BAB 11: Memberitahu Teresia

1085 Kata
Magnus terduduk di kursi kerjanya, tangannya mengusap bingkai photo Naomi yang merayakan kelulusannya sekolah beberapa hari yang lalu. Magnus tersenyum sendu tidak dapat menyembunyikan kesedihan dan kekhawatirannya pada Naomi. Sudah hampir dua puluh empat jam Naomi pergi, belum ada satupun berita baik yang dia terima mengenai keadaan Naomi. Magnus mendesah pelan menekan sisi kepalanya yang berdenyut kesakitan, Magnus gelisah tidak bisa melakukan apapun jika dia belum mendapatkan kabar mengenai Naomi. Magnus menyesal karena dia membicarakan rencana pernikahan Naomi dengan Cassandra hingga mereka bertengkar dan membuat Naomi mendengar semuanya. Naomi pergi sama sekali belum mendengarkan penjelasan Magnus dengan jelas. Padahal, jika Naomi menolak perjodohanpun, Magnus akan menerimanya dan tidak akan memaksanya. Magnus pasti akan menjual mallnya dan beberapa assetnya untuk menutupi banyak hutang. Naomi sama sekali belum mendengar alasan kenapa Magnus berencana menikahkan dia. Ini bukan karena masalah bisnis semata, ini juga menyangkut kesehatan Magnus yang selama ini selalu dia rahasiakan dari puterinya. Magnus menderita penyakit parah, akan ada suatu kesedihan di masa depan yang tidak pernah bisa Magnus hindari, yaitu dia tidak bisa mendampingi Naomi lagi. Selama ini Naomi selalu mendapatkan segala yang dia mau, mendapatkan perlindungan dan kehidupan yang layak. Magnus tidak rela jika ketika dia pergi dari sisi Naomi, keadaan Naomi dalam keadaan yang buruk dan harus melangkah dalam kesendirian. Magnus harus menempatkan Naomi pada keadaan yang baik dan di kelilingi orang yang akan menjaganya jika suatu saat nanti Magnus tidak lagi dapat berada di sisinya lagi. Magnus sama sekali tidak bisa menyerahkan puterinya pada Cassandra karena dia tahu betul suami Cassandra dan saudara tirinya tidak menyukai Naomi. Magnus tidak rela jika puterinya menjalani kehidupan dalam kesedihan dan orang-orang yang tidak sayang padanya. Magnus memejamkan matanya dengan erat, pria itu mencoba menahan diri agar tidak menangis dalam kerapuhan, dia harus kuat dan memperbaiki semua keadaan sebelum terlambat. *** “Tidak seperti biasanya kau datang ke sini,” komentar Teresia yang kini duduk di hadapan David. David datang mendesak, usai jam kerjanya selesai dia langsung memutuskan pergi menemui Teresia meski kini sudah jam sepuluh malam. David tidak bisa membuang waktu. David menyeruput tehnya sambil memikirkan harus dari mana memulai cerita yang akan di sampaikan. David merongoh handponenya dan menulis pesan teks, lalu menunjukannya kepada Teresia. “Nyonya, ada hal penting yang harus saya beritahukan kepada Anda.” Teresia sudah bisa menebaknya, sangat jarang David menemuinya, sekali menemuinya, itu pasti penting. “Katakan saja,” jawab Teresia. David kembali mengetik cukup lama, lalu menunjukannya lagi di hadapan Teresia. “Tadi sore, tuan Axel membawa seorang gadis yang sangat mirip dengan gadis yang akan di jodohkan dengannya. Setelah saya memastikannya, ternyata gadis itu memang puteri Magnus. Sepertinya, mereka belum saling menyadari dan baru mengenal hari ini karena tuan Axel membawanya karena terjadi sebuah kecelakaan.” Teresia tercekat kaget, wajahnya berubah pucat pasi menatap David tidak percaya. Teresia sempat terdiam cukup lama sampai akhirnya dia bertanya, “Kau benar-benar sudah memastikan kebenarannya?” David mengangguk tanpa keraguan. David membuka sebuah gallery di handponenya, lalu menunjukan wajah Naomi yang duduk tersenyum sambil menunjukan identitasnya. David sengaja meminta Naomi berphoto bersama identitas dengan beberapa alasan keamanan agar Naomi mau menurut. Teresia kian dibuat kaget dan terdiam dalam kebingungan. Mustahil jika puteri Mangus ada di kota ini. Naomi adalah gadis polos dan penakut, tidak mungkin juga Axel bisa membawanya ke sini karena Naomi pasti di jaga bodyguardnya. Tapi, jika memang benar gadis yang di sebutkan David benar-benar Naomi, bagaimana bisa Naomi berada di sini sekarang? “Apa yang terjadi? Bagaimana bisa mereka bertemu?” David kembali menyeruput tehnya sebelum memulai cerita dan memberitahukan segala apa yang tengah terjadi pad Naomi dan Axel. Teresia belum memberitahukan siapa wanita yang akan di jodohkan dengan Axel, bahkan memberitahu namanya saja belum. Hal ini dia lakukan agar rencana perjodohan ini tidak bocor ke keluarganya, Teresia tidak ingin calon Axel mengalami hal buruk dan rencana perjodohan di sabotase karena perebutan kepeminpinan. Kini rencana Teresia sepertinya tidak sesuai rencana, karena Naomi bertemu dengan Axel jauh sebelum rencana Teresia mempertemukan mereka berdua. Usai mendengarkan cerita dari David, Teresia sempat merenung berpikir keras memikirkan apa yang harus di lakukan selanjutnya, Teresia sendiri sudah berjanji kepada Magnus akan menerima Naomi seperti cucu kandungnya sendiri. Rencana perjodohan harus berjalan dan tidak boleh bocor. “David” Teresia mencondongkan tubuhnya, meminta David untuk mendekat. “Sepertinya ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk mendekatkan Naomi dan Axel. Jaga Naomi di rumah dan jangan sampai dia terluka, tutup identitasnya jangan sampai ada yang tahu,” bisik Teresia memberitahu. David mengangguk dengan penuh tekad, David sangat berharap besar bahwa kehadiran Naomi mungkin bisa mengubah tempramen buruk tuan mudanya. “Sekarang, tugas utamamu adalah menyatukan Naomi dan Axel.” “Baik, Nyonya,” jawab David dengan penuh tekad. *** Jaden terdiam di depan komputernya tengah bekerja, jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul sebelas malam, Jaden masih berada di tempat kerjanya. Promosi pengangkatan jabatan kali ini membuat Jaden harus bekerja lebih keras lagi karena Jaden baru bekerja empat tahun. Ada banyak berita miring yang mengarah padanya atas promosi kenaikan jabatan ini dikarenakan kekasih Jaden adalah anak pemilik perusahaan. Apa yang digosipkan orang-orang mengenai kenaikan jabatan Jaden tidak lepas dari campur tangan kekasihnya itu memang benar adanya. Jaden tidak bisa mengelak dari kenyataan itu. Namun, semakin banyak orang membicarkan dirinya, Jaden harus bekerja semakin keras agar bisa menghapus keraguan orang-orang yang merendahkannya. Suara deringan telepon terdengar membuat Jaden sejenak mengalihkan perhatiannya dari pekerjaannya. Nama ibu Jaden tertera di layar handpone, tanpa pikir panjang Jaden menerima panggilan itu. “Kau sudah pulang?” tanya ibu Jaden di sebrang sana. “Aku masih bekerja, Bu.” “Jangan lupa istirahat, makanlah dengan baik.” Jaden tersenyum lembut mendengarnya, “Aku mengerti.” “Jaden, apa tuan Magnus sudah menemuimu?” “Sudah.” “Ibu tahu kau pasti sibuk akhir-akhir ini karena akan di promosikan dan harus mempersiapkan pesta pertunanganmu. Nak, sebenarnya ibu berharap kau bisa membantu tuan Magnus untuk mencari nona Naomi, ibu juga sangat mengkhawatirkan keadaannya.” “Aku paham Bu.” “Baiklah, selamat malam.” “Selamat malam,” jawab Jaden sebelum memutuskan sambungan teleponnya. Jaden menghela napasnya dalam-dalam, kabar kaburnya Naomi membuat panik banyak orang. Ini untuk pertama kalinya Naomi pergi ke tempat lain tanpa menghubungi Jaden, biasanya disetiap kali memiliki masalah, Naomi akan datang kepadanya. Tampaknya kini keadaan sudah berubah. Naomi sudah tidak lagi mengganggunya sejak Jaden memberitahu bahwa dia akan bertunangan dengan Feira. Jaden masih ingat bagaimana sedihnya Naomi ketika Jaden memberitahu kabar pertunangannya, gadis itu menangis dan berlari pergi, sejak saat itu mereka tidak lagi saling berkomunikasi. To Be Continued..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN