BAB 16: Mencaritahu Tentang Naomi

1099 Kata
Hans menekan tengkuknya dengan kuat, pria itu sempat terdiam cukup lama dan berpikir keras harus memulai dari mana untuk bercerita. “Aku mengenal dia, dia anak majikan Jaden, teman satu kampusku dulu. Aku dan Naomi saling kenal sejak dia masih duduk di bangku sekolah menengah,” cerita Hans. “Lanjutkan.” “Untuk apa?” “Aku bilang lanjutkan, ya lanjutkan,” titah Axel tidak mau dibantah. Hans menyipitkan matanya menatap curiga Axel, sangat aneh karena sahabatnya itu tiba-tiba saja ingin tahu urusan orang lain. Hans menegakan tubuhnya dan melanjutkan ceritanya sambil menunjuk photo yang sudah Axel berikan kepadanya. “Dia Naomi Cassandra, kami beberapa kali pernah bertemu karena Naomi sering menemui Jaden di asrama kampus. Naomi anak Magnus Webster, pemiliki mall terbesar di kota Andreas. Ibu Naomi sudah menikah lagi dengan seorang taipan yang lebih kaya dari Magnus dan dia menetap di Beijing lebih dari lima belas tahun.” Axel terdiam mendengar cerita Hans, di bandingkan dengan kaget, kini Axel mulai penasaran dan bertanya-tanya mengapa Naomi pergi dari rumahnya dan meninggalkan kehidupannya menyenangkan? Tidak mungkin jika gadis itu tidak memiliki alasan. “Apa pihak keluarganya sudah menemuimu dan menuntutmu?” tanya Hans khawatir. Akan menjadi masalah jika dua orang konglomerat terlibat masalah di pengadilan. Axel menggeleng tenang. “Saat kami pertama kali bertemu, dia datang membawa koper besar dan mengaku kabur, dia juga tidak membawa-bawa nama keluarganya saat menuntut pertanggung jawabanku.” “Axel, kau tidak memperlakukan dia dengan buruk kan?” tanya Hans hati-hati. Hans tahu betul seperti apa watak Axel, selain bicara sinis dan menyebalkan, terkadang dia arogan. Menyakiti seseorang itu tidak hanya dengan memukul fisiknya saja, memukul hati juga termasuk kekerasan. Hans takut Axel membuat hati Naomi terluka. “Memangnya kau pikir aku ini seperti apa?” Axel menyelak kesal. Hans berdigik ngeri. “Kau kan tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan baik itu seperti apa.” Tanpa berkata-kata lagi Axel segera beranjak dari duduknya, tidak ada lagi yang perlu di bicarakan. Apa yang ingin dia tahu sudah di ketahui dengan cepat, sekarang semuanya tergantung pada keputusan akhir dan kemampuan Naomi apakah dia bisa belajar dengan baik menjadi sosok pasangan yang sempurna dan saling menguntungkan, atau tidak sama sekali. “Kau mau ke mana?” tanya Hans. “Ada hal lain yang harus aku urus.” “Bagaimana dengan pencarian identitas Naomi?” Axel menahan langkahnya di depan pintu, pria itu kembali melihat Hans dengan serius. “Informasi yang kau berikan barusan sudah cukup untukku, nanti aku menghubungimu lagi jika membutukan sesuatu.” *** Magnus tersenyum memaksakan menerima uluran tangan beberapa orang yang berpakaian eksekutif usai menyelesaikan rapat mereka. Wajah Magnus terlihat pucat dan berkeringat dingin, satu tangannya gemeter memegang sisi meja, pria itu berusaha dengan keras untuk bisa berdiri dengan kokoh sampai orang-orang keluar dari ruangan rapat. Bibir Magnus terbuka dengan kaku, pria itu menarik napasnya dengan kasar dan tubuhnya ambruk ke lantai tidak bertenaga. Magnus bergerak lemah di lantai, mengerang menahan sakit dan pusing. Wajahnya kian pucat dengan pupil mata melebar merasakan betapa tidak bertenaganya kakinya sekarang, untuk digeserkan saja sangat sulit. Pintu ruangan rapat kembali terbuka. “Ya, Tuhan. Tuan!” panggil Harvey, sekretaris Magnus. Harvey yang baru kembali usai mengantar tamu Magnus langsung berlari dan mengguncang Magnus, Harvey berteriak meminta tolong namun Magnus menahannya agar tidak membut keributan dan membuat banyak orang tahu mengenai kondisi kesehatannya yang memburuk. Magnus tidak ingin orang-orang mengetahui kondisi tubuhnya yang kini dalam keadaan tidak begitu baik. Jika berita kesehatannya memburuk sampai ke telinga banyak orang, kondisi bisnis Magnus akan menjadi semakin ambruk tidak lagi mendapatkan kepercayaan. “Panggil dokter saja, aku harus ditangani sekarang,” bisik Magnus dengan suara yang parau tidak jelas. “Baik, Tuan,” jawab Harvey. Tanpa bertanya dua kali, Harvey langsung menghubungi dokter pribadi Magnus, lalu meminta bantuan pengawal Magnus agar membawa Magnus pergi ke ruangan pribadinya. Sudah hampir empat tahun Magnus menyembunyikan sakitnya, pria yang selalu terlihat baik-baik saja dan terlihat kuat itu nyatanya tidak sekuat apa yang terlihat. Magnus di diagnose penyakit syaraf motorik (ALS) yang mana tubuhnya perlahan akan tidak berfungsi seiring berjalannya waktu meski sudah mendapatkan bantuan medis. Sayangnya, penyakit yang diderita oleh Magnus itu tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan apapun. Magnus berusaha menyembunyikan penyakitnya dari Naomi karena dia tahu betul bahwa puterinya sangat bergantung pada Magnus. Seiring dengan berjalannya waktu, sel-sel syaraf pada otak Magnus mulai tidak berpungsi dan rusak, karena keadaan itulah Magnus mengkhawatirkan masa depan Naomi, belum lagi masalah mall yang kacau karena kecelakaan. Andai Magnus masih sehat, masalah-masalah yang menyangkut pekerjaannya tidak akan pernah bisa menjadi masalah untuknya karena Magnus pasti akan menyelesaikannya dengan cepat. Saat ini kondisi kesehatan Magnus yang memburuk membuat dia tidak bisa melakukan banyak hal. Magnus tidak ingin Naomi terluka karena kondisi ekonomi keluarganya yang memburuk dan melihat kondisi kesehatan Magnus yang mengkhawatirkan. Melihat Naomi pergi dari rumah dibandingkan dengan memilih menikah, Magnus sedikit tersadar, mungkin perjodohan ini tidak akan berhasil meski kini Naomi ada di rumah Axel. Magnus tidak lagi bisa sepenuhnya berharap bahwa puterinya akan bisa menikah dengan Axel dan Teresia membantu keuangan perusahaannya. Satu-satunya cara yang tersisa untuk Magnus saat ini menyelamatkan sisa-sisa harta yang dimilikinya. Magnus harus berbesar hati melepaskan mall itu, melepaskan cabang mall yang lainnya dengan menjualnya dan membayar semua hutangnya dengan harapan bisa memiliki sisa uang yang cukup banyak untuk masa depan Naomi nantinya. Magnus tidak boleh membuat Naomi memikul beban dipundaknya ketika dia pergi. Kepergian Naomi yang kabur cukup menyakitkan untuk Magnus. Namun Magnus juga bersyukur, dengan tidak adanya Naomi di rumah, puterinya itu tidak akan meliat keadaan Magnus yang sebenarnya seperti apa sekarang. Lebih menyakitkan untuk Magnus bisa Naomi melihat dirinya lemah tidak berdaya dan tidak bisa lagi melindunginya. *** Naomi bergerak gelisah dalam kesendiriannya, beberapa kali Naomi mengetuk-ngetuk ujung balpoinnya di atas meja. Di hadapannya ada secarik kertas kosong yang belum dia isi apa-apa. Sejak tinggal di rumah Axel, Naomi tidak berhenti memikirkan ayahnya yang mungkin saat ini sedang kecewa atas keputusannya yang pergi. Naomi ingin mengirimkan surat kepada Magnus agar dia tidak khawatir dengan kondisi Naomi yang saat ini baik-baik saja. Naomi harus segera membuat pesan itu agar ayahnya bisa berpikiran dengan tenang, Naomi tidak bisa menghubungi Magnus secara langsung karena dia takut Magnus akan melacak keberadaannya dan memaksa Naomi pulang. Naomi akan pulang jika sudah waktunya tiba, dia ingin lebih lama tinggal di North Emit dan belajar mandiri. Naomi ingin banyak belajar seperti gadis-gadis lainnya agar dia bisa kuat dan tidak membuat Magnus khawatir apalagi menjdi bebannya. Naomi ingin membuktikan diri bahwa dia bisa mandiri, bisa menjalani kehidupan dengan bahagia meski harus dalam kesederhanaan. Naomi mengambil balpoinnya dan menuliskan apa yang ingin dia sampaikan kepada Magnus. ***

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN