Leader 5 - Terbunuhnya Ayah Vladimir

2031 Kata
Leader 5 - Terbunuhnya Ayah Vladimir Vladimir kecil terus berlatih. Sekarang ia sedang latihan memanah. Vladimir fokus pada bidikannya, jangan sampai ia meleset dari target yang sudah ia bidik. Ia melepaskan anak panah yang sudah ia bidik dari tadi. Dan anak panah itu menacap tepat sasaran. Kali ini, Vladimir kecil mencoba peruntungannya. Vladimir kecil menutup matanya, mencoba konsentrasi dengan targetnya seperti tadi. Meskipun matanya di tutup. Ia harus membidik dengan benar. Agar bisa tepat sasaran seperti tadi. Vladimir membayangkan bidikiannya di dalam otaknya. Meskipun di depannya hanya kegelapan yang ia lihat. Namun, ia mencoba terus fokus. Vladimir melepas anak panahnya lagi. Kemudian ia membuka penutup matanya. Dan.. hasilnya tepat sasaran seperti tadi. Betapa bahagianya Vladimir kecil saat itu. Ia berlari dan ingin sekali menunjukan keahilan memanahnya di depan ayahnya. Namun, saat tiba di rumahnya. Sepertinya telah terjadi kerusuhan. Di depan rumahnya banyak korban yang bersimbah darah. Ada apa ini? Apa ini penyerangan? Vladimir kecil mengintip keadaan rumah dari jendela rumahnya. Ternyata ayahnya sedang di sandera oleh seseorang yang Vladimir tidak kenal. Mungkin mereka adalah musuh ayahnya. Bisa-bisanya mereka main keroyokan. Tentu ayahnya Vladimir sekarang tidak berdaya dengan tangan dan kaki yang terikat. Sayup-sayup Vladimir mendengarkan percakapan mereka. Ia ingin tahu, apa yang membuat ayahnya di sandera seperti itu. Mata mereka saling bertatapan. Ayahnya Vladimir memberi kode agar Vladimir kecil tidak masuk ke dalam rumahnya. Mereka berdua akan mati terbunuh. Dan ayah Vladimir tidak mau anaknya mati di tangan manusia yang tidak bertanggung jawab di depannya. Vladimir kecil menurut saja apa yang di perintahkan ayahnya. Ia pun tidak cukup berani melawan pasukan berpedang yang sepetinya sudah sangat terlatih. Terlebih lagi dia masih seorang anak kecil. Meskipun Vladimir pernah membunuh beruang dan seekor rusa. Namun, berperang menghadapi manusia akan sangat sulit. Karena mereka mempunyai teknik yang bisa melumpuhkan musuh. "Jadi seperti ini saja kemampuan sang pemimpin yang memenangkan beberapa kali peperangan. Mengapa kamu bisa kalah melawan aku?" Tanya seorang pria yang lebih muda dari ayahnya Vladimir. Sepertinya dia adalah pemimpin pasukan yang telah mengacaukan di daerah tempat tinggalnya Vladimir. Vladimir sendiri tidak tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang. Ada seorang wanita tua yang mendekati ayahnya Vladimir. Ia seperti mengendusnya. "Dia akan terus menjadi pemenang dalam setiap perang. Bahkan di masa depannya. Dia akan menjadi seorang raja," ucap Wanita tua tersebut. Dugaan sementara wanita tua itu adalah seorang penyihir yang bisa meramalkan masa depan seseorang. "Tidak! Hal itu tidak boleh terjadi. Dia harus mati sekarang. Aku tidak mau dia menjadi raja, kita harus rebut wilayah ini!" Perintah pria tadi pada pasukannya. "Kenapa kamu harus merebut wilayah ini dengan membunuh? Aku bukan pemimpin atau raja di wilayah ini. Merekalah yang lebih menghormatiku. Karena aku melindungi dan memberikan kebebasan pada warga. Bukan paksaan atau siksaan seperti yang kamu lakukan!" Ujar ayahnya Vladimir. "Diam kamu! Beraninya bicara seperti itu pada raja kami!" Bentak pria satunya, yang sepertinya seorang jenderal. Ia menghunuskan pedangnya ke arah mata ayahnya Vladimir. "Jangan nodai pendangmu dengan darah pecundang seperti dia," cegah pria yang ternyata seorang raja. Ia melirik pedang yang ada di meja kerja ayahnya Vladimir. Lalu ia mengambilnya. "Ternyata kamu adalah seorang padai besi. Pasti pedang ini memiliki arti yang sangat berarti." Raja tersebut menusukan pedang yang ia bawa tadi. Pedang yang selalu ayahnya Vladimir pakai untuk berperang. Seketika keluarlah darah dari perut ayahnya Vladimir. "Kamu tidak akan menjadi penguasa. Selama kamu serakah seperti ini!" Ucap ayahnya Vladimir di sela rasa sakitnya. Vladimir terkejut dengan tidakan sang raja. Rasanya ia ingin masuk ke dalam rumah, ingin sekali Vladimir menebas semua orang yang berusaha membunuh ayahnya. Namun, apa daya. Dia hanya bisa diam di tempat sesuai kemauan ayahnya. "Bunuh dia!" Ucap sang raja. Setelah itu dia pergi dengan beberapa pasukannya. Yang lainnya menusuk tubuh ayah Vladimir lagi hingga bersimbah darah. Setelah mereka membunuh. Mereka membakar rumah Vladimir. Kemudian pergi dengan rasa penuh kemenangan. Vladimir masuk dengan penuh air mata. Ia memeluk ayahnya yang sedang sekarat. "Bertahanlah ayah, aku belum siap kehilangan ayah," rengek Vladimir kecil sambil menangis. Siapa yang tega melihat ayahnya sendiri mati dihadapannya dengan cara yang sangat kejam. "Pergilah nak, sudah tidak ada harapan lagi bagi ayah. Belajarlah hidup mandiri. Kamu harus bisa jaga diri kamu sendiri. Kamu harus ingat semua yang aku ajarkan pada kamu. Dan soal raja itu, jika ayah mati sekarang. Balaskan dendam ayah. Dia tidak pantas untuk menjadi seorang raja. Dia terlalu rakus untuk menjadi seorang pemimpin," ucapnya ada Vladimir kecil. "Tidak ayah, kau harus tetap bersamaku. Aku belum mampu untuk hidup sendiri." Vladimir kecil terus menangis dalam pelukan ayahnya. Anak sekecil Vladimir bisa apa? Bertahan hidup sendirian di usianya yang sangat dini bukanlah hal yang mudah. Kemana Vladimir kecil akan pergi? Kalau ayahnya meninggal, tentu Vladimir kecil akan menjadi anak yang sebatang kara. Karena hanya Alexander lah yang Vladimir punya. Ivana, ibunya Vladimir sudah meninggal saat berperang dan melahirkan Vladimir. Apa harus Vladimir kembali kehilangan sosok panutan hidupnya? Vladimir sangat bergantung pada Alexander selama ini. Apa ia mampu hidup tanpa seorang ayah? Apakah Vladimir bisa menjalani hidup yang kejam ini sendirian? "Pergilah! Balasan dendam ayah. Bawa pedang yang sudah menebas tubuh ayah ini. Dimana sudah mengalir darah ayah. Kamu harus membuat raja itu jera! Dia tidak pantas menjadi pemimpin!" Tegas ayahnya Vladimir. Karena api di dalam rumahnya sudah semakin berkobar. Ia tidak mau anaknya terbakar bersamanya. "PEEEEERRRGGIII VLADIMIR!" Teriak ayahnya Vladimir. Dengan berat hati, Vladimir kecil pergi sambil membawa pedang milik ayahnya. Pedang yang telah menebas tubuh ayahnya. Vladimir kecil mencari celah untuk bisa keluar dari rumahnya yang penuh kobaran api. Tangan kirinya sempat tertimpa reruntuhan bangunan kayu rumahnya. Namun, ia tidak mau menyerah. Vladimir harus tetap hidup. Agar bisa membalaskan dendam ayahnya kepada raja rakus dan serakah itu. Vladimir sangat ingat sekali wajahnya. Msekipun tidak tahu siapa nama raja yang membunuh ayahnya tadi. Kini Vladimir hidup sebatang kara. Ia harus tetap bertahan hidup. Vladimir menunggu waktu yang pas untuk balas dendam pada raja yang membunuh ayahnya. Dengan tubuh kecilnya dia akan mati sia-sia, jika balas dendam sekarang. Vladimir harus menyusun strategi untuk mengalahkan raja tersebut. Sepanjang waktu Vladimir terus mengembara dan berlatih. Dari hari ke hari ia harus semakin pandai dalam menggunakan pedangnya. Tidak hanya pedang, Vladimir juga melatih keahliannya dalam memanah. Vladimir bertahan hidup dengan melakukan pekerjaan satu ke pekerjaan yang lain. Yang penting ia harus mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Kadang juga Vladimir berburu untuk makan hari ini. Ia harus lebih menghemat uangnya. Mungkin kelak ia akan menggunakan uang itu untuk membeli sesuatu. Saat tinggal di restoran milik Vasko. Vladimir medapatkan seekor kuda. Katanya sebagai bonus kendaraan untuk Vladimir. Karena memang kerja Vladimir sangat bagus. Vasko juga bertanya. Kenapa Vladimir saelalu berlatih. Namun, tidak ada satupun jawaban yang di ucapkan Vladimir. Biaralah balas dendam yang akan ia lakukan. Cukup dirinya yang tahu. Karena Vladimir tidak boleh percaya pada sembarangan orang. Vasko memang baik telah memberikan pekerjaan. Namun, baik saja tidak cukup untuk membuat Vladimir membicarakan kehidupan pribadinya. "Terimakasih tuan, aku akan merawat kuda ini dengan baik," ucap Vladimir pada Vasko. "Ya, rawat kudamu seperti aku merawat kamu sampai sekarang. Ini adalah hadiah dariku," balas Vasko. Beberapa tahun terakhir ini Vladimir memang cukup lama tinggal di restoran milik Vasko. Vladimir mengerjakan apapun di restoran Vasko. Dari mulai menjadi koki, cuci piring, bersih-bersih, menjadi barista dan perkerjaan lainnya. Meskipun sebetulnya sudah ada pegawai lain dalam posisi itu. Namun, Vladimir tidak enak hati kalau hanya mengerjakan satu pekerjaan saja. Ia harus membalas jasa Vasko dengan bekerja keras. Selama ini Vasko selalu membolehkan Vladimir untuk tinggal di restorannya. Bahkan Vladimir di bebaskan makan apapun di restorannya. Pegawai yang lainnya malah senang karena Vladimir ikut meringankan pekerjaannya. Tidak ada satupun yang berpikiran kalau Vladimir hanya mencari muka di depan atasannya. Karena mereka tahu, Vladimir melakukan itu. Untuk berterima kasih pada Vasko. Malah mereka sangat di untungkan, pekerjaannya bisa cepat beres dengan bantuan Vladimir. "Baik tuan, aku akan merawat kuda ini. Seperti yang anda minta," ujar Vladimir lagi. Setelah itu ia kembali bekerja di dapur. Ia sedang membantu koki sedang memasak. Setidaknya dengan menjadi asisten koki. Vladimir sedikitnya bisa tahu apa saja yang enak di masak. Lelaki juga perlu bisa masak. Jangan pernah tergantikan pada perempuan untuk mendapatkan santapan. Lelaki juga harus bisa masak agar tetap mandiri dan tidak berketergantungan. Vladimir kecil sekarang sudah menjadi Vladimir dewasa. Ia terus berpikir, apa sudah saatnya ia mengembara lagi. Untuk mencari pembunuh ayahnya? Tempat Vasko terlalu nyaman untuk di tinggalkan. Namun, Vlaidmir juga tidak boleh terlalu lama di sini. Ia harus segera membalaskan dendamnya. Melihat ayahnya mati di depan matanya. Membuat pukulan sangat keras bagi Vladimir. Rasa bersalah selalu menghantui dirinya. Karena ia tidak bisa menolong ayahnya waktu itu. Andai saja ia bisa punya sedikit kekuatan. Agar bisa menuntun ayahnya keluar dari rumah yang terbakar. Kejadian itu kadang selalu menghantui dalam mimpi tidurnya Vladimir. Makanya ia terus mencari cara bagaimana bisa menemukan pembunuh ayahnya. Seorang raja di suatu wilayah sangat banyak. Tidak akan mudah menemukan raja yang rakus itu. Pastinya butuh perjuangan yang sangat panjang. Vladimir tidak perduli berapa lama ia menemukan raja itu. Vladimir akan terus mencarinya sampai ketemu. Vladimir berjanji, akan membunuh raja itu dengan tangannya sendiri. Selama perjalanan mengembara sampai di restoran Vasko. Vladimir belum menemukan keberadaan raja yang telah membunuh ayahnya. Sepertinya memang akan menjadi petualangan yang sangat panjang. Vladimir melihat luka bakar yang membekas di tangan kirinya. Luka itu tidak bisa hilang dan membekas saat kebakaran rumahnya saat Vladimir masih berusia delapan tahun. Rasanya jika melihat luka itu, masih terbayang sekali bagaimana raja kejam itu membunuh ayahnya dengan sadis. Tanpa belas kasihan dan tanpa toleransi apapun. Padahal ayahnya bukan siapa-siapa. Hanya seorang pandai besi yang bisa bertarung di medan perang. Hanya seorang ayah yang istrinya meninggal di Medan perang. Bahkan ayahnya Vladimir menolak menjadi raja di wilayah tersebut. Karena ayahnya Vlaidmir merasa tidak perlu menjadi raja untuk bisa di hormati oleh warganya. Sekarang wilayah tempat Vladimir lahir pasti sudah di kuasai oleh raja tersebut. Sepertinya untuk menemukan petunjuk, Vladimir harus kembali ke wilayah itu. Agar tahu dimana keberadaan raja yang menguasai wilayah itu. "Sedang melamun apa? Pasti sedang melakukan masa lalu?" Tanya Vasko. Dia memang perhatian pada Vladimir. Vasko sudah seperti ayahnya. Namun, entah kenapa rasa canggung masih saja dirasakan oleh Vladimir. Vladimir tersenyum samar. "Aku tahu kehidupan di masa lalu kamu tentu berat. Aku juga tidak memaksa kamu untuk bercerita tentang masa lalu kamu. Namun, apapun yang terjadi. Jika kamu membutuhkan bantuan aku. Aku adalah orang yang pertama yang akan membantu kamu. Jangan sungkan, anggap aku sebagai saudara kamu," ucap Vasko. Bukan seperti bos pada bawahannya. Lebih tepatnya seperti ucapan dari ayah pada anaknya. Entah kenapa Vladimir belum percaya untuk menceritakan tentang rencana balas dendam atas kematian ayahnya. Padahal Vasko begitu baik pada dirinya. "Terimakasih tuan, itu akan sangat membantu aku nantinya." Hanya kata itu yang Vladimir mampu ucapkan. Sepertinya memang sudah saatnya ia mengembara kembali. Agar bisa segera menemukan raja itu. Vladimir tidak boleh membiarkan raja itu hidup dengan kessrakahannya. Pasti sudah banyak jiwa yang tidak berdosa kehilangan nyawanya. Banyak pertumpahan darah di beberapa wilayah untuk di rebut kekuasaannya. Vladimir harus segera mencegah itu agar semuanya tidak semakin meradang. "Istirahatlah dulu, kamu sepertinya lelah. Setiap hari aku lihat stamina kamu sangat bagus. Meskipun sangat bagus, kamu juga sangat memerlukan istirahat. Pergilah istirahat sebentar. Yang lain mengerti, kalau kamu butuh istirahat," pinta Vasko. Padahal Vladimir tidak mau istirahat. Ia hanya sedikit melamun saat melihat bekas luka bakarnya. "Baiklah, terimakasih tuan," setelah itu Vladimir ke belakang. Dia begegas menuju kamar di restoran milik Vasko. Di restoran memang ada dua kamar. Satu milik Vladimir dan satu lagi milik Vasko. Kakek tua yang kadang menginap di restoran. Vasko dulunya punya anak dan cucu. Namun, ketika ia mulai renta. Mereka malah pergi meninggalkan Vasko. Tinggallah Vasko seorang diri. Merintis restoran ayam di Padang pasir yang gersang. Maka saat bertemu Vladimir, ia merasa seperti kembali mempunyai anak. Apalagi Vladimir termasuk anak yang penurut. Vasko sebetulnya ingin tahu sesekali apa yang selama ini membuat Vladimir gelisah. Selalu waspada dan berlatih. Sepertinya ada hal yang genting yang harus ia persiapkan. Vasko tahu, Vladimir pasti sedang merencanakan balas dendam. Rasanya ia ingin tahu apa pemicu Vladimir untuk balas dendam. Namun, Vasko bukan tipe orang yang mendesak orang untuk bercerita. Biarlah Vladimir yang akan menceritakan semuanya pada Vasko tanpa dipaksa. Cepat atau lambat dengan seiring jalannya waktu. Vladimir pasti mau menceritakan semuanya pada Vasko.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN