BB. 11

2016 Kata
Galang Matteo Yaps! Itu nama yang diberikan kepada baby boy Renata yang memiliki arti Galang : Anak laki-laki yang memiliki semangat yang tinggi, Matteo : Pemberian dari tuhan. Kini Renata sudah pulang kembali ke kontrakan Ghea. Senyum bahagia seolah tak luput dari wajah cantiknya. Wanita tersebut kini sedang duduk di bale untuk menjemur sang anak dari sinar mentari pagi hari. "Anak mama ganteng banget," ucap Renata kepada sang anak. Ghea yang baru saja kelar mandi, dan handuk masih di kepala langsung menghampiri Renata dan ponakannya. "Kenapa si gemes banget baby boy nya ante," ungkap Ghea, Renata hanya tersenyum simpul ketika melihat Ghea mencium gemas pipi Galang. "Jangan kenceng-kenceng bisa gumoh ntar anak gue," ucap Renata meledek sang sahabat, sedetik kemudian ia tertawa pelan karena membuat raut wajah Ghea cemberut. Ghea menyela, "Enak aja lu! Udah mandi gue. Iya gak de, wangi kan?" Ghea seraya bertanya ke anak bayi yang belum mengerti apa-apa hanya cengiran khas anak bayi saja. Kini wanita yang masih pakai handuk di atas kepalanya dengan kaos oblong putih dan celana levis pendek duduk di samping Renata. "Lu yakin mau di sini ren?" tanya Ghea, Renata jelas langsung menatap ke arah Ghea dengan memicingkan matanya. Renata berkata, "Lu ngusir gue?" Dengan nada yang tidak biasa. Ghea yang mendengar jelas kalang kabut, bukan maksudnya seperti itu. "Bukan gitu, lu mah," cetus Ghea "Dendaman nih cerita nya gara-gara gue bilang anak gue gumoh entar? Oh gitu," ujar Renata yang semakin membuat Ghea melongo tidak percaya. Ia mengacak-ngacak rambutnya seraya frustasi berbicara dengan sahabatnya. Ghea membalas, "Ish enggak gitu dengerin dulu makanya, tuh liat de mamah kamu baperan banget si. Kalau udah gede jangab kaya mamah kamu ya." Renata memasang wajah cemberut ke arah sang sahabat karena bilang kalau ia baperan. "Dia enggak baperan tapi nanti baperin anak orang," balas Renata. Ghea yang mendengar langsung menjitak kepala sang sahabat. Ghea berkata, "Yeh enak aja. Ponakaj gue harus jadi laki-laki yabg baik." Renata hanya tersenyum tipis mendengar perkataan dari Ghea sekaligus doa untuk anaknya. "Ya terus maksdu lu apa tadi? Jangan ngalihin topik deh," ketus Renata. Ghea membalas, "Perasaan yang ngalihin topik elu deh maemunah!" Ia jelas geram karena Renata. "Maksudnya lu gak mau gitu tinggal sama orang tua lu, bokap lu kan udah mau nerima keadaan lu, udah memaafkan semuanya," ungkap Ghea. Renata menjawab, "Acu masih mau sama ante nih." Dengan nada menirukan bahasa anak kecil. Jujur, Renata masih ingin berada di kontrakan milik Ghea walau entah sampai kapan, ia hanya tak ingin melukai kedua orang tuanya kembali dengan ucapan tetangga ketika tiba-tiba ia pulang membawa bayi itu pasti akan menyakitkan orang tuanya kembali. "Malah bercanda," cetus Ghea sambil memutar bola matanya dengan malas. Renata terdiam sejenak lalu berkata, "Mau nenangin dulu Ghe, enggak semudah yang lu bayangin." Ghea kini yang terdiam atas ucapan sang sahabat. "Yaudah gue juga belom bisa jauh dari lu." Ghea tertawa jela sia mengalihkan pembahasan yang terjadi, tanpa izin ialangsung memeluk Renata yang masih menggendong sang anak. Wnaita tersebut jelas memgerutkan kening menoleh ke arah sahabatnya. "Lu cuti berapa hari Ghe?" tanya Renata Ghea menjawab, "4 hari doang. Senin juga udah masuk gue.". Renata berkata, "Tumben banget lu mau ngambil cuti cepat." "Feelling aja kalau lu mau lahiran, eh benar aja!" seru Ghea sambil menaikkan kedua alisnya yang membuat Renata tertawa pelan. Ghea kini menatap ke arah Galang dengan gemas. "Mau gendong dong ish," ujar Ghea, sedangkan Renata tanpa ragu memberikan Galang dengan perlahan. Galang kini berada di gendongan Ghea, ia memberikan candaan dengan gemas ke arah anak sahabatnya yang membuat Galang merespon dengan cengiran bayi berulang kali, Renata yang melihat tersenyum ketika sahabatnya juga menyayangi sang anak. "Gue mau kerja lagi," ujar Renata dengan spontan. Perkataan Renata berhasil membuat Ghea melotot dab berkata, "Bocah gila." Cubitan kecil di dapatkan oleh Ghea hingga ia sedikit meringis Renata berkata, "Eh yang lembut kalo ngomong depan anak gue." Ghea langsung menyengir ketika menyadari perkataannya dan cubitan dari Renata. "Maafin ante ya de," kata Ghea lalu mencium Galang perlahan. Renata menggelengkan kepalanya dan mencetus, "Bisa-bisanya anak gue punya tante bar-bar kaya lu!" Sedangkan gadis yang sedang menggendong Galang tersebut menatapn nyalang karena sindiran tersebut. "Lu serius mau kerja?" tanya Ghea, Renata hanya mengangguk yakin dengan keputusan nya. Ghea terdiam hingga membuat sang sahabat menoleh ke arahnya, ia melirik juga ke arah sang anak yang ternyata sudah tertidur di gendongan sahabatnya. "Tidur anak lu." Renata hanya mengangguk. "Lu enggak mau mikir dua kali gitu sama ucapan lu?" tanya Ghea. Renata menjawab, "Gue serius Ghe, kapan si gue pernah main-main sama ucapan gue." Kini gadis dengan rambut sebahu tersebut di buat terdiam, Renata memang tidak pernah main-main sama ucapannya. "Terus Galang gimana?" tanya Ghea, kini Renata yang terdiam seolah berfikir bagaimana dengan anaknya, kini ia sudah memiliki Galang, namun ia juga harus mencukupi kebutuhan nya. "Tapi gue juga harus kerja Ghe," jawab Renata sambil menunduk sendu. "Urus aja si anak lu dulu, dia masih butuh lu. Soal biaya gue masih bisa nanggung," balas Ghea, Renata menatap sang sahabat dengan serius dan berkata, "Gue enggak mau nyusahin lu mulu Ghe." "Emang sejak kapan gue bilang lu nyusahin?" tanya Ghea dengan nada serius, wanita tersebut bungkam ketika sahabatnya menanyai hal tersebut. Ghea kembali berkata, "Tunggu dia 4 tahun baru lu boleh kerja lagi, usaha online lu juga kan jalan-jalan aja enggak usah khawatir takut kekurangan kalo buat anak mah." Renata langsung memeluk sang sahabat dengan tulus, membuat Ghea mengerutkan kening dengan bingung, namun beberapa detik kemudian ia membalas pelukan hangat dari sang sahabat. "Gue beruntung banget punya sahabat kaya lu," ungkap Renata, kini air mata nya lolos dari sudut matanya. "Gue jauh lebih beruntung plus bangga sama lu Ren," ucap Ghea , karena ia tahu perjuangan sahabatnya tidaklah mudah mengubur semua mimpi-mimpinya, masa depannya seolah hancur saat itu, semua seolah menimpa ke arah Renata. Sakit Ghea tidak ada apa-apanya di banding beban dan luka yang sahabatnya terima. Drrtt Drrtt Dering handphone Renata berbunyi, menghentikan aktifitas terharu mereka. Wanita tersebut langsung melihat siapa yang meneleponnya. "Siapa?" tanya Ghea ketika raut wajah Renata tersenyum melihat handphonenya. Renata menjawab, "Nyokap." Tak lama ia langsung mengangkat telpon