BB. 14

2112 Kata
2 tahun kemudian... Sudah 2 tahun Renata hidup dengan anak yang tak memiliki ayah, 2 tahun cobaan namun wanita tersebut selalu bawa enjoy dengan keadaan karena ia tidak boleh terlihat lemah dan membuat khawatir dinsekelilingnya. Galang, ia tumbuh dengan sehat, dan sudah mulai berbicara sudah membuat ia bahagaia atas kesalahannya dulu. Keputusab untuk terus mempertahankan sang anak itu keputusan yang tidak akan buat ia menyesal. "Sudah 2 tahun berlalu," gumam Renata dengan sendu. Ia menatap sambil tersenyum ke arah luar rumah, langit yang cerah membuat ia tenang. Ada doa yang terpanjat setiap iya menatap langit. Pasanga.n? Bahkan Renata tidak memikirkan sosok pria, bukan tidak ada yang suka hanya saja Renata takut bahwa sosok pria tersebut nanti nya tidak bisa menerima sang anak, yang kini menjadi tujuan ia hidup. Handphone-nya berdering yang membuatnya tersadae dari lamunannya. Ia mengerutkan kening ketika nama sang sahabat yang tertera di layar handphone-nya namun belum sempat terangkat telepon tersebut sudah mati. "Enggak jelas banget asli Ghea," cetus Rensta sambil menggelengkan kepala. Ia kembali memasukkan handphone tersebut ke kantong celananya. "Mamaaaa." Renata menoleh ketika mendengar suara mungil yang ia kenal, ia tersenyum tipis ketika melihat sang anak berlari ke arahnya dan memeluk jenjang kakinya. Galang kini sudah tumbuh menjadi anak yang tampan, pintar selayaknya anak seumurannya. Sejak 2 tahun lalu, renata pindah ke rumah orang tuanya. Ia pun tidak peduli atas ucapan tetangga yang berada di lingkungan orang tuanya tinggal, asal kedua orang tuanya masih berada di sampingnya. Bahkan sang papah sangat amad menyayangi Galang sebagai cucunya, mereka tidak malu mengakui Galang sebagai cucunya. "Eh ganteng nya mama, kenapa sayang lari-lari," ujar Renata ketika berjongkok di depan sang anak, ia lalu mencium Galang dengan. Heti keluar setelah sibuk di dapur, dan melihat bahwa anak perempuannya telah di depan. "Loh kamu sudah balik Ren?" tanya Heti, Renata langsung berdiri dan mencium tangan sang mamah yang kini berdiri di hadapannya. Renata menjawab, "Sudah mah, baru banget nih." Heti tersenyum tipis melihat sang anak. "Mau mamah siapin makan enggak?" tanya Heti. "Nanti aja Mah," balas Renata. Galang masih sibuk berlarian dan bermain di teras. Wanita yang masih memakai baju kantoran, ia habis melamar kerja kesana kemari. "Papah mana Mah? Belum pulang?" tanya Renata ketika melihat ke arah halaman rumahnya. "Ada urusan katanya, jadi telat pulang," jawab Heti, ia duduk di samping anak perempuannya. Renata menghela nafasnya seolah capek. Heti bertanya, "Gimana nak?" Renata hanya menggeleng seolah menandakan kalau ia belum keterima kerja. "Sabar yak nak, belum rejeki kamu," ujar Heti menenangkan, Renata hanya tersenyum tulus, begitupun juga dengan Heti yang kini tersenyum tenang setidaknya ia telah menghapuskan kesedihan sedikit di raut wajah sang anak. Ting.. Notifikasi dari handphone Renata berbunyi, tanpa pikir panjang ia langsung mengambil dan membukanya, raut wajahnya langsung berubah menjadi senyum semeringah yang membuat Heti mengerutkan kening dengan heran menatap sang anak. "Kamu kenapa, Ren?" tanya Heti dengan lembut, Renata langsung menatap sang mamah dan tersenyum. Tanpa pikir panjang ia langsung memeluk sang mamah. "Kamu kenapa si kaya abis nerima duit banyak aja, " ujar Renata. Renata langsung memegang tangan sang mamah dengan lembut yang membuat Heti kembali mengerutkan kening dengan heran. "Aku ke terima Mah di perusahaan Xglob," ucap