka berlima sampai tertegun melihat bangunan yang berdiri megahnya di depan mereka. Ada beberapa balkon kamar dengan atap berwarna cokelat indah. Pintunya bahkan berpelitur ukiran mewah dan lantainya dialasi karpet merah seperti kerajaan.             Isabelle membuka pintu besar itu dan memperlihatkan sebuah tangga yang sangat lebar di depan mereka dengan aula yang luas sekali. Lampu gantungnya bahkan terbuat dari kristal berkilau hingga membuat mereka benar-benar tercengang. Di tengah aula itu ada karpet bundar berwarna merah hati dengan sulaman emas yang membuat mereka segan untuk menginjaknya. Jendela-jendela besar menghiasi kanan-kiri aula itu hingga mereka bisa berpikir bahwa gedung ini mungkin pernah mengadakan pesta dansa kerajaan. Lagi-lagi, Selena merasa ia sangat familiar dengan mansion ini.             Ada dua buah pintu besar di kanan-kiri tangga dengan dua obor di setiap sisinya. Isabelle berhenti di depan tangga dan berbalik menghadap mereka semua. “Seperti yang telah disampaikan, saya akan menyita semua ponsel dan alat komunikasi yang anda miliki. Mohon kerjasamanya dan maafkan ketidaksopanan saya.” Isabelle mulai menghampiri Warren yang berdiri di kanan mereka semua dan langsung menyodorkan sebuah keranjang agar Warren memberikan ponselnya.             Lelaki itu memberikan ponselnya dan ia tidak berusaha memberikan laptopnya yang ada di dalam ransel yang dibawanya. Selena tahu ia membawa laptop dan mengernyit saat melihat Warren hanya menyerahkan ponselnya.             Tapi, mendadak Isabelle meraba seluruh tubuh Warren hingga membuat pria itu terkejut. Isabelle nampaknya tidak malu sama sekali melakukan pekerjaan ini karena sepertinya ia sudah terbiasa menggeledah seluruh tubuh peserta sebelumnya.             Tangannya berhenti di b****g Warren dan mengeluarkan sesuatu dari saku belakang jeans lelaki itu. Sebuah ponsel kecil yang ternyata berhasil ditemukan Isabelle. Keempat orang lainnya pun terkejut saat melihat ada ponsel lain yang disembunyikan oleh Warren.             Isabelle sampai menunduk dan menggeledah kaki Warren untuk memastikan tidak ada alat komunikasi apapun yang tersimpan. Lelaki itu sampai merasa risih diraba seperti itu oleh Isabelle. Warren menghela napas lega ketika Isabelle berhenti menggeledahnya.             Ternyata penggeledahan Isabelle tidak berhenti sampai di sana. Ia mengambil ransel Warren dan langsung membuka isinya hingga membuat lelaki itu membelalak. “Hey ! Apa yang kau lakukan ??? Itu 'kan privasi !” protes Warren. Isabelle tidak bergeming dari kegiatan menggeledahnya. “Saya sudah mengatakan mohon maaf atas ketidaksopanan saya karena saya sedang menjalankan tugas saya untuk memastikan anda semua tidak membawa alat komunikasi apapun di pulau ini.” jawabnya datar dan ia mengambil laptop, wi-fi portable, dan headphones dari dalam tas Warren.             Warren terlihat geram sekali saat Isabelle mengambil semua barang-barangnya. Isabelle bergerak ke arah Thomas yang langsung memberikan ponselnya. Tidak ditemukan alat komunikasi atau elektronik lainnya di dalam tas pria itu. Grissham dan Selena juga menyerahkan ponsel mereka karena tidak membawa alat komunikasi lainnya.             Isabelle berhenti di depan Ian dan lelaki itu tidak menyerahkan apapun. Ia dengan tenangnya berkata, “Aku tidak bawa ponsel. Bukannya kalau mau mengikuti acara ini harusnya kalian sudah tahu peraturan seperti itu ?”             Ian membiarkan tubuhnya digeledah Isabelle dan wanita itu memang tidak menemukan apapun dari tubuhnya. Ranselnya pun hanya berisi pakaian saja.             Setelah selesai menggeledah, Isabelle memindahkan keranjang itu ke sampingnya dan ia kembali berdiri di depan mereka.             “Selama tinggal di sini, setiap pagi saat sarapan saya akan mengabsen anda satu per satu. Kehadiran anda setiap jam sarapan yaitu jam 7 pagi sangat berpengaruh terhadap penilaian keseluruhan.” Isabelle baru menjelaskan sampai bagian itu sebelum Thomas mengernyit mengacungkan pertanyaan. “Penilaian untuk apa ?” tanyanya langsung.             “The Gamers tidak hanya memberikan hadiah 1 juta poundsterling kepada peserta yang berhasil menemukan cincin rubi keluarga Tramonde. Satu kali absensi pagi sama dengan 100 poundsterling. Jadi, setelah ditemukan pemenangnya, peserta lain juga akan mendapatkan hasil dari penilaian mereka. Intinya, kalian tidak akan pulang dengan tangan kosong.” jawab Isabelle.             Mereka semua langsung bersorak pelan mendengar hal itu. 100 poundsterling bukan jumlah yang sedikit dan tentu saja mereka akan berusaha untuk hadir dalam setiap absensi pagi. “TAPI !” suara Isabelle tiba-tiba menguat hingga membuat mereka terdiam kembali. “Jika terlambat, kalian akan diberikan sanksi berupa tidak ada jatah sarapan sama sekali dan kalian harus tidur di pondok belakang saat malam harinya.” wanita itu memandang tajam pada semua orang yang tiba-tiba meneguk ludah. “Pondok belakang ?” tanya Thomas dengan suara yang terdengar penasaran. Isabelle menoleh ke arahnya.             “Saya hanya akan menunjukkan pondok belakang pada orang yang terlambat. Jadi, lebih baik kalian berharap saja tidak perlu melihat pondok itu karena tempat itu bisa menjadi mimpi buruk untuk kalian. Yang jelas, kalian tidak akan suka dengan tempatnya.” jawab Isabelle. “Saya akan menunjukkan pada anda kamar anda masing-masing. Silahkan ikuti saya.” Isabelle langsung berbalik sambil membawa keranjang berisi hasil geledahannya. Ia menaiki tangga diikuti oleh kelima orang itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN