Dichatting Om Tio

1010 Kata
"Enak ya kalian berdua! Makan gratisan, terus aku yang ditinggal berdua sama Om Tio!" Cecar April saat baru saja tiba di sekolah, sementara Amy dan Nita hanya tertawa. "Sorry Pril, kita semalem lupa bawa duit. Untung aja ada Om Tio dateng." Sahut Nita, April memasang raut wajah kesal di saat kedua temannya itu hanya menyengir. Sepanjang hari April terus memikirkan kejadian semalam dan kebetulan ketika bertemu dengan Om Tio. Ia sudah tahu tempat tinggal Om Tio begitu pun juga dengan pria itu, hanya saja mereka berdua sama-sama tidak tahu. Pagi hari saat April pergi sekolah, rasanya sepi sekali tidak melihat Om Tio lagi di jalan. Biasanya mereka akan selalu berselisihan, tapi pagi ini pria itu tidak ada. Ketika April pulang sekolah, gadis itu ingin mampir ke rumah Nita sebentar hanya untuk memastikan Om Tio masih ada di rumahnya dan belum pindah. Tapi seketika ia mengurungkan niatnya karena tak ingin Om Tio berprasangka bahwa April sedang berusaha menemui pria itu. Sesampai di rumah, April melemparkan tas sekolah lalu merebahkan diri ke atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Mendapati sebuah pesan dari seseorang, April hampir saja melototkan kedua matanya. Sampai gadis itu mencubit lengannya sendiri guna memastikan bahwa dirinya sedang tidak bermimpi sedang membaca pesan dari nomor Om Tio. "Hai, April lagi apa?" April melebarkan kedua matanya. "Masa iya dia salah kirim? Tapi ada namaku kok di situ." Racau April kepada dirinya sendiri, di hari siang bolong seperti ini tiba-tiba dirinya mendapat pesan dari Om Tio. Membuat April ragu untuk membalasnya, tapi jika tidak dibalas. April akan kehilangan sebuah kesempatan. April sampai meletakan ponselnya di bawah bantal karena takut dengan pesan itu, takut sekaligus senang. Entahlah! April hanya gadis remaja yang moodnya tidak stabil. Tapi pada akhirnya, April kembali mengambil ponselnya di bawah bantal dan membalas pesan pria itu. "Hai, Om! Baru aja pulang sekolah, Om Tio sendiri lagi apa?" Sent. Entah keberanian dari mana, atau hanya April yang sedang tidak waras. Ia baru saja mengirimkan pesan teks kepada pria itu, padahal April sama sekali tidak pernah menanggapi pesan dari teman-teman prianya dk sekolah. Tapi Om Tio adalah pengecualian. "Oh, udah pulang sekolah. Ganti baju dulu gih, terus tidur siang. Nanti sore mau latihan voli lagi, 'kan?" Kata Om Tio, entah mengapa membaca pesan itu membuat hati April kembali berbunga. April sadar jika gadis seperti dirinya terlalu mudah untuk hal seperti ini terlebih dengan pria dewasa, gadis itu sampai berguling-guling di atas ranjang dengan wajah semerah tomat. Bruk! April berdiri seolah tidak terjadi apa-apa meskipun ia baru saja terjatuh dari atas ranjang karena terlalu banyak berguling, April lalu mengganti pakaiannya lalu menuju dapur untuk makan siang sesuai perkataan pria itu. Tapi sebelum itu, April membalas pesan Om Tio terlebih dahulu. "Iya Om!" Sent. Dengan senyum mengembang April keluar dari kamarnya untuk makan siang, lalu mengistirahatkan diri kembali ke dalam kamar sambil menunggu sore tiba. Entah mengapa April jadi tidak sabar untuk sore hari nanti dan bertemu dengan Om Tio, padahal sebelumnya April selalu berusaha untuk menghindari pria itu. "Ma, pergi latihan dulu ya!" Seru April lalu mengambil sepeda motornya dan menuju lapangan voli, di sana sudah ada banyak orang menunggu. Begitu pun dengan Om Tio dan teman-temannya yang sudah bermain di lapangan sebelah, biasanya April dan teman-temannya yang akan tiba terlebih dahulu dari mereka. Tapi sepertinya sore ini April sedikit terlambat karena terlalu nyenyak tidur siangnya. "Tumben telat, Pril!" Seru Amy, April hanya mengangguk tak menanggapi. Seusai menerima pesan singkat dari Om Tio, perasaan April seolah menjadi sangat tenang sampai tidurnya pun menjadi nyenyak. April bergabung bersama teman-temannya untuk bermain, kali ini bukan dirinya yang mencuri pandang ke arah Om Tio berada. Tapi pria itu yang tak bisa lepas dari seorang gadis yang sangat aktif dalam permainannya. Tatapan tajam Tio selalu terarah kepada gadis itu, saat gadis itu tertawa bahkan hanya diam berdiri di tengah-tengah lapangan. Senyumannya sungguh cantik dan menenangkan hati, rambut hitam legamnya selalu ia kuncir kuda menambah kesan cantik padanya. Padahal Tio tidak sadar, jika gadis yang ia pandangi sedari tadi masih sangat belia untuknya. Bugh! Seketika bola voli mengenai tepat di wajah Tio dengan sangat keras, membuat tubuh kekar yang sedang tak siap itu terjatuh ke atas lantai lapangan. Kepala Tio sedikit pusing, dan entah mengapa wajah April terbayang ketika pusing itu terjadi. "Tio, kamu nggak apa-apa?" Ujar salah satu teman Tio yang tak sengaja melakukan pukulan keras ke arah temannya itu. "Hah! Pening dikit." Kata Tio sembari menghela nafas kasar berusaha menyesuaikan pandanhannya, karena temannya itu terlihat seperti April. Tio lalu berdiri, permainan teman-temannya terhenti seketika. Membuat April yang berada di lapangan sebelah mengernyitkan kening karena bingung melihat para pria itu sedang menggerumbuni sesuatu, tapi April tidak dapat memastikan apa yang sedang terjadi. Dan ia juga tidak dapat melihat dimana keberadaan Om Tio "Kenapa tuh?" Seru salah satu teman April, sementarq Amy hanya menaikan bahunya acuh. Tak begitu perduli dengan orang lain, tapi April perduli karena di sana ada Om Tio. "Nggak tau, ayo lanjut main aja!" Seru Amy, mereka pun melanjutkan permainan kembali. Meskipun tak begitu fokus pada permainan, April terpaksa melanjutkan permainan kembali namun terus melihat ke lapangan sebelah sambil mencari Om Tio. Tak lama kemudian, kerumunan itu bubar. Semua orang terlihat membereskan semua barang-barangnya pertanda mereka akan segera pergi, April kembali mengernyitkan kening karena bingung entah apa yang sedang terjadi. Lalu akhirnya ia melihat Om Tio keluar dari lapangan sembari memegangi kepalanya sendiri, membuat April bertambah heran. April terus memikirkan hal itu, bahkan sesampainya di rumah April masih penasaran apa yang terjadi tadi di lapangan. Ingin sekali April menghubungi Om Tio dan bertanya apa yang terjadi, tapi sepertinya April tidak memiliki keberanian untuk menghubungi pria itu terlebih dahulu. Ting! Suara ponsel April berbunyi, ia lalu mengambil benda mungil itu dari atas meja belajar dan membuka sebuah pesan yang ternyata dari pria itu. "Nah, panjang umur!" Racau April. Om Tio kembali mengirim pesan kepada April, kali ini makin intens. April bahkan tidak mengerti mengapa dirinya terus membalas pesan Om Tio terus-menerus dan membuatnya senang, seseorang baru saja memasuki kehidupan April. Dan sepertinya gadis itu juga membukakan pintu masuk kepada pria yang sedari dulu sudah ia kagumi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN