Dengan berat hati, Selena kembali ke dalam pondok walaupun matanya tetap mengawasi apapun yang mungkin saja bergerak di sana. Ia hendak kembali ke kamar tidur yang tidak terlalu menakutkan itu sebelum telinganya mendengar sesuatu.
KLOTAK ! Ada yang jatuh dan nampaknya dari arah dapur. Jantung Selena masih berdegup kencang karena ketakutan. Ia berharap tidak ada apapun di sana dan itu bisa melegakan sedikit kekhawatirannya.
Lagi-lagi, gadis itu melangkah ke arah dapur perlahan hingga derit kayu lantai pun ikut memelan. Ia ingin memastikan tidak ada orang lain yang bergerak di dalam pondok itu. Tapi, walaupun memang ada yang bergerak di sana, setidaknya Selena merasa lebih aman karena hal itu menandakan yang berada di sana adalah manusia juga.
Jantung Selena mencelos begitu ia melihat tidak ada siapa-siapa di dapur. Ia bahkan tidak tahu apa yang baru saja menyebabkan bunyi itu. Dipandanginya sekeliling dapur dan tidak melihat ada benda yang bisa menimbulkan bunyi seperti itu di lantai kayu.
Selena hampir berbalik untuk meninggalkan tempat itu, ia sudah menyerah untuk tetap menunggu panitia yang tidak jelas kapan datangnya. Memang operator telepon itu mengatakan Selena harus mengantarkan biodata dirinya jam 6 sore dan gadis itu datang 15 menit lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Ia melirik jam tangannya dan sudah pukul 6.15 sore. Tanpa terasa gadis itu sudah setengah jam berada di pondok itu.
Ia sudah mengumpat dalam hati mengenai keterlambatan panitia itu. Selena menghela napas kesal dan ia langsung bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang berwarna putih di meja makan.
Selena membelalak dan ingat sekali bahwa benda itu tadinya tidak ada di meja. Sebuah kertas yang terlihat masih baru dan tidak terkena debu sedikitpun tergeletak di sana. Selena langsung berjalan ke arah meja makan dan mengambil kertas itu. Tulisannya rapi sekali.
Kepada Ms. Selena Walter.
Mohon tinggalkan biodata anda di tempat ini dan silahkan pulang kembali ke rumah anda.
Kami akan mengabari anda jika anda lolos dalam tes The Gamers.
Hormat kami,
The Gamers
Selena mengernyit heran. Ia tidak melihat ada seorangpun yang meninggalkan kertas ini di sini atau siapapun yang berada di pondok itu selain dirinya. Ia sangat penasaran tapi tiba-tiba terdengar bunyi petir yang mengagetkannya. Akan turun hujan lebat nampaknya dan Selena langsung mengeluarkan amplop besar dari dalam tasnya yang berisi biodata dirinya. Ia meletakkan amplop itu di meja sesuai pesan kertas itu dan cepat-cepat meninggalkan Haunted Shack. Selena tidak ingin berlama-lama di tempat itu dan terjebak hujan nantinya. Ia langsung melompati beberapa anak tangga tanpa merasa takut tangga itu akan patah. Ia sudah tidak peduli lagi dan merasa harus secepatnya pulang walaupun tidak ada yang akan menunggunya di rumah.
Selena adalah anak yatim piatu dan telah tinggal di panti asuhan hingga ia lulus SMA. Tidak ada yang mau mengadopsi dirinya walaupun ia tergolong cantik. Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan restoran, Selena merasa ia ingin keluar dari panti asuhan agar tidak membebani tempat itu terlalu lama. Ia masih rajin mengirimi uang dari gajinya ke panti asuhan yang pernah membesarkannya itu. Sekarang Selena tinggal di sebuah apartemen kecil dekat tempat kerjanya.
Sesampainya di apartemennya, Selena merasa sangat lega sekali dan ia langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang karena kelelahan. Ia berlari dari Haunted Shack hingga ke apartemennya. Rasa takut itu masih belum menghilang dari dirinya. Selena bahkan menggeleng beberapa kali agar melupakan wajah mengerikan yang dilihatnya tadi.
***
Gadis itu bertemu dengan Dorothy keesokan harinya di tempat kerja. Dorothy terlihat sangat bersemangat menceritakan pengalamannya mengantarkan biodata miliknya ke gereja Cantabelle.
“Jadi, siapa yang kau temui di sana ? Aku tidak sempat menunggu terlalu lama di gereja itu karena ibuku memintaku segera pulang untuk membeli beberapa bahan makanan. Jadi, kutitipkan saja biodataku pada biarawati di sana.” Dorothy terus saja berceloteh sambil mencuci piring sementara Selena mendengarkannya.
“Tidak ada.” jawab Selena singkat. Dorothy langsung mengernyit ke arahnya dan meninggalkan piringnya untuk memandang Selena. “Kau tidak memberikan biodatamu ?” tanyanya lagi.
“Aku pergi ke Haunted Shack dan tidak menemukan siapapun di sana. Hanya ada secarik kertas yang menyuruhku meletakkan biodataku di sana.” jawab Selena. Ia tidak ingin memberitahukan apa yang kemarin dialaminya di sana. Selena mengenal baik teman dekatnya yang sangat penakut itu.
“Apa menyeramkan ? Kudengar Haunted Shack ditutup bukan ? Aku pernah lihat garis polisi di sana.” Dorothy terlihat berminat. Selena mengernyit. “Ya, memang ditutup. Tapi, aku sendiri tidak tahu kenapa ada garis polisi di sana. Aku tetap masuk karena kupikir garis polisi itu dipasang oleh panitia The Gamers agar orang lain tidak masuk ke sana selain diriku.” jawab Selena jujur. Mata Dorothy membesar seketika.
“Kau tidak tahu kenapa ditutup ??? Astaga, Selena ! Ditemukan mayat di sana karena pembunuhan berantai dan polisi melarang semua orang untuk masuk ke dalam ! Kupikir karena panitia The Gamers yang menyuruhmu, jadi tempat itu dibuka kembali.” Dorothy terkejut melihat wajah Selena yang menunjukkan tidak tahu apa-apa.
Selena berpikir sesaat, “Tidak ada mayat di sana. Malah tidak ada darah sama sekali di tempat itu.” gumam Selena. Dorothy hanya menghela napas, “Mungkin kau sedang beruntung.”
“Ah, aku tidak sabar menunggu panggilan dari The Gamers ! Kalau tidak salah, hasilnya akan diberitahukan tiga hari lagi bukan ?” Dorothy terdengar sangat bersemangat sementara Selena hanya tersenyum mendengarnya.
“Kurasa saingan kita akan sangat banyak. Cuma mencari cincin saja kurasa tidak akan sesulit itu. Aku heran melihat panitia yang membuat masa waktu permainan ini begitu lama. Apa sangat sulit mencarinya ?” Dorothy menoleh pada Selena lagi.
“Mungkin saja. Atau cincin itu memang tidak ada di sana hingga hanya membuat permainan ini terlihat menggiurkan dengan hadiahnya itu. Buktinya sampai sekarang masih belum ada pemenangnya bukan ?” Selena kembali pada pekerjaannya, mengelap piring yang telah dicuci Dorothy.
“Semoga saja tidak seperti itu.” Dorothy menghela napas panjang.
***
Tiga hari kemudian, Selena, Dorothy dan Grissham menunggu kabar dari The Gamers di apartemen Selena. Hari itu hari sabtu dan mereka libur dari pekerjaan masing-masing. Dorothy dan Grissham berniat untuk menginap di apartemen Selena akhir pekan itu.
Mereka sibuk bermain kartu walaupun mata dan telinga mereka fokus pada ponsel masing-masing. Ketiganya menunggu kabar dengan jantung berdegup kencang. Hampir jam 12 malam masih belum ada ponsel yang berdering. Grissham sudah menghela napas pasrah.
“Nampaknya ini keempat kalinya aku tidak lolos tes The Gamers. Mungkin sudah waktunya aku tidak perlu mencoba mengikutinya lagi. Tahun depan aku tidak akan melirik permainan ini !” Grissham menjerit frustasi sambil memeluk bantal.
“Masih ada beberapa menit lagi, Griss. Kau terlalu cepat menyerah.” Dorothy menepuk punggung Grissham pelan.
“Aku tahu sudah gagal, Dorothy. Siapa yang akan menelepon tengah malam seperti ini ???” Grissham mendelik sebal ke arahnya. Kata-kata penyemangat Dorothy tidak manjur untuk dirinya.
Tepat pada saat itu, dering ponsel berbunyi. Ketiganya langsung menoleh ke arah meja kecil di bawah ranjang tempat mereka berkumpul. Ponsel Grissham dan Selena berbunyi. Mereka otomatis melompat mengambil ponsel masing-masing. Dorothy hanya menaikkan alisnya sebelah karena hanya ponselnya lah yang tidak berbunyi.
“Dari nomor tak dikenal.” kata Selena dan Grissham bersamaan. Keduanya langsung menjawab dengan hati yang berdegup kencang.
“Ha...halo ?” Selena menyadari suaranya gemetar karena terlalu bersemangat. Grissham membelakanginya untuk menjawab ponselnya juga.
“Selamat kepada Ms. Selena Walter ! Anda lolos dalam tes The Gamers dan silahkan persiapkan diri anda dengan beberapa keperluan anda sebelum menuju pelabuhan Birmingham. Kami telah menyiapkan semua keperluan mendasar anda selama permainan berlangsung. Keberangkatan anda menuju lokasi permainan adalah besok jam 4 sore. Carilah kapal The Monster of The Sea di sana dan segera naik ke kapal. Jangan sampai terlambat karena kami tidak akan menunggu. Selamat malam dan semoga berhasil !” nampaknya suara di telepon itu sudah direkam karena Selena mencoba bertanya tapi si penelepon tidak menjawab dan terus saja berbicara.
Ia dan Grissham mematikan ponselnya pada waktu yang bersamaan. Mereka langsung saling berbalik memandang satu sama lainnya dengan bola mata yang membesar.
“Kita lolos !!!” pekik mereka kegirangan dan saling memeluk. Dorothy hanya menyunggingkan senyum tipis sambil memutarkan bola matanya, “Ya...aku diacuhkan...selamat untuk para pemain The Gamers !”
“Oh, maaf Dorothy ! Kami tidak bermaksud demikian. Kami juga sedih karena kau tidak lolos...” Selena langsung memandang Dorothy. Grissham pun mengangguk cepat.
“Ya, ya. Sudah jangan pikirkan aku. Lebih baik kita segera tidur dan besok aku harus pulang ke rumah lebih cepat daripada melihat kalian sibuk menyiapkan baju untuk acara itu.” Dorothy langsung beranjak ke arah ranjang dan berguling untuk tidur. Selena dan Grissham merasa tidak enak hati padanya tapi itu juga bukan salah mereka.
Keesokan paginya, Dorothy tidak langsung pulang ke rumah seperti kata-katanya tadi malam. Ia membantu kedua temannya untuk menyiapkan segala macam perlengkapan yang akan dibawa. Ia bahkan ikut mengantar mereka sampai ke pelabuhan.
Keduanya membawa koper yang cukup besar dan melambai pada Dorothy sebelum mereka pergi mencari kapal yang dimaksud.
“Ada begitu banyak kapal di sini. Kemana kita harus mencari, Selena ? Kita masih punya waktu satu jam.” Grissham mengedarkan pandangan ke sepanjang pelabuhan itu.
“Ayo, kita tanya pada awak-awak kapal di sekitar sini. Mereka pasti lebih tahu daripada kita.” Selena menunjuk pada beberapa pria berbadan besar yang sedang menurunkan barang dari kapal.
“Permisi.” Selena menegur salah satu di antara mereka hingga menoleh. Pria itu bermata hijau keabu-abuan dan kulitnya kasar akibat terbakar matahari.
“Ya, ada apa nona ?” tanyanya bingung melihat kedua gadis yang menyeret koper besar mereka.
“Apa anda bisa memberitahu kami dimana kapal The Monster of The Sea ?” Selena memandang pria itu. Si lelaki mengernyit, “The Monster of The Sea ? Aku tidak pernah melihat kapal itu. Apa kalian yakin namanya memang itu ?”
“Ya. Kami harus naik ke kapal itu sebelum jam 4. Sebenarnya kami ikut acara The Gamers.” jelas Grissham. Lelaki itu mengangguk dan kemudian memanggil beberapa temannya.
“Apa kalian pernah dengar kapal The Monster of The Sea ? Kedua nona ini ikut acara The Gamers.” ia bertanya pada rekan-rekannya. Beberapa pria itu mengernyit berusaha mengingat. Mereka kemudian menggeleng.
“Mohon maaf nona. Kami tidak pernah melihat kapal bernama itu. Coba kalian pastikan lagi apakah benar namanya memang The Monster of The Sea.” lelaki itu kemudian pergi meninggalkan mereka bersama rekan-rekannya.