Setelah permainan panas di pagi hari, keduanya kembali mandi dan Aldi bersiap dengan pakaian kantornya. Pria itu selalu tampak berseri menikmati teh hijaunya meski sudah dingin. Keduanya lantas turun untuk sarapan bersama putra mereka sebelum pada akhirnya kembali ke kegiatan masing-masing.
"Mas, hari ini aku ada arisan di rumah Sella," kata Inka memberi tahu setelah mencium punggung tangan suaminya.
"Iya, udah hati-hati, jangan pulang terlalu sore," pesan Aldi lantas mengecup kening istrinya. "Mas pergi dulu, assalamualaikum." Aldi melambaikan tangan sebentar.
"Waaliakumsalam," jawab Inka seraya membalas lambaian tangan suaminya dengan senyuman manis.
***
"Udah siap nih ya, Beib. Kita kocok sekarang arisannya, oke!" Seorang wanita dengan pakaian seksi mengangkat gelas kecil yang sudah diisi gulungan nama-nama peserta arisan--Arisan Berondong.
"Oke, Sayang. Buruan deh dikocok aja sekarang," sahut teman di sebelahnya, wanita dewasa itu melirik seorang laki-laki muda yang duduk santai di sofa single sebagai bahan kemenangan peserta arisan Minggu ini.
Di sebuah ruangan itu terdapat 8 orang perempuan dewasa dan seorang pemuda, duduk di sofa mengitari satu meja kotak di dalam rumah megah itu, itu rumah salah satu dari kedelapan wanita itu, kebetulan suaminya baru saja pergi untuk perjalanan bisnis jadi dia bebas mengundang teman-temannya untuk buka arisan berondong Minggu ini.
"Oke, oke sepertinya semuanya tidak sabar untuk dipuaskan oleh Robi ya, Sayang," goda wanita itu seraya mengerling mata pada pemuda yang kisaran masih berusia 24 Tahun, sementara kedelapan wanita itu kisaran usia 28 sampai 31 Tahun. Namun, penampilan mereka tak kalah dengan gadis-gadis ABG, masih sangat seksi dan hot.
Wanita bertanktop hitam dan bawahan rok mini dengan warna senada itu selalu saja jadi incaran para gigolo setiap kali didatangkan untuk dijadikan bahan arisan. Namun, sayangnya wanita itu tidak pernah menang, karena dia tidak pernah mengikuti acara konyol seperti itu.
Wanita cantik usia 28 Tahun itu hanya fokus pada bisnis berlian dan emas saja, ikut seru-seruan tanpa ikut acara arisan berondong seperti ini.
"Yeaay, siapa kira-kira yang menang dan yang nantinya bakal bisa menghabiskan waktu dua hari dua malam bersama Robi di hotel berbintang," kata si Wanita yang kini sedang memegang satu gulungan kertas bertuliskan nama pemenang.
Terlihat semua tidak sabar ingin tahu siapa yang menang. Masalahnya pemuda Minggu ini sangat tampan, berwajah oriental, dengan senyum yang manis. "Le ... naaaa." Nama seorang wanita disebut, dan itu pemenangnya, wanita berbaju kuning dengan belahan d**a yang cukup rendah itu tersenyum senang, sementara yang lainnya tampak merasa kecewa.
Hanya wanita berbaju dusty dan hitam saja yang tampak tersenyum saja sementara seorang lain terpekik senang sebagian lain terpekik kecewa. "Ih, Len, tuker aja deh, entar bagian gue buat elo," kata teman di sampingnya.
"Ogah, gue mau Robi aja," sahut si pemenang, dan temannya itu hanya tersenyum masam.
"Udah, udah, lo bawa deh tuh brondong sekarang biar keirian mereka-mereka ini semakin menjadi," kata wanita berbaju dusty yang duduk di samping Inka, dia adalah sahabat baiknya, bernama Sella.
"Iya, mending gue pergi aja sekarang, udah yuk, Yang! Kita bersenang-senang." Lena berdiri meraih tas bermerk produksi Paris dan berjalan menuju Robi, pria tampan yang kini dimenangkan oleh Lena seorang wanita berusia 30 Tahun, istri seorang Pelaut. Wanita dewasa yang sedang puber kedua ini sering ditinggal dan sering kesepian sehingga ia suka sekali mencari pria-pria muda yang bisa ia ajak kencan.
Lena menggandeng Robi dan melambaikan tangannya. "Bye, Shay!" ucapnya manja seraya melangkahkan kakinya melengak-lengokkan pinggul, membuat semua orang merasa iri.
"Huuu!" seru kelima orang lainnya kemudian diikuti gelak tawa mengiringi kepergian Lena.
Di tempat parkir Lena mengeluarkan kunci mobil dan memberikannya pada Robi. "Kamu yang setir ya, Sayang."
"Siap, Sayang," jawab pria muda itu.
Rupanya pemuda itu sudah terbiasa menjalani kegiatannya ini sebagai profesi, sudah sering ia melakukan hal seperti ini hingga tidak terlihat canggung lagi.
Robi membukakan pintu mobil dan mempersilakan Lena untuk masuk, Robi tentu ditugaskan untuk memanjakan dan memberi service memuaskan bagi pelanggannya, karena apa yang akan dia dapat pasti akan luar biasa.
Roni juga masuk mobil berwarna biru itu, dan menatap dalam kendaraan dengan takjub. "Bagus banget sih Yang mobilnya, keren," puji Reno.
"Kamu suka?" tanya Lena.
"Iya, aku suka benget, Sayang. Ini mobilnya keren banget," jawab Robi.
Lena tersenyum. "Boleh aja mobil ini buat kamu nantinya, tapi setelah aku mendapatkan service yang memuaskan dari kamu." Lena mencubit pipi putih mulus milik Robi.
Robi tersenyum senang. "Siap dong, Sayang. Terus sekarang kita mau ke mana dulu nih?" tanya Robi.
"Gimana kalau kita belanja dulu, aku mau beli sesuatu, baru setelah itu lanjut ke hotel."
Robi hanya mengangguk saja sebagai tanggapan dan langsung memanuver mobilnya meninggalkan tempat parkir rumah Sella.
***
Kembali ke dalam rumah, tampak ketujuh orang lainnya masih berbincang ria, menyantap hidangan di atas meja sebelum mereka pada akhirnya pamit pulang ke rumah masing-masing.
"Sel, gue pulang dulu deh. Setelah ini mau ada acara keluarga soalnya," kata Yuni, dia wanita cantik asal Jawa Timur berusia 29 Tahun, istri bos yang kurang diperhatikan, sikapnya tidak terlalu baik pada Inka, karena yang lain anggap hidup Inka lebih baik dari nasib rumah tangga mereka yang lainnya.
Hanya Sella yang tidak merasa sirik dengan kebahagiaan Inka serta suaminya, dan juga ketiga teman lainnya seperti Keukeu, Lusi dan Adjeng mereka bertiga cukup netral saja.
Berbeda dengan Lena, Yuni dan Bella, mereka bertiga itu tampak baik di depan, tapi buruk di belakang. Inka bersyukur punya Sella yang menjadi satu-satunya teman yang paling setia padanya.
"Ih, kok buru-buru banget sih, Yun." Sella hanya berbasa-basi saja.
"Iya, soalnya gue mau ada acara. Ya udah deh gue pulang dulu ya. Lo pada mau pulang, enggak?" tanyanya pada keempat orang lain, tanpa melirik Inka sedikit pun.
Namun, Inka tidak merasa keberatan, wanita itu hanya tersenyum santai saja. Entah sikapnya ini karena dia tidak menyadari, atau memang cuek.
"Iya, kita semua juga mau pamit pulang, Sel. Ya udah yu!" ajak Keukeu seraya meraih tasnya lantas berdiri, begitu juga dengan kedua teman lainnya yang bernama Adjeng dan Lusi. "Kamu enggak ikut pulang, Ink?" tanya Keukeu.
Wanita itu menggeleng seraya tersenyum. 'Enggak, Keu. Aku masih mau di sini temenin Sella," jawab Inka.
Yuni dan Bella tersenyum miring. "Jam segini mah mas Aldi belum pulang ya, Shay. Jadi santai aja dulu," kata Yuni.
Inka tersenyum lalu mengangguk. "Iya, mas Aldi nanti masih lama pulangnya, jadi lebih baik aku temenin Sella aja dulu."
Yuni tersenyum sedikit masam. "Enak ya jadi kamu, Ink. Udah punya suami ganteng, kaya, setia lagi. Nggak kayak kita-kita, suaminya tukang selingkuh, tukang kawin lagi, dan punya simpenan cewek ganjen di luaran," katanya, seolah sedang meluapkan rasa kekecewaannya terhadap pasangannya sendiri.
"Ih, Lo nyindir gue." Bella memukul lengan Yuni pelan. Yuni pun terkekeh karena Bella adalah seorang simpanan om-om. "Ya masih mending elo pada, udah sah-sah jadi bini, lah gue," katanya seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Ya salah elo sendiri atuh, Bella. Ngapain mau-mauan sama laki-laki yang udah anak bini. Sekarang kagak jelas kan setatus elo gimana," sambung Lusi yang tidak terlalu suka pada Bella.
"Susah tahu, Lo mah kagak ngerasain sih jadi gue. Ntar aja deh Lo rasain." Bella menunjuk Lusi.
"Ih, amit-amit," sahut Lusi seraya mengkedikkan bahunya.
Semua orang tertawa meski di dalam hati masing-masing punya rasa yang berbeda-beda. Mereka adalah istri-istri seorang pria kaya yang tak lepas dari masalah rumah tangga, termasuk Inka.
Namun, Inka selalu bisa membawa diri layaknya tidak pernah ada masalah di dalam rumah tangganya. Jangankan orang luar, bahkan Aldi--suaminya sendiri pun belum tahu apa yang dirasakan Inka selama ini.