Leader 48 - Nightmare

1034 Kata
Leader 48 - Nightmare Hari ini jenderal Vladimir sangat lelah. Bagaimana tidak lelah bertemu penyihir yang memiliki kekuatan tidak biasa. Untung saja jenderal Vladimir dan yang lainnya berhasil mengusir penyihir itu dengan menggunakan darah kelinci sebagai perlindungan mereka. Hanya saja sayangnya Jenderal Vladimir tidak menemukan sepasang iduk naga dari dua bayi naga tersebut. Namun, tidak apa-apa. Besok ia akan melanjutkan perjalanannya lagi. Semoga saja besok mereka lebih beruntung dari hari ini. Jenderal Vladimir memejamkan matanya. Namun, seperti ada yang membangunkannya. Ia kembali membuka matanya. Ternyata ada Alexander di hadapannya. Ia tersenyum tanpa berkata. Jenderal Vladimir yakin kalau yang ada di hadapannya bukan benar-benar ayahnya. Bisa saja di sedang bermimpi atau hanya halusinasi saja. "Ayah kenapa di sini?" Tanya jenderal Vladimir. "Sedang melihatmu tertidur. Kamu memang sungguh hebat. Ayah bangga padamu," sahut Alexander seraya memeluk jenderal Vladimir. Jantung jenderal Vladimir langsung berdegup kencang. Rasanya jenderal Vladimir sudah lama tidak merasakan pelukan sang ayah. Darahnya langsung berdesir cepat. Rasanya begitu hangat dan menyenakan. Jenderal Vladimir tidak perduli kalau benar ini semua adalah mimpi. Yang penting kerinduan pada sang ayah telah terobati. Tidak lama Alexander melamah. Jenderal Vladimir mencoba melepaskan pelukannya. Ternyata Alexander sudah tidak sadarkan diri. Tubuhnya sangat lemas. Saat di cek ternyata ada panah yang menancap di punggung Alexander. "Aaaagghhh! Siapa yang memanah ayah?" Pekik jenderal Vladimir kesal. "Aku, aku tidak suka dia menjadi pemimpin!" Sahut seseorang yang sudah tidak asing baginya. "Raja Dimitar?" Tanya jenderal Vladimir. Tidak segan-segan raja Dimitar langsung menusuk jantung jenderal Vladimir. "Tidak!" Pekik jenderal Vladimir lagi. Ia tesadar ternyata yang tadi ia alami adalah sebuah mimpi saja. Nyatanya jenderal Vladimir serkarang masih ada di kamarnya. Baru kali ini ia bermimpi buruk tentang ayahnya. Biasanyanya mimpi buruk yang terbayang adalah saat melihat ayahnya di bunuh oleh raja Dimitar saat itu. Kejadian itu terus melekat dalam pikiran dan sanubarinya. Ia sepertinya mengalami Anxiety Dreams. Tidur memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk benar-benar beristirahat dari segala beban yang dihadapi selama seharian. Sayangnya, terkadang mimpi yang muncul malah bikin panik dan stres. Jika mimpi tersebut membuat khawatir akan hal buruk terjadi, mungkin kita mengalami anxiety dreams. Apa itu anxiety dreams? Anxiety dreams, kerap juga disebut stress dreams adalah mimpi buruk yang kemunculannya dipicu dari perasaan negatif yang sedang dialami seperti kecemasan atau ketakutan. Namun, berbeda dengan mimpi buruk biasanya, mimpi yang muncul saat seseorang mengalami anxiety dreams kebanyakan adalah mimpi dengan situasi yang sangat dekat dengan kehidupan nyata. Semua itu diakibatkan karena traumanya yang mendalam. Siapa yang tidak trauma melihat sang ayah mati dihadapannya. Dengan cara tragis pula. Kalau saja saat itu jenderal Vladimir sudah besar dan mempunyai kekuatan. Jenderal Vladimir pasti sudah membunuh baik raja Dimitar. Tidak perduli nantinya jenderal Vitos atau penyihir Aleka akan membunuhnya. Sayangnya, jenderal Vladimir saat itu masih kecil. Jenderal Vladimir malah mengikuti isyarat ayahnya untuk pergi meninggalkannya. Beberapa Minggu ini jenderal Vladimir memang sering memimpikan ayahnya yang mati terbunuh oleh raja Dimitar. Bahkan di mimpi itu, jenderal Vladimir juga mati di bunuh oleh raja Dimitar. Jenderal Vladimir tidak takut. Hanya saja mimpi itu terlalu menganggu bagi jenderal Vladimir. Jenderal Vladimir jadi tidak bisa istirahat dengan tenang di malam hari. Malam yang harusnya beristirahat, tidur untuk melepaskan lelahnya. Ini tidak bisa karena mimpi buruknya yang selalu menghampiri jenderal Vladimir. Setiap perkataan yang diucapkan oleh Alexander. Jenderal Vladimir selalu mengingatnya. Ada satu perkataan Alexander yang jenderal Vladimir ingat lagi. "Peperangan akan selalu terjadi nak, selama manusia rakus masih hidup di muka bumi ini. Peperangan akan terus berlanjut. Kamu jangan membenci dengan kakek kamu. Bagaimana pun dia adalah kakek kamu. Kakek kamu tidak seharusnya melakukan peperangan itu. Harusnya dia membunuh ayah saja. Tanpa harus merugikan banyak orang. Ibumu adalah ibu yang tangguh. Kalau dia masih hidup pasti dia bangga padamu," ucap Alexander pada saat itu. "Belum, ayah. Aku belum cukup menjadi anak yang membanggakan. Aku masih terus merepotkan ayah," Vladimir kecil merendahkan. "Nak, dengarlah. Tidak ada seorang orang tua yang merasa direpotkan oleh anaknya. Sudah kewajiban orang tua untuk mendidik dan merawat anaknya. Hal itu justru menbuat ayah senang Vladimir. Ayah yakin, suatu saat kamu akan menjadi pemimpin hebat. Lebih hebat dari ayah. Maaf jika ayah terlalu keras mendidik kamu. Karena itu memang untuk kebaikan kamu. Kamu tidak terlahir dari rahim seorang ratu. Kamu terlahir dari ayah seorang pemimpin yang berjuang untuk rakyatnya. Jadi kamu harus belajar hidup keras sejak kecil. Agar kamu terbiasa," Alexander menjeda ceritanya. Rasanya banyak sekali yang harus dia ucapkan pada putra semata wayangnya. "Kalau nanti kamu menjadi pemimpin. Jadilah pemimpin yang bijaksana. Kamu harus adil pada rakyat. Jika diberi kesempatan menjadi anggota kerajaan. Jagalah kerajaan itu dengan baik. Ingat prajurit adalah aset kerajaan. Jangan korbankan mereka demi ambisi kita. Begitupun dengan rakyat. Mereka adalah nyawa kita. Yang harus kita lindung keselamatannya," nasihat Alexander. Kata-kata Alexander sepertinya terjadi di hari ini. Sekarang jenderal Vladimir telah menjadi seorang jenderal. Seorang pemimpin pasukan yang harus dia jaga. Alexander seakan tahu apa yang akan terjadi di dalam masa depan anaknya. Padahal mungkin saat itu Alexander hanya asal berbicara saja. Karena memang Alexander bukan seorang penyihir yang bisa meramalkan masa depan. Malam ini jenderal Vladimir benar-benar merindukan ayahnya. Meskipun hanya delapan tahun bersama sang ayah. Namun, banyak kenangan yang membekas dalam otaknya. Banyak hal yang dipelajari bersama ayahnya. Alexander memang ayah yang sangat hebat. Suatu saat jika jenderal Vladimir mempunyai seorang anak. Jenderal Vladimir ingin mendidik anaknya dengan cara Alexander mendidiknya saat masih kecil. Anaknya nanti juga harus bisa menjadi pemimpin. Meskipun entah siapa yang akan menjadi Istrinya nanti. Jenderal Vladimir tetap akan mendidik anaknya dengan keras. Kalaupun nantinya pada akhirnya Jenderal Vladimir akan menikah dengan putri Beatrice. Meskipun anaknya seorang putra mahkota. Dia harus bisa hidup dengan didikan keras. Mempelajari bertahan dihidup di luar istana. Karena di dalam istana pun belum terntu sepenuhnya aman. Jenderal Vladimir menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa aku sampai berpikir punya anak dari putri Beatrice? Putri Beatrice saja masih terus mencurigai aku. Mana mungkin dia mau aku yang menjadi suaminya. Jangan mimpi Vladimir!" Tegurnya pada dirinya sendiri. Pemikiran untuk mempunyai seorang anak. Karena masih ada dendam yang belum terbalaskan. Dendam itu lebih penting dari memikirkan seorang anak. Calon istri saja belum punya. Bagaimana bisa mempunyai anak? Jenderal Vladimir buru-buru menepis pikiran itu. Jenderal Vladimir mencoba untuk tidur kembali. Berharap mimpi buruk itu tidak datang kembali dalam tidurnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN