Matahari sudah terbenam dengan sempurna digantikan cahaya bulan.
Malam ini, Kina sedang menunggu taksi yang sampai sekarang belum juga ada satu pun yang lewat sekalinya lewat tidak ada yang kosong.
Tadinya Kina ingin naik angkot saja yang melewati kawasan perumahan tempat Ia tinggal. Namun sebelum ponselnya mati karena habis daya, Kina sempat membaca berita kalau angkot yang melewati kampusnya sedang berdemo dan mogok beroperasi hari ini.
Sialnya ketika ingin memesan kendaraan online, ponselnya mati tanpa peringatan karena dayanya sudah benar-benar habis. Kebetulan kampus tempatnya menimba ilmu lumayan jauh dari jalan besar, ketika sampai di jalan besar taksi yang ditunggu pun tak satu pun ada yang kosong. Selalu saja di dahului mahasiswi atau mahasiswa lain yang lebih dulu masuk.
Sekarang Kina hanya pasrah menunggu dengan duduk di halte terdekat sambil masih berharap kendaraan yang ditunggunya segera muncul. Kina menghela napas berkali-kali, suasana jalanan sudah semakin sepi namun Ia malah masih menunggu kendaraan yang entah kapan bisa dia dapatkan.
Bukannya takut akan hadirnya makhluk halus atau preman, karena Kina bukanlah orang yang takut akan hal-hal tersebut. Kina hanya ingin segera meng istirahatkan badannya yang sudah sangat lelah.
Udara semakin dingin dan sepertinya akan turun hujan. Kina menggosok-gosokkan lengannya yang hanya menggunakan kemeja flanel kesukaannya untuk menghalau udara dingin yang mampir ke badannya. Sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangan mengharap dapat kehangatan walaupun sementara. Kina menunduk dan memeluk tubuhnya erat.
"Harusnya gw pake jaket, bodoh banget! Ini kan udah masuk musim hujan, mana gak bawa payung pula! Sial banget!" Kina menggerutu sambil masih memeluk tubuhnya.
Kraakk...
Tiba-tiba terdengar suara ranting patah karena terinjak, Kina dengan sigap berdiri dan memasang kuda-kuda kalau-kalau ada orang yang hendak merampok atau sekedar mengganggunya.
Lampu jalanan saat ini tidak terlalu terang, jadi Kina merasa harus lebih waspada dan mencoba fokus ke arah suara tersebut. Terlihat tubuh seseorang menjulang diantara kegelapan dengan langkah santai menuju kearah Kina berdiri. Dengan percaya diri, Kina mencoba untuk tenang seperti biasa dia menghadapi orang-orang yang biasa ingin berbuat jahat di kegelapan malam.
Langkah kaki semakin mendekat dan semakin memperlihatkan postur tubuh atletis dengan d**a yang bidang. Ketika semakin mendekat, semakin terlihat wajah orang tersebut dan detik berikutnya Kina langsung memasang wajah datar melihat siapa orang itu.
Dengan cengiran khasnya, seseorang itu tersenyum jenaka ke arah Kina.
"Tuh kan bener, ternyata mata gw masih sehat wal afiat. Ngapain lo malem-malem diem disini, Lex? Bencong aja baru mau masuk kerja."
Kina menatap kesal pria yang ternyata adalah Geri. Sedang apa pria sableng itu disini??!!
Sejak pertemuan terakhir mereka seminggu yang lalu, Kina tidak melihat Geri di sekitar kampus. Setahu Kina, Geri sedang menyelesaikan skripsinya sama dengan apa yang dilakukan kekasih sahabatnya.
Pertemuan terakhir mereka diwarnai dengan kecanggungan dari Kina, karena ucapan Geri yang ingin mendekatkan diri padanya. Kina sudah bersyukur ketika Geri tidak tampak selama seminggu, namun hari ini Kina merasa sangat sial. Jantungnya Lagi-lagi berkhianat untuk tidak berdetak terlalu kencang melihat wajah Geri dan cengiran sintingnya. Usahanya untuk membuang 'rasa ' yang tumbuh selama satu minggu ini tak melihat Geri terbuang sia-sia hanya dengan melihat cengiran sableng nan tampan Pria itu.
Kina tidak memperdulikan pertanyaan Geri dan kembali duduk di bangku halte.
Geri mendengus sebal sambil ikut duduk disamping Kina namun dengan jarak yang lumayan jauh. Geri takut jika dia mendudukkan dirinya dengan jarak yang dekat di samping Kina, Si Preman kampus cantik ini akan mengamuk tidak karuan.
Kina menggosok-gosokkan telapak tangannya kembali karena angin semakin kencang.
Pluk..
Jaket denim Geri sudah sampai di pangkuan Kina.
"Apaan maksu.."
"Pakai aja, Lex. Gw lagi gerah tadi abis main basket. Tenang aja keringet gw wangi surga kok, deodoran satu minimarket gw pake. Biar gak ada yang jijik lagi kalo gw deket-deket sama dia."
Geri menyela ucapan Kina dan sedikit menyindir karena sikap Kina yang selama ini seperti jijik jika Geri berada didekatnya.
Dengan wajah merah, Kina memakai jaket denim milik Geri agar Geri berhenti menyindirnya. Bukan maksud Kina bersikap seperti itu, ini hanya bentuk pertahanan dirinya dari Geri. Kina masih menekuk wajahnya sambil mengeratkan jaket denim Geri yang mampu membungkus tubuhnya dengan sempurna karena jaket yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
Geri memperhatikan wajah Kina yang cemberut sambil tersenyum geli karena tidak harus adu mulut lebih dahulu untuk memaksa Kina memakai jaketnya. Sebenarnya Geri juga merasa kedinginan sampai pori-pori kulitnya tampak, namun melihat Kina yang kedinginan membuatnya lebih tidak tega. Lebih baik dia yang merasakan dinginnya angin malam ini daripada si Preman cantik yang perlahan memenuhi pikiran dan hatinya.
"Lo kok gak pulang, Lex? Lo beneran nunggu bencong sampe keluar dari persembunyiannya buat dinas?"
"Berisik lo, Kak! Gw nunggu taksi gak ada yang kosong dari tadi, lagian lo sendiri kenapa bisa ada disini? Bukannya langsung pulang deh!" Kina menjawab dengan nada jutek, namun wajahnya sudah kembali datar.
"Tadinya mau langsung cabut, tapi dari kejauhan gw liat sesosok makhluk lagi duduk sendirian di halte, gak taunya pas gw deketin ternyata sesosok bidadari dari kahyangan," cengir Geri sinting.
"I am not an angel!! Jangan gombalin gw kalo lo gak mau masuk rumah sakit! " ancam Kina dengan lirikan sinisnya.
Geri berdecak dan menatap Kina tidak percaya atas apa yang keluar dari bibir wanita galak namun seksi ini.
"Ayo gw anter pulang." Geri beranjak dari duduknya, namun kemudian menatap Kina yang tidak beranjak dari duduknya.
"Gw tunggu taksi aja"
"Mau sampai kapan, Lex? Ini udah jam 9 malem. Seenggaknya lo mikirin orang rumah lo yang cemas liat lo belom ada di rumah." Geri berubah serius dan sedikit banyak membuat Kina merinding karena tatapan galak Geri yang selama ini tidak pernah diperlihatkannya.
"Sorry, bukan maksud maksa lo. Tapi niat gw baik kok, cuma mau anter lo pulang dengan selamat. Yah.. Sukur-sukur abis ini Kita jadi deket. Ya gak?" Geri menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jenaka kembali.
Kina hanya menatapnya datar.
"Ck.. Ya udah kalo lo gak mau. Mungkin lo malu ya naik motor butut kesayangan gw, it's okay. Kalo gitu gw balik dulu. Bye, Lex."
Geri berjalan menuju motor vespa yang diparkirnya tidak jauh dari halte tempat Kina duduk tadi. Dengan gontai, Geri men starter motornya lalu menaikinya. Namun tubuh dan motornya limbung ketika tiba-tiba ada orang yang menaiki motornya tepat dibelakang Geri. Dengan sigap Geri menyeimbangkan motor dan badannya dan langsung menoleh kebelakang. Terlihat wajah Kina yang cemberut tanpa melihat ke arahnya.
"Tolong antar saya pulang, Abang Ojek! " ucap Kina datar.
Geri kembali memalingkan wajah kearah depan dengan senyum yang tidak dapat disembunyikan.
"Siap eneng preman.. Ouch!!"
Kina mencubit perut Geri sekuat tenaga.
Geri mengusap perutnya dengan sebelah tangan, dan sebelah tangannya lagi memberikan helm cadangan yang memang selalu dia bawa kepada si Preman Kampus. Dan setelah Kina memakai helm itu, Geri mulai menjalankan motornya sambil masih merasakan perut yang panas akibat cubitan yang tadi di dapatnya.
***
"Thanks.. Ehm.. Lo..mau masuk dulu gak kak?"
Kina berusaha meredakan kegugupannya di depan Geri yang sudah berhasil mengantarnya pulang dengan selamat sampai di depan gerbang rumah Kina yang lumayan mewah.
"Gak deh, gw ditunggu emak gw. Katanya minta anterin kepasar malem, soalnya tuh emak-emak mau naik odong-odong," cengir Geri.
Sementara Kina hanya memutar bola matanya malas. Geri, pria tampan dengan sejuta kekonyolan dan keajaiban di dalam otaknya.
"Whatever.. Eh.. Btw, nih jaket lo. Makasih ya Kak, sampe lo rela kedinginan cuma buat pinjemin jaket lo sama gw." Kina segera menyodorkan jaket denim Geri yang sudah dilepasnya.
"Kok lo tau gw kedinginan? Ternyata feeling lo kuat ya kalo menyangkut gw."
"Cih.. Bukannya kuat, tapi gw liat lo dari tadi di motor merinding trus tuh pori-pori di tangan lo pada bermunculan. Pake bilang kegerahan lagi lo kak!"
"Yah.. Itung-itung usaha Lex buat dapetin lo" jawab Geri berbisik.
Deg..
Kina merasakan jantungnya yang kembali berulah karena bisikan Geri. Kina pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Geri untuk menjaga pertahanannya.
Setelah lama terdiam, Kina memerintah Geri untuk pulang namun Geri dengan keras kepala menyuruh Kina untuk masuk rumah terlebih dahulu. Akhirnya Kina mengalah dan melangkah menuju pintu gerbang rumahnya. Setelah berhasil membuka pintu gerbang Kina masuk, namun sebelum itu Kina menatap Geri dan berkata, "Lo gak bau badan kok kak, jadi gak perlu pake deodoran semini market. Dan gw juga gak malu naik motor lo yang kata orang-orang butut dan berisik. Btw, sekali lagi thanks udah anterin gw pulang." Dengan segera Kina menutup pintu gerbangnya sedikit kasar dan menetralkan detak jantung yang berdetak membabi buta dan menyandarkan tubuhnya di balik gerbang yang tertutup.
Sementara Geri, masih terpaku di samping motornya mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Kina. Dan setelah tersadar dari keterpakuannya, Geri tertawa senang sambil meninju udara di depannya.
"Apa itu artinya gw boleh lebih deket sama lo, Preman Kampus??" Geri bermonolog dengan pandangan lurus kearah tempat Kina berdiri tadi.
***