Ketika aku kembali ke area ruang ICU, aku melihat Mama masih terdiam memandangi Arkana yang terbaring lemah di dalam sana. Mama terdiam di balik kaca tebal itu.
"Ma ...." Aku memanggilnya.
Seketika Mama menoleh. "Kamu udah kembali, Nara." Setelah mengatakan itu, Mama segera berbalik, kembali menatap Arkana.
Aku berjalan mendekatinya, kini kami berdiri sejajar, sama - sama menatap Arkana di dalam sana.
"Ma ...." Aku membuka obrolan sekali lagi.
"Ada apa, Nara?"
"Ma ... aku ingin mencari Ardina." Akhirnya kalimat itu sanggup untuk aku ucapkan.
Seketika Mama menoleh padaku. Tatapan Mama seakan tidak percaya. Tentu saja Mama tidak percaya.
Karena selama ini, orang yang paling anti membicarakan Ardina adalah aku sendiri. Tapi tiba - tiba hari ini aku mengatakan akan mencarinya.
"Kamu serius, Nara?" Mata Mama kini berkaca - kaca.
Aku pun mengangguk. "Iya, Ma. Aku rasa saat ini yang Arkana butuhkan adalah Ardina. Maka aku harus mencarinya."
Isakan demi isakan terdengar. Mama kemudian menangis sejadinya. Aku tak kuasa melihat mamaku menangis seperti itu. Aku segera merengkuhnya dalam pelukanku.
"Nara ... kamu akhirnya membuat sebuah keputusan yang tepat. Iya, Nara. Carilah Ardina. Arkana pasti sangat rindu padanya. Dengan kehadiran Ardina, pasti kondisi Arkana perlahan akan membaik."
"Iya, Ma. Aku juga sudah konsultasi dengan dokter Lugas. Dan ia mendukung rencana ini."
"Syukur lah ... syukur lah ... Mama benar - benar lega, Nara."
Aku kembali memeluk Mama dengan erat. Nyatanya aku tetap tidak berani bilang perihal awal kenapa aku mendapatkan ide untuk mencari Ardina.
Aku memang sepengecut itu. Aku tidak akan mengingkarinya.
"Ma ... apa Mama tahu di mana aku harus mulai mencari dia, Ma? Aku sudah telanjur menghapus semua nomor kontak yang berhubungan sama dia. Aku juga nggak tahu di mana keluarganya tinggal. Lalu aku harus bertanya pada siapa tentang keberadaannya?"
Mama kemudian melepas pelukanku. "Cari lah mulai dari rumah orang tuanya, Nak. Dulu orang tuanya tinggal di Pule, Kandat. Sekarang entah masih di sana atau enggak. Tapi setidaknya kamu bisa bertanya pada tetangga - tetangganya tentang ke mana mereka pindah."
Mama nampak terluka menjelaskan tentang mantan besannya. Mama pasti sedih. Karena dulu Mama adalah orang yang paling menentang perpisahanku dengan Ardina. Mengingat Ardina adalah menantu kesayangannya. Sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Tapi aku memisahkan mereka.
Aku menerima banyak nasihat dari semua orang. Namun tak ada satu pun yang aku dengar. Aku sudah gelap mata saat itu. Hanya percaya apa yang ingin aku percaya.
Bahkan sampai bertahun - tahun lamanya, hati nuraniku masih tetap buta.
Jika saja Ramli tidak tiba - tiba membahasnya. Kalau saja aku tidak terlibat obrolan dengan Arkana sebelum operasi pagi itu. Mungkin aku juga akan tetap buta seperti bertahun - tahun sebelumnya.
~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~
Aku terlebih dahulu menemui Ramli di kantor. Ia menyambutku dengan tampang kusut. Karena pertemuan terakhir kami meninggalkan kesan yang buruk.
"Ram ... waktu itu kamu minta aku untuk cuti. Sekarang aku ambil cuti itu. Dua belas hari ya. Pas, cuti satu tahun aku ambil semua." Aku langsung mengatakan maksud kedatangan ini tanpa berbasa - basi.
Ramli sebenarnya nampak heran melihatku datang hanya mengenakan kaos berkerah. Sama sekali tidak terlihat seperti orang yang akan bekerja.
"Tumben kamu mau repot - repot cuti? Gimana operasi Arkana, hm? Dia baik - baik aja, kan? Femila udah ngerengek terus pengin jenguk dia."
"Operasinya berhasil dan lancar, Ram. Iya, coba bawa Femila ketemu sama Arka. Siapa tahu Arkana cepet sehat nanti."
Ramli mengernyit. "Katanya operasinya lancar dan berhasil. Kok omongan kamu seolah - olah kondisi Arkana masih buruk begitu?"
"Operasinya memang lancar dan berhasil, Ram. Tapi kondisi Arkana turun pasca operasi. Dia sempat mengalami pendarahan saat operasi. Sejak saat itu dia belum bangun lagi sampai sekarang."
Raut wajah Ramli berubah sedih seketika. "Astaga ... kok kamu nggak kasih kabar apa - apa, sih, Nara? Terus sekarang kamu cuti karena mau ngurusin Arkana, gitu? Keputusan yang tepat. Memang lebih baik begitu."
"Kurang lebih gitu, Ram. Tapi aku nggak akan ada di samping Arkana selama masa cuti. Mama yang akan melakukannya."
"Lho, kok gitu? Maksudnya gimana, sih?"
"Aku cuti untuk pergi mencari Ardina. Kamu benar, Arkana butuh dia." Ucapanku menelan begitu menyebut nama Ardina.
Dadaku mendadak sangat sesak. Air mataku menetes begitu saja tanpa bisa aku kontrol.
Ramli yang tadinya duduk, segera beranjak. Ia berjalan mendekatiku, kemudian menepuk pundak ku. Lalu ia memelukku.
Ketika Ramli melakukannya, aku justru semakin menangis.
Aku benci keadaan seperti ini. Karena ini membuat aku merasa begitu lemah.
"Kamu udah memilih hal yang benar, Nara. Sekarang kamu sudah berubah jadi lelaki sejati. Aku bangga banget sama sahabatku yang gentleman ini." Ia menepuk - nepuk punggung bagian atasku.
Dan aku masih terisak. Menyesali diriku yang bodoh ini. Kenapa baru sadar untuk mencari Ardina sekarang?
Seharusnya aku sudah melakukannya sejak dulu.
Karena keras kepala ini, Arkana yang menjadi korban.
Jika sampai aku tidak menemukan Ardina, entah aku akan pernah memaafkan diriku sendiri atau tidak.
Ardina ... di mana kamu?
Apakah kamu sudah menikah?
Apakah kamu bersedia untuk kembali dan memeluk putra kita?
Dia membutuhkan kamu saat ini.
Hati kamu pasti masih begitu sakit dengan segala hal yang pernah aku katakan pada kamu. Tak apa jika kamu tidak mau memaafkan aku.
Tolong hanya kembali ... untuk Arkana.
~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~
Masya Allah Tabarakallah.
Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Single Father. Mau tahu kenapa dikasih judul Single Father? Ikutin terus ceritanya, ya.
Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.
Mereka adalah:
1. LUA Lounge [ Komplit ]
2. Behind That Face [ Komplit ]
3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]
4. The Gone Twin [ Komplit ]
5. My Sick Partner [ Komplit ]
6. Tokyo Banana [ Komplit ]
7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]
8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]
9. Asmara Samara [ Komplit ]
10. Murmuring [ On - Going ]
11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]
12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]
13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]
14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]
Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.
Cukup 1 kali aja ya pencetnya.
Terima kasih. Selamat membaca.
-- T B C --