Setelah mengirimkan satu loyang pizza, keesokan harinya Tio menjadi lebih manis. Ikut makan bersama di rumah Nirina dan dilanjutkan ke sekolah menaiki kendaraan yang sama. Lelaki itu juga lebih banyak mengajak Nirina berbicara, sesekali menjahili Nirina sampai gadis dengan rambut tergerai itu berteriak saking kesalnya. Nyatanya, Nirina tidak bisa benci terlalu lama pada sosok di sampingnya. Sosok yang berhasil memorak-porandakan hati dan hidupnya. Nirina bisa membenci Tio, namun saat perhatian-perhatian lelaki itu berikan, akan luluh dan menghilangkan semua benci yang ada. Huh, Nirina terlalu mudah untuk dipermainkan. “Nanti balik sekolah mau ke mana?” tanya Tio. Pandangannya masih fokus ke arah depan. “Mau ke mana memang?” Nirina balik tanya. Lah memang mau ke mana? “Ya barangkali a