Happy reading....
Sean tak kuasa menahan senyum sepanjang jalan menuju mansion keluarga besar Kingston, hatinya seperti bunga bermekaran di musim semi tatkala mendapat persetujuan dari gadis yang sudah mengisi harinya belakangan ini.
Flashback on
"Mau berkencan dengan ku?" Sean bertanya menatap dalam manik coklat Kesya.
"Huh?" Kesya menjawab dengan nada tidak percaya.
Melihat guratan di wajah kebingungan Kesya, Sean menambahkan perkataan.
"Aku tidak pernah jatuh cinta Kesya, aku tidak tahu apa itu cinta. Bagiku, hubungan itu hanya sebatas ranjang, saat aku sudah turun dari atas ranjang maka selesai sudah, tak ada lagi hubungan apapun. Jantungku tidak pernah berdebar sama seperti yang ku rasakan saat di dekatmu, melihatmu menangis ada luka yang tak bisa ku jelaskan di lubuk hatiku, saat kau mengangkat dagu menantangku aku semakin menggila untuk memiliki mu. Aku tahu kau sangat membenciku, sikapku sudah keterlaluan pada mu, tapi tidakkah kau mengerti, semua itu kulakukan hanya untuk mendapat perhatian dari mu. Aku tidak tahu cara mendekatimu dengan benar, balasan dingin dari mu membuat ku memutuskan cara seperti itu. Aku memang pria berotak s**********n, tapi ketahuilah hati ku juga merindu dicintai. Kau dan aku bukanlah manusia tanpa cela, aku tahu luka di hati mu bersemayam di balik kesombongan mu, kau membentengi diri dengan keangkuhan dari rasa sakit yang kau pendam. Kesya, aku tidak berjanji untuk tidak pernah menyakitimu tapi izinkan aku untuk menemanimu membalut luka meskipun luka yang kau dapat dariku nantinya. Lupakan cerita semalam, hari ini biarkan kita menyatu membentuk cinta. Temani aku, aku membutuhkanmu." Sean berucap ironi menumpahkan seluruh isi hatinya di hadapan Kesya.
Kesya memandangi wajah sendu di hadapannya, rasa haru, gelisah, terkejut, bersatu dalam benaknya.
"Aku bukan wanita sepadan denganmu, aku hanya sebatas debu di hamparan berjuta pasir, tidakkah kau salah memintaku untuk mengajari mu cinta?" Kesya berujar lemah, kristal bening membuat pandangannya mengabur.
"Aku rela meninggalkan kemewahan jika kesederhanaan membuatku bahagia, aku rela menggenggam debu dan mencintai layaknya berlian." Sean sengaja berterus terang untuk meyakinkan Kesya.
Kesya terdiam meragu, meskipun begitu jantungnya tak mampu berbohong, hatinya terenyuh mendengar kalimat Sean.
"Tapi aku adalah seorang penari striptis, bahkan Upik abu tak layak dibandingkan dengan diriku, apa yang kau banggakan jika nanti aku berada di sisimu" Kesya berucap lirih sengaja berterus terang tentang dirinya.
Tanpa menunggu lama lagi, Sean langsung membawa Kesya ke dalam pelukannya dan mendekapnya erat.
"Aku tidak peduli tentang siapa dirimu, semua dalam dirimu, kekurangan maupun kelebihan, aku akan menerimanya." Sean berujar mantap, menghadiahkan kecupan kecil di puncak kepalanya.
Kesya menangis kencang, menumpahkan seluruh kesedihan, kesepian, penderitaan, ketakutan, dan semuanya, semua yang telah lama terpendam seorang diri.
"Kau menyakiti hatiku dengan tangis mu." Sean berbisik lirih, tangis Kesya membuat sudut hatinya terpukul.
"Kau membuatku menangis." Kesya membalas serak, dia segera melarikan punggung tangannya mengusap air matanya.
Sean melepas pelukan mereka, menatap wajah sembab Kesya yang sudah mereda dari tangis.
"Kenapa kau selalu cantik dalam keadaan apapun." ujarnya untuk membuat Kesya malu.
Dan berhasil, semburat merah mulai menghiasi wajah Kesya, dia menundukkan kepalanya gugup.
Sean tertawa keras.
"Dimana wanita angkuh yang selalu menantang ku selama ini, kenapa dia berubah jadi kucing jinak." Sean berucap menyindir Kesya, melancarkan aksi menggodanya.
"Diam sialan." gugup Kesya menahan debaran jantungnya yang menjadi.
"Aku ingin pagi ku sehangat ini, selamanya." Sean tersenyum tulus, membawa tubuh Kesya kembali ke dalam pelukannya.
Kesya menenggelamkan wajahnya di d**a bidang Sean, bibirnya tak letih tersenyum sedari tadi.
"Kesya?" Sean memanggil wanita yang masih bersandar nyaman di dadanya.
"Ya?"
"Saat ini kita resmi jadi sepasang kekasih." Sean berujar meresmikan hubungan mereka, dia bisa merasakan bahwa Kesya mengangguk sebagai jawaban di dadanya.
Suara siulan menjadi pengiring Sean membawa kakinya memasuki mansion mewah, kebahagiaan dirinya belum juga menghilang, senyumnya bahkan masih bertahan di wajah tampannya, gerakannya berhenti saat suara yang tak asing menyapa dirinya.
"Aku pikir kau tidak akan sudi menginjakkan kaki di mansion ini." Maria yang tak lain adalah ibu sambung Sean langsung menghentikan langkah putra tirinya dengan seutas kalimat sindiran.
"Aku tidak perlu menghabiskan waktu hanya untuk menjelaskan alasan yang sudah tentu kau ketahui, i..bu." Sean melempar perkataan yang tak lagi membuat Maria mampu berkata-kata, dan tidak dilupakannya menekan kata terakhir di ujung kalimatnya, bibirnya tak pernah sudi mengucapkan kata ibu untuk seorang seperti dirinya yang tak tahu malu.
"Anak sialan." bisik Maria dengan nada mendesis segera setelah Sean meninggalkannya.
Sean mendorong pintu ruang kerja ayahnya dengan kasar, mengambil duduk di sofa yang terletak tengah ruangan itu.
"Katakan dengan cepat, aku tidak tahan dengan aroma busuk di mansion ini." Sean bermaksud menyindir kedua wanita parasit yang kini sudah memiliki status Kingston, siapa lagi kalau bukan ibu tiri dan adik tirinya Sheila.
"Aku tidak suka awal kata manis jika akhirnya berujung pahit." Charles yang tak lain adalah ayah Sean membalas dengan kalimat yang membuat keningnya berkerut bingung.
"Jelaskan." perintah Sean singkat dan dingin
"Putuskan hubunganmu dengan penari striptis itu." Charles menjawab dengan sepenggal kalimat yang langsung menghapus kebingungan di wajah Sean.
"Jika kau sudah selesai, aku pergi." Sean berucap datar setelah berhasil lolos dari keheningan yang menyapa mereka sesaat tadi, dia lalu mengangkat b****g dari sofa berjalan mendekati pintu, perintah ayahnya sama sekali tidak diindahkan.
"Kau bisa memilikinya asalkan identitasnya tetap terjaga, aku tidak ingin keluarga Kingston menjadi headline news di berbagai negara nantinya." Charles menambahkan perkataannya yang membuat Sean berhenti di ujung pintu. Dia sangat mengenal putranya, mengalah adalah jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan hubungan di antara mereka yang sudah lama retak.
Sean tidak perduli apapun pendapat ayahnya,
tanpa membalas perkataannya, dia melanjutkan langkahnya.
"Kak Sean!" pekik girang seorang gadis yang tak lain adalah Sheila ketika melihat Sean menuruni anak tangga.
Sean tak membalas bahkan melirik pun tidak, kedua wanita itu sama sekali tidak dianggap olehnya.
"Kak Sean, Sheila sangat merindukanmu." Sheila berujar manja dengan nada sensual, tanpa rasa malu dia mengalungkan tangannya di lengan Sean sambil bergelayut manja disana.
"Jangan sentuh aku." Sean menarik tangannya kasar membuat tubuh Sheila terhuyung ke belakang hingga akhirnya jatuh terduduk di lantai karena kehilangan keseimbangan.
"Apa yang kau lakukan Sean!" Maria meneriaki Sean sesaat setelah melihat putri kandungnya meringis menahan sakit di lantai.
"Nasehati putrimu agar tidak berlaku jalang sepertimu." Sean memperingati dingin membuat balasan menohok untuk wanita yang menatap dirinya berapi-api.
"Tutup mulutmu." perintah Maria tidak terima dirinya disebut jalang.
Sean hanya mengangkat sudut bibirnya miring, rasa muak sudah tak lagi sanggup di tahannya. Dengan langkah lebar dia melangkah keluar dari mansion meninggalkan kedua wanita berstatus ibu dan anak itu.
"Kak Sean! Kak Sean! Jangan pergi, jangan tinggalin Sheila!" Sheila meneriaki nama Sean dengan sekuat tenaga yang tentunya sama sekali hanya dianggap angin lalu olehnya.
"Aku tidak terima di perlakukan seperti ini, aku akan mendapatkan mu, bagaimana pun caranya." Sheila bermonolog sendiri dengan mendesis tajam, kegilaannya untuk memiliki Sean sudah tak terbendung lagi. Dia tidak peduli bahwa mereka kini sudah menjadi saudara, Sean hanya boleh akan memiliki status sebagai pendampingnya tidak yang lain.
Sean meninju stir mobil sekencang-kencangnya demi melampiaskan kemarahan, mansion yang dulu penuh tawa bahagia kini berubah menjadi tempat yang paling mengerikan. Sejak perceraian kedua orangtuanya, Sean tak pernah sudi menginjakkan kaki di sana, semua ini karena kebodohan ayahnya, nafsu sesaat membuat mereka harus rela lepas dari kebahagiaan.
Sean merogoh sakunya mengeluarkan benda pipih berlogo Apple lalu mendial nomor seseorang.
"Hallo?" suara merdu di balik panggilannya membuat ketenangan mulai mengisi hatinya.
"Sean ada apa?" suara itu mulai terdengar khawatir saat tak mendengar balasan.
Tarikan nafas panjang di lakukan Sean sebentar sebelum membalas nada panik diseberang sana.
"Aku merindukanmu......
.... sangat merindukanmu." Sean berujar lambat menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya, kalimat itu merupakan percakapan terakhir di antara mereka, Sean langsung mengakhiri panggilannya sepihak.
Sementara ditempat lain Kesya menatap bingung ponselnya.
"Dia sudah gila rupanya." monolog Kesya seorang diri, lalu melanjutkan kembali aktifitasnya merias diri. Yah, hari ini dia kembali bekerja menjadi seorang penari striptis, di polesnya wajah putih cantik itu dengan berbagai alat penunjang kecantikan.
Rasa sedih merayapi dirinya mengingat dia yang seorang penari striptis menjalin kasih dengan seorang Kingston. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin, entah kenapa ada keinginan kuat dalam drinya untuk tak lagi mempertontonkan seluruh tubuhnya di hadapan semua orang.
"Aku makan gratis selama sebulan, aku menang dalam taruhan kita." Adrian berujar tiba-tiba dan langsung membuyarkan lamunan Kesya. Dia sudah tahu hubungan Kesya dengan Sean, awalnya rasa sakit tak bisa ditolak mendengar kenyataan pahit bahwa cintanya tak terbalas, tapi demi kebahagiaan Kesya dia rela menekan rasa itu menyembunyikan di ulu hatinya.
"Jangan di tempat mahal, aku bukan ratu Elisabet yang punya segudang uang." Kesya menimpali perkataan Adrian memberi peringatan yang ultimatum padanya.
"Kita akan berkencan selama sebulan." Andrian membalas menyelipkan nada menggoda pada Kesya.
Kesya hanya memutar bola matanya malas.
"Aku mohon jangan menari terlalu erotis, aku sudah letih bermain solo." Adrian kembali menambahkan perkataanya dengan nada pura-pura memelas.
"Pergilah, aku akan tampil sebentar lagi." Kesya memberi Adrian perintah untuk segera meninggalkannya.
Adrian membalas dengan kekehan.
Kesya mematut dirinya sekali lagi, jantungnya kembali berdetak kencang, status yang dimilikinya sebagai seorang kekasih Sean membuat nyalinya menciut hilang tak berbentuk.
Kau tidak p*****r, hanya penari. Kesya membatin menguatkan dirinya.
Dengan perlahan dia mulai mengambil topeng yang tergeletak di sampingnya, kali ini tubuhnya dibungkus rapi oleh gaun hitam panjang, tangannya bergerak memasang topeng di wajahnya sebelum sebuah suara mengurungkan niatnya.
"Christin, temui boss di ruang VIP." perintah salah seorang wanita yang berprofesi seperti dirinya.
"Tapi sebentar lagi aku akan tampil." Kesya membantah perkataan wanita itu, telinganya sudah letih mendengar kerumunan orang meneriaki namanya.
"Biar aku yang menggantikan mu."
"Tapi......
"Pergilah." potong wanita itu cepat, mendorong tubuh Kesya keluar dari ruang hias.
Siapa sangka Dewi Fortuna kali ini berpihak padanya, dengan langkah pasti dia keluar dari ruangan hias, mengangkat sedikit gaun hitam menjuntai di lantai agar tidak terinjak olehnya. senyum bahagia terpatri di wajahnya, dia benar-benar tidak ingin tampil malam ini.
Kesya mengayunkan tangannya sesaat setelah berada di depan ruang VIP, suara berat berisikan perintah terdengar dari dalam.
Cklek..
"Kau?!"
Hai...
Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE.
Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB.
Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya?
Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.