BTW 06

1987 Kata
Allard terdiam. Matanya tiba-tiba terasa memanas, kepalanya sudah di lingkupi oleh kabut emosi.  Kemudian Ia bergegas menuju ke kamarnya untuk memberikan hukuman pada Melisa. Beraninya gadis itu bermain di belakangnya, bahkan yang lebih parah dengan sahabatnya sendiri. Cobalah berkaca All! Siapa yang bermain-main saat ini. Jangan seenak lidahmu selalu menyalahkan Melisa, bahkan dengan tega  melampiaskan amarahmu padanya.  Ingatlah kesabaran seseorang ada batasnya. Ada saatnya seseorang yang tertindas itu akan berubah menjadi sosok pemberani. Karena apa? Karena kekejaman dan siksaan yang selalu ia dapatkan, yang mampu membuat nya berubah menjadi sosok yang lebih kuat. Semenjak adanya Lisa, tak dapat di pungkiri, perusahaan Allard semakin berkembang pesat. Begitu pula dengan kisah asmara Allard dengan gadis itu, yang semakin hari semakin bertambah dekat. Dan tentunya hubungan rumah tangga Melisa dan Allard semakin renggang. Andai bukan karena Tuan Richard yang selalu membela Melisa, mungkin sudah dari dulu gadis itu di tendang jauh-jauh oleh suami bejatnya. Hari ini akan di adakan pesta besar-besaran di Mansion Bramastya. Untuk merayakan kesuksesan perusahan A-Corporation. Allard sengaja mengundang semua kolega bisnisnya, juga para sahabatnya.  Oh ya! Asal kalian tau, para sahabat Allard sudah menikah semua. Dan mereka menetap di luar negri, jadi tak bisa datang. Kecuali yang masih setia menjomblo.  Hanya tinggal Rammon saja yang masih melajang, entah apa alasan pemuda itu untuk tidak segera menikah. Mungkin karena faktor ekonomi? Tidak ada yang tau. Rammon sengaja membeli Apartemen di dekat kediaman Bramastya, bagaimana bisa pemuda yang di ketahui tak punya pekerjaan itu mampu membeli sebuah Apartemen mewah? Entahlah, hanya pemuda itu yang tau. Ada alasan tersendiri bagi Rammon, menyewa Apartemen di dekat Mansion Bramastya, tentunya hanya untuk mengawasi seorang gadis yang bernama Melisa. Diam-diam pemuda itu menyimpan rasa dengan gadis tersebut, semenjak duduk di bangku kuliah. Namun Rammon memilih memendam dalam-dalam perasaan itu, karena ia tau, Melisa hanya mencintai Allard seorang. Walau pemuda itu sudah mencampakan nya, seperti saat ini. Rammon hanya bisa berharap, semoga Melisa bisa melupakan b******n itu. Dan berpaling denganya, tapi semua itu sepertinya mustahil. Mengingat ke kukuhan Melisa tetap bertahan di sisi Allard sampai detik ini.  Asal kalian tau kehidupan Rammon masih sangatlah misterius sampai detik ini. Tak ada yang tau dia berasal dari keluarga besar apa, dan dari mana asal usulnya. Semua sahabatnya pun enggan untuk bertanya. Menurut mereka, itu merupakan privasi Rammon pribadi, dan mereka tak berhak untuk ikut campur. Walau terbesit rasa penasaran. Selama berteman dengan pemuda itu. Di sinilah seluruh keluarga Bramastya beserta para partner kerja nya berkumpul.  Di depan altar Mansion Bramastya,  yang sudah di sulap layaknya kerajaan negri dongeng. sangat megah dan terkesan begitu mewah. Seakan tiada yang bisa menandingi kekayaannya, ingatlah! Perusahaan A-Corporation, masih di bawah perusahaan R-Corporation. Yang di ketahui dalam kepemimpinan seorang wanita paruh baya. Karena memang perusahaan itu bergerak di bidang kecantikan. Beberapa jam kemudian. Satu persatu sambutan demi sambutan acara sudah terlaksana. Dan kini yang terakhir sambutan dari sang tuan rumah. Semua tamu beranjak berdiri dari  tempat duduknya masing-masing, sembari memegang gelas mewah beserta minuman mahalnya. "Terima kasih para tamu undangan yang terhormat.... atas semua partisipasi kalian. Tanpa dukungan kalian semua, perusahaan saya tak akan pernah bisa maju seperti saat ini. Dan tentu saja ini karena sekretaris handal saya, Lisa," Allard menatap ke arah Lisa, dengan senyuman manisnya. Dan di sambut tepuk tangan riuh dari para tamu undangan. Lisa sengaja melirik ke arah Melisa, seraya menyunggingkan sebelah bibirnya, mengejek. Seakan berkata. Lihat lah.... bahkan suami mu sudah berpihak pada ku, kau kalah Mel....! Melisa sudah tak tahan lagi dengan semua ini, di tambah ia bahkan secara terang-terangan di abaikan oleh suaminya sendiri. Melisa melangkah lebar, mendekati tubuh sang suami. Tanpa basa-basi ia beralih rahang tegas pemuda tersebut dan mengecup bibir sexynya, sedikit melumat lembut bibir tersebut.  "CUPP..... Allard terdiam, tanpa membalas ciuman dari sang istri. Sekilas ia melirik ke arah Lisa. Sejenak berfikir, berusaha membaca situasi dan akhirnya ia merangkul pinggang sang istri sembari tersenyum, palsu. "Jangan lupakan, tanpa istri manis ku, aku bukanlah siapa-siapa," lanjut Allard, ucapan nya sekedar sebagai formalitas tentunya. Agar terlihat baik di mata orang lain,  seperti layaknya keluarga harmonis. "Maaf Tuan...kapan anda akan berencana memiliki seorang penerus?," Celetuk tiba-tiba salah satu wartawan di sana. Karena memang acara itu di sorot berbagai media Internasional. Seakan de javu,  Lisa kembali tersenyum puas. Ia tau bahwa Melisa akan merasa terpukul dengan pertanyaan menusuk seperti itu. Terlihat dari raut wajahnya yang berubah pucat, seperti nya Lisa perlu memberi bayaran pada wartawan itu. "Kami belum terlalu memikirkan masalah anak," jawab Allard singkat. Ia tak mau terpancing emosi  dan menghancurkan acara itu. Melisa begitu sedih, ia meminta ijin pergi meninggalakan acara itu sejenak, dan di susul oleh Rammon di belakang nya, karena kebetulan pemuda itu juga datang. Biar bagaimanapun ia tetap sahabat Allard, setidaknya ia menghormati citra keluarga sahabatnya tersebut. Rammon tau jika Melisa sedang sedih sekarang. Merasa aman, Allard kemudian berjalan menghampiri Lisa. Dan menggenggam sebelah tangan gadis itu dari samping,  seolah mengatakan "Jangan cemburu ok, semua hanya sandiwara," Lisa hanya menyunggingkan senyumnya.  Dan berbisik.  "Sebagai hukumanya, temani aku di apartementku malam ini," tentu Allard sangatlah senang. Karena ia akan menikmati malam panjang nya bersama gadis sexy ini. Dia lelaki normal sekaligus kelebihan hormon. Jika kalian tau. Rammon mengitari area taman, mencari sosok gadis yang sedari tadi ingin ia temui. Dan tak lama kemudian, ia menemukan atensi gadis tersebut tengah terduduk di kursi taman belakang Mansion. Ia menghela nafas kemudian berjalan menghampiri sosok itu, lalu duduk di sampingnya tanpa permisi. "Kenapa hm....sedih lagi? Sampai kapan kau akan bertahan Mel?," Frustasi pemuda itu. Yang merasa di tanya pun hanya tersenyum kecut. "Aku tidak tau Ram...aku lelah. Tapi aku akan bertahan setidaknya demi Papa. Aku tak ingin menyakiti hati nya. Dan mengecewakan nya. Papa sudah menganggap ku sebagai putri nya sendiri," lirihnya. "Apa kau masih mencintai Allard? Bahkan dia sudah terang-terangan lebih memilih Lisa," jengah Rammon, pusing bagaimana cara nya agar gadis itu sadar dan membuka kedua matanya. Bahwa cintanya sudah tak berarti lagi bagi sang suami. "Entahlah...namun aku tak bisa berbohong... nyata nya rasa itu masih ada," Melisa terkekeh miris. Menertawakan hidupnya sendiri. Ia sadar jika dirinya sudah tercampa kan, tapi ia masih menyayangi pemuda tersebut. Sungguh bodoh memang. Rammon merasa iba, menatap raut kesedihan yang terpancar dari wajah gadis manis di sampingnya ini. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk sekedar menolong nya, dan ia benci hal itu. Rammon hanya bisa menjaga gadis  ini dari jarak jauh. Gadis yang saat ini masih saja menempati relung hatinya. Walau ia tau, rasa itu hanya akan jadi cinta sepihak, baginya. Karena terlalu pengecut untuk sekedar mengungkapkan perasaannya sendiri. Allard mencari-cari keberadaan Melisa, karena para istri kolega bisnisnya sedang menanyakan keberadaan gadis tersebut, dan Allard tak ingin ambil pusing tentu nya, harus pusing di tanya sana sini. Jadi ia memutuskan untuk mencari keberadaan gadis itu. Namun tanpa sengaja ia melihat dua siluet duduk bersanding di sebuah kursi taman. Dengan posisi sang gadis tengah bersender di pundak sang pemuda. Dan ia sangat mengenali kedua sosok tersebut. Rammon dan Melisa, ya! Mereka lah kedua orang itu. Allard geram, merepalkan genggaman tangannya erat hingga terlihat urat-urat biru di kedua lengan nya. Ia tak suka miliknya di sentuh orang lain. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada mu, kau sudah berani bermain-main di belakangku, ch! Dasar jalang," gumamnya emosi, memilih pergi meninggalkan tempat tersebut. Malam pun tiba. Allard sudah tak sabar ingin segera menemui Lisa di Apartement nya. Lebih tepatnya tak sabar ingin menikmati tubuh sexynya. Ch! Dasar Allard b******n otak s**********n. Melisa berusaha mencegah sang suami, agar tak pergi meninggalkan Mansion. Entahlah ia hanya merasa hal buruk akan terjadi pada rumah tangga nya. "All....ku mohon jangan pergi," pinta Melisa di sela tangisannya, sambil berlari memegang lengan pemuda yang terlihat acuh tersebut. "Ck... lepaskan tanganku, dasar jalang...siapa kau? Berani melarang ku ha? Jika bukan karena Papa,  aku sudah menceraikan mu dari dulu. Kau tau, aku sudah muak dengan mu," bentak Allard,  sembari menghempas kasar genggaman tangan Melisa, hingga gadis tersebut tersungkur jatuh di lantai. "hik...All....kenapa kau berubah...kemana cintamu yang dulu? Hik... begitu gampang kah dirimu mengingkari janji kita?," Tangis Melisa, tubuhnya terasa lemas