Renata, mata Heti langsung berbinar ketika mendengar perkataan sang anak. "Alhamdulillah ya Allah, rejeki kamu dan galang itu," ucap Heti seraya bersyukur karena Renata di terima kerja. Galang melihat ke arah Renata lalu memeluk kaki sang mamah. "Mama napa?" tanya Galang, selayaknya anak umur 2 tahunan. "Gak papa sayang, mama lagi seneng aja." Renata tersenyum menjawab perkataan sang anak. Renata berkata, "Mah nanti aku sama Galang ke rumah Ghea ya, kangen aku." "Hari ini?" Renata mengangguk ketika mendengar pertanyaan sang mamah. Renata berkata, "Tapi kayanya aku nginep deh mah, mau quality time sama Ghea." Heti menjawab, "Iya boleh nak." Renata jelas menyengir bahagia mendengarnya. "Kamu mandi dulu sana," ungkap Heti ke arah Renata yang kini mengangguk mengiyakan. Renata berkata, "Galang, mama mandi dulu ya." Galang hanya mengangguk saja seolah mengerti perkataan sang mama. "Galang mama mandiin aja ya biar kamu rapih, dia rapih juga," jelas Heti. "Boleh mah," balas Renata. Tanpa pikir panjang Renata memasuki rumah, dan langsung menuju kamar mandi. Hanya butuh waktu beberapa menit saja, karena ia tidak ingin berlama-lama juga. Wanita tersebut masih mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Segar banget," gumamnya. "Ternyata gini ya nyari kerja, dulu udah kerja enak tapi gue keluar karena milih kandungan gue, sekarang gue harus menuhi kebutuhan Galang walaupun orang tua gue sanggup. Demi kamu lang, mama mau di lihat sebagai wanita kuat," gumam Renata. Tanpa pikir ia langsung memilih baju, dan bernancap make up tipis. Setelah selesai, Renata mengambil handphone-nya yang masih berada dalam tas, dan menscroll nomor yang akan ia telepon. Nomor yang di telepon tidak mengangkat, membuat Renata mengerutkan sambil menatap nanar handphone-nya. "Ini bocah kemana tumben banget enggak di angkat, tidur kali ya," gumam Renata. Ia langsung menaruh kembali handphone-nya di kasurnya. Selang beberapa menit, dering handphone-nya berbunyi. Renata mengerutkan kening ketika nama sang sahabat yang tertera di handphone-nya. Tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat teleponnya. "Halo Ghe." "Kenapa telepon? Gue baru bangun." Renata jelas memutar bola matanya dengan jengah. "Astaga pantesan telepon gue enggak di angkat." Terdengar hanya ketawanya Ghea saja. "Kenapa emang si?" "Lu dirumah gak?" "Iyalah di rumah masa mau kemana." "Oh iya lupa lukan jomblo." Renata lalu tertawa membuat Ghea yang mendengar memuar bola matanya "Enak aja lu kalau ngomong, udah mau otw halal ini." "Bercanda anjrot, gue ke rumah ya." "Ajak Galang jangan lupa." "Iya Galang gue ajak." "Gue jemput aja deh ya." Renata tersenyum tipis. "Enggak usah, gue udah pesan taxi Online kok." "Yaudah ya gue prepare dulu." Renata langsung mematikan teleponnya secara sepihak setelah mendapat jawaban dari sang sahabat. 10 menit kemudian... Renata keluar dari kamarnya setelah semua di persiapkan. Sang mamah dan sang anak sudah berada kembali di teras. Renata berkata, "Ih anak mama udah ganteng." Ketika melihat sang anak dengan pakai celana jeans dan kaos bertulis 'Anak Mamah' "Kamu udah bawa peralatan Galang?" tanya Heti. "Cuman sehari doang Mah, jadi enggak banyak yang di bawa," jawab Renata sambil menunjukkan tas yang ia tenteng. Heti hanya mengangguk setelah mendengar jawaban sang anak dan melihat bawaannya. "Kamu hati-hati ya, salam buat Ghea," ujar Heti. "Iya mah siap." "Ayuk Galang, salim dulu sama oma," ucap Renata, Galang yang seolah mengerti lalu salim ke sang Oma nya, begitu juga Renata yang berpamitan Heti bertanya, "Kamu enggak nunggu Papah aja, biar sekalian di anterin Ren." Wanita tersebut langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Enggak Mah." Tak lama kemudian, taxi online yang sudah di pesan sampai tepat di halaman rumah nya. "Tuh taxi online aku udah sampai," lanjut Renata. Heti pun mengikuti arah tunjuk sang anak lalu mengangguk. "Pamit ya mah," ucap Renata, sang mamah lalu mengangguk seraya mengiyakan perkataan sang anak. Heti berkata, "Hati-hati ya. Jangan lupa salamin sama Ghea." "Iya mah," balas Renata. "Dadah ma," ucap Galang, sambil melambaikan dan menghadap ke arah Heti. Heti membalas lambaian tangan sang cucu dan berkata, "Dadah sayang. Jangan nakal ya di rumah ante Ghea." "Ote." Renata hanya tersenyum tipis mendengarnya. Wanita tersebut langsung menaiki taxi online yang telah di pesan. "Sesuai titik ya Bu." Renata menjawab, "Iya Pak." Mobil melaju meninggalkan halaman rumah Renata, ia juga mengirim pesan ke sang sahabat bahwa ia sedang dalam perjalanan. Hanya butuh waktu 45 menit untuk sampai ke kontrakan Ghea, kontrakan yang menjadi saksi juga bagaimana sosok Renata kuat menghadapi semuanya, ia mengelus kepala sang anak yang terduduk di sampingnya. Galang mengoceh banyak hal ketika di perjalanan. Renata keluar dari mobil dan memberikan dua lembar uang berwarna biru. "Ini Pak," ujar Renata. "Kembaliannya neng." "Enggak usah pak, buat bapak aja," balas Renata lalu tersenyum tipis. "Makasih banyak ya neng." Renata hanya mengangguk, dan mulai berjalan ke arah halaman kontrakan Ghea. "Yeay kita udah sampai di rumah ante Ghea, dek," ujar Renata ke arah Galang, sedangkan sang anak hanya bersorak hore yang menanndakan ia senang. Tok Tok Tok Renata mengetuk beberapa kali pintu kontrakan sang sahabat. "Permisi! Paket!" seru Renata, sambil menahan ketawa nya sedangkan Galang hanya mengikut sang mamah sambil menyengir yang membuat wanita tersebut menatap lucu kepada sang anak. Di dalam rumah Ghea mengerutkan kening lalu menjawab, "Iya sebentar." Ia langsung buru-buru membuka. Cklek! "Paket nya bu," ungkap Renata, lalu memperlihatkan Galang yang ia gendong, anak laki-laki tersebut hanya tertawa saja. "Et benar-benar lu Ren, gue udah buru-buru juga. Gue kira paket gue benaran," cetus Ghea. Renata tertawa lalu berkata, "Ya Allah Ghe itu bulu mata kenapa makai cuman sebelah, make up juga enggak beres." Ketika melihat wajah Ghea yang benar-benar tidak sinkron. "Ya gara-gara lu lah k*****t dasar," cetus Ghea mengomel, kini ia menyeringai kesal menatap Renata yang kini tersenyun meledek. Renata menyela, "Iya maaf deh." Ghea kini berfokus ke ponakannya. "Kesayangan ante apa kabar?" tanya Ghea, lalu mencium Galang dengan gemas ketika masih berada di gendongan sang sahabat. "Ampret." Renata dan Ghea langsung saling pandang mendengar perkataan dari anak laki-laki tersebut. "Galang enggak boleh gitu ya," ucap Renata kepada sang anak. Wanita tersebut lalu memandang ke arah sang sahabat dengan sinis. "Tuh lu si, kasar." Ghea hanya tersenyum tidak enak hati sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia tidak tahu kalau Galang akan mengikuti perkataannya. "Galang jangan ngomong kaya gitu lagi ya, itu enggak baik, tadi mulut ante nakal," jelas Renata sedangkan Galang hanya terdiam sambil mesam-mesem. "Ampret." Galang kembali berucap membuat Renata menatap tajam ke arah sang sahabat. Renata berkata, "Tanggung jawab enggak lu!" Ghea hanya menghela nafasnya dengan kasar seolah pasrah, namun itu emang salahnya. "Eh ante ada es krim, Galang mau gak?" tanya Ghea untuk mengalihkan agar ponakannya lupa dengan ucapan tersebut. Dengan mata yang membinar Galang berucap, "Mau." Galang langsung berontak untuk di gendong oleh Ghea. "Iya, iya sama ante Ghea," kata Renata lalu memberikan Galang untuk di gendong sang sahabat. "Eh duduk-duduk, gue mau ambik es krim dulu sama Galang," ucap Ghea. Renata melangkah menju bales tempat dulu ia bersantai saat di kontrakan Ghea. Ia menghirup udara yang benar-benar menenangkan. Tak selang berapa lama Ghea datang dengan menggandeng tangan Galang tentunya dengan membawa es krim cup yang di stok oleh Ghea. "Udah sampe di mana persiapan lu?" tanya Renata ketika sang sahabat sudah duduk di sampingnya. Ghea menjawab, "80 % lah kurang lebih." Yaps! Ghea sudah di lamar dan akan segera menikah dengan Deo, sang atasan yang dulu sempat di tolak. "Dulu siapa ya yang nolak atasannya?" Ghea yang mendengar pertanyaan meledek hanya menatap menyengir malu. Ghea membalas, "Udah deh jangan di bahas. Malu gue kalau ingat perkataan gue dulu, benar kata lu benci jadi cinta." Renata hanya menggelengkan kepala sambil tertawa pelan melihat raut wajah Ghea yang sudah merah memanas karena malu. "Iya deh iya." Ghea berkata, "Lu sama Galang jadi pendamping gue ya." "Serius?" tanya Renata, Ghea hanya mengangguk saja. Ghea bertanya, "Lu gimana ren? Udah keterima kerja?" Renata langsung menunduk seolah bersedih atas pertanyaan Ghea namun dalam hati ia ingin ketawa. "Belum ya?" "Kan gue bilang, satu perusahaan aja sama gue," lanjut Ghea. Renata langsung tersenyum jahil ke arah Ghea yang membuat sang sahabat bergedik ngeri. "Eh kenapa lu senyum gitu? Kesambet syaiton pohon mana lu," ungkap Ghea. "Pikiran lu dari dulu enggak beres, kok Deo mau ya sama lu," ujar Renata. Ghea menyela, "Ya lagian lu suka banget tiba-tiba senyum enggak jelas." "Gue udah keterima kerja Ghe, di perusahaan Xglob," jelas Renata. Ghea langsung menatap melotot seolah tak percaya. "Serius lu? Itu perusahaan ternama juga tuh," tanya Ghea. Sedangkan Renata hanya mengangguk seolah mengiyakan perkataan sang sahabat. Wanita tersebut memutar bola matanya dengan malas. "Sejak kapan si gue bohong?" "Ya mana gue tahu sejak kapan, eh tapi selamat ya. Akhirnya lu keterima kerja," ungkap Ghea. "Bdw ya Ren, perusahaan Deo juga kerjasama sama perusahaan Xglob kalau enggak salah," jelas Ghea. "Serius lu? Wah kebetulan banget ya." Ghea hanya mengangguk-angguk mendengarnya. "Galang, no! Itu kotor sayang," kata Renata teriak ketika melihat sang anak ingin memakan makanan yang sudah terjatuh di rumput, Galang yang mendengar langsung membuangnya seolah menurut perkataan sang mamah. "Yang punya ganteng katanya, gue si belom pernah ngeliat cuman di ceritain," jelas Ghea sambil menaikkan kedua alisnya membuat Renata mengernyitkan dahi bertanya-tanya. Renata bertanya, "Terus kenapa?" Dengan raut wajah yang jengah, ia tahu arahnya akan kemana. "Ya lu kaya enggak paham aja, lu kelamaan jomblo. Galang butuh Papah," ungkap Ghea. Renata membals, "Galang butuh teman, lu cepetan hamil." Jelas membuat Ghea menatap sengit ke arah sahabatnya. "Astagfirullah Renata!" seru Ghea beristigfar, Renata hanya tertawa memandang Ghea yang kini mengelus kedua tangannya ke arah dadanya. "Mau ngomong kasar takut ponakan gue denger, nanti gue lagi yang salah," ujar Ghea dengan nada lembut. Renata berkata, "Awas aja kalo berani lu." Matanya jelas menatap sengit ke sang sahabat. Mereka lalu tertawa bersama menghabiskan waktu sambil mengawasi Galang yang sedang aktif-aktifnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN