Prolog
Karena lahir dari keluarga sederhana, pernah merasakan yang namanya makan hanya menggunakan nasi tanpa lauk, minum air hujan, dan lain sebagainya di masa kecil, menjadikan Zulaikha tahu diri akan fungsinya hidup di dunia ini. Mengingat ayah dan ibunya banting tulang untuk membiaya ia makan dan sekolah, melahirkan sisi semangat pada diri Zulaikha untuk bisa membawa ayah dan ibunya ke dalam lingkup kehidupan berbeda--yang lebih bahagia.
Saat ayahnya belum mengalami cedera pada bagian kaki pasca ditabrak mobil pengangkut barang yang tak tahu tanggung jawab, ia bekerja sebagai kuli bangunan, sementara ibunya bekerja sebagai tukang cuci. Namun karena kini ayahnya sudah tak lagi bisa bekerja sebagaimana mestinya, Zulaikha dan ibunyalah yang bekerja keras, ibunya yang sebelumnya bekerja hanya sebagai tukang cuci mulai mengajukan diri menjadi karyawan di pabrik kue, dan Zulaikha sejak masih SMA sudah mulai bekerja sebagai pelayan cafe, kadang ia juga mencuci pakaian orang yang dahulu dicuci ibunya.
Zulaikha tak pernah malu dengan kehidupannya, ia selalu jujur saat orang lain bertanya, bukan karena ingin dikasihani, itu salah satu caranya bersyukur dalam menjalani ujian Allah, ia yakin kalau di dunia ini masih ada yang lebih kekurangan darinya, ia tak boleh malu, apalagi terlalu sering mengeluh. Dengan menjadi diri sendiri Zulaikha bisa menerima apa yang terjadi.
Cinta tidak hanya datang dari rasa suka seseorang terhadap fisik orang lain yang memesona, tapi, cinta juga bisa hadir dari indahnya akhlak, lembutnya tutur kata, dan tingginya adab orang lain yang ia lihat baik sengaja ataupun tanpa sengaja.
Zulaikha adalah wanita yang memiliki karakter seperti itu, dia wanita yang baik akhlaknya, lembut tutur katanya, dan tinggi adabnya. Selain itu, dia juga seorang wanita muda yang sudah bekerja keras sejak masih duduk di bangku sekolah. Dari karakter yang ia miliki, Zulaikha dapat membuat dua orang laki-laki dari keluarga yang sama mengaguminya. Kafka, sang kakak tingkat yang memperlakukannya dengan sangat baik di kampus, dan Yusuf, sang dokter bedah yang tak sengaja bertemu saat ia menolong ibu-ibu yang hendak melahirkan.
Zulaikha tak pernah tahu kalau kakak beradik itu ternyata sama-sama mengaguminya. Ia hanya merasa tak pantas disandingkan dengan mereka berdua, sebab ia cukup tahu diri, ia hanya anak pertama dari keluarga sederhana yang mana ayahnya sudah tak lagi bisa bekerja sebab cedera. Lagi pula, ia belum ada niatan untuk menikah di usia muda. Ia ingin membantu orangtuanya membiayai Fauzan--adik laki-lakinya--yang masih sekolah sampai Perguruan Tinggi nanti. Padahal kenyataannya, Kafka dan Yusuf mengagumi Zulaikha karena karakter yang ia miliki, bukan dari sisi harta atau apapun.
Hingga pada suatu waktu, mereka menyatakan perasaannya kepada Zulaikha secara bersamaan, lantas, siapakah laki-laki yang Zulaikha pilih untuk menjadi pendamping hidupnya? Apakah Kafka yang sudah lebih dulu ia kenal dengan segala sikap baiknya? Yusuf yang terlihat tak tersentuh tapi memiliki jiwa yang lembut? Atau menolak keduanya lantaran merasa tak pantas?