dari sang mamah. "Halo Mah, kenapa?" "Galang mana? Kangen Mamah." Renata langsung melihat ke arah sang anak yang sedang tertidur pulas "Yah padahak Mamah kangen banget." "Nanti kalo bangun aku video call kok Mah." "....." Renata diam ketika sang mamah memberi pertanyaan tersebut yang membuat Ghea mengerutkan keningnya menatap ke arah sang sahabat sambil menaikkan kedua alisnya "Ren gimana?" "Nanti ya Mah." "Ya sudah nanti kabarin lagi ya nak, kamu jaga kesehatan." "Iya Mah, Mamah Papah juga jaga kesehatan, dah." Ia lalu mematikan teleponnya secara sepihak. Ghea langsung menaikkan kedua alisnya seolah bertanya apa yang di bahas oleh orang tuanya. Ghea bertanya, "Tante Heti ngomong apa?" "Gue disuruh kesana," jawab Renata. "Terus?" tanya Ghea dengan penasarannya. Renata berkata, "Gue belom siap." Ghea menatap dengan sendu ke arah sahabatnya. "Kenapa belum siap? Orang tua lu aja siap," cetus Ghea. Renata menjawab, "Belom siap sama nyinyiran tetangga nya." Ghea langsung tertawa terbahak membuat Renata mencubit pinggang sahabatnya. "Awwkkssshh." Ghea jelas meringis karena cubitan kecil yang menyakitkan. "Sakit Ren." "Tawa lu makanya di rem! Kalau anak gue bangun mau tanggung jawab lu," ucap Renata, ia lalu kembali menepuk-nepuk pelan sang anak yang tadi mengulet karena sedikit terusik dengan tawanya Ghea. Ghea berkata, "Eh maafin ante ya." Kini Galang kembali tenang dalam tidurnya. "Lu kenapa ketawa?" tanya Renata ketus. "Ya lucu aja seorang Renata belom siap soal nyinyiran, biasanya kan lu bodo amad," jawab Ghea dengan santai yang membuat Renata melotot karena mendengarnya. "Gue si bodo amad, tapi kalo dampaknya ke orangtua gue gimana?" cetu Renata, kini Ghea terdiam mendengar pernyataan sahabatnya. Renata emang tipe orang yang tak ambil pusing soal cibiran, namun ia berfikir kembali jika nanti malah mengganggu pikiran orang tua nya. "Iya juga si," balas Ghea seolah mengiyakan perkataan dari Renata. Ada jeda hening di antara mereka berdua. "Gue mau ayam geprek deh," ujar Renata, Ghea menatap tajam jelas ke arah Renata yang membuat wanita tersebut mengerutkan kening heran. "Lu waras gak si?" tanya Ghea dengan sinism Renata menjawab, "Waras lah, kalo gue gak waras udah di rumah sakit gue." Ghea menempelkan punggung tangannya ke kening Renata yang membuat wanita mengernyitkan dahi bertanya-tanya. Ghea berkata, "Enggak panas." Sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Lah emang gue enggak sakit Ghea, gue rasa lu yang sakit," cetua Renata dengan nada kesal. Ghea bertanya, "Lu tahu gak sekarang lu udah punya siapa?" Sambil menaikkan kedua alisnya. Renata lalu menatap sang anak yang tertidur pulas. "Punya Galang," jawab Renata dengan tulus. "Terus kenapa lu mau makan ayam geprek, lu mau si Galang juga kepedesan karena minum asi lu," ketus Ghea. Renata menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal tentunya dengan cengiran rasa tidak bersalah. Renata menyela, "Oh iya lupa hehe maaf atuh ante." Ghea hanya memutar bola matanya dengan malas menanggapi sang sahabat. "Gak nyangka ya Ghe, gue udah punya anak sekarang." Ghea yang mendengarkan langsung menatap sendu namun selang beberapa detik senyuman hadir di wajahnya Renata kembali melanjutkan, "Semua mimpi gue harus terkubur begitu aja, tapi gue juga enggak mau ngubur mimpi anak gue Ghe. Gue ngalah untuk mimpi gue, tapi anak gue gak boleh ngalah soal mimpinya." Renata menatap lekat ke arah sang anak, Ghea tersenyum sambil mengelus punggung Renata seraya menguatkan "Gue bangga sama lu ren, lu bisa aja milih untuk tidak meniadakan Galang tapi lu milih untuk mengubur mimpi lu. Lu ibu yang hebat, gue yakin anak lu pasti bangga punya lu," ungkap Ghea. "Sekarang Galang hidup gue Ghe, apapun itu gue harus bertahan demi anak gue, gue kuat juga karena ada lu," ujar Renata. Renata menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan lalu kembali berkata, "Dan makasih lu udah mau ada disaat keadaan gue kaya gini." "Awal gue tahu lu hamil, jujur gue kecewa banget bahkan gue sempat berpikir untuk ngejauhin lu. Tapi setelah gue denger cerita lu, lu mempertahankan Galang dari bokap lu yang belum bisa nerima kehadirannya. Gue bangga, lu jauh lebih tegar di banding gue," ungkap Ghea, Renata tersenyum menatap ke arah sahabatnya. Renata berkata, "Gue udah melakukan dosa Ghe, gue enggak mau berdosa lagi buat ngehilangin nyawa anak gue, terlebih dia belum melihat dunia." Ghea tanpa pikir panjang langsung menggenggam tangan Renata dengan sangat erat "You are amazing Ren," ungkap Ghea. Renata tersenyum lalu mengangguk. "Mamah akan selalu ada untuk kamu nak, mamah akan jamin hidup kamu akan layak," batin Renata. "Ante janji akan jagain kamu dan mamah kamu de," batin Ghea. Renata sangat beruntung memiliki sahabat seperti Ghea, dan Ghea juga sangay bersyukur memilik sahabat sekuat Renata, dari Renata ia belajar arti perjuangan seorang wanita dan ibu sekaligus. Ghea berkata, "Siapapun nanti yang jadi suami lu dan nerima Galang. Dia cowok yang beruntung." Renata tersenyum kecut dan membalas, "Mana ada yang mau si Ghe, gue juga mau fokus sama Galang dan kehidupan gue aja." "Namanya jodoh enggak ada yang tahu, lu bilang mana ada yang mau, tapi Allah telah mempersiapkan ribuan cowok yang mau dan nerima lu," jelas Ghea. "Tumben amad lu pinter, kalau udah naik gaji jadi pinter ya?" Renata menaikkan kedua alisnya menggoda sang sahabat yang kini memutar bola matanya dengan jengah. Ghea mencetus, "Gue emang dari dulu pinter cuman ya pura-pura bodoh aja depan orang yang sok." Renata jelas tertawa sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Sindiran keras bos," ujar Renata. "Oh iya kemarin Pak Gio nitip salam sama lu," ucap Ghea. Renata jelas menoleh ke arah sang sahabat sambil mengernyitkan dahi. Renata menyela, "Kapan lu ketemunya?" "Pas gue izin cuti," balas Ghea. Wanita tersebut hanya ber Oh ria saja setelah mendengar jawab dari sahabatnya. "Lu kan karyawan kesayangan." Renata lalu memukul pelan bahu Ghea. Renata membalas, "Semuanya kali." Ghea hanya bermenye-menye saja mendengarnya yang membuat sang sahabat tertawa pelan. Yaps, Renata emang paling di unggulkan di perusahaanya selama ia bekerja bahkan sampai banyak karyawan lain iri dengannya namun tidak menjatuhkan. "Jangan-jangan lu mau di jodohin sama anaknya kali," ucap Ghea. Renata yang sedang minum langsung menyemburkan air yang berada di mulutnya. Ia tersedak, benar-benar kaget karena ucapan sang sahabat. Ghea mencetus, "Jorok amad si lu." Renata mengelap kasar bibirnya. "Lagi ly ngomong asal banget kamperet!" "Heh! Kasar!" Peringat Ghea, Renata langsung menutup mulutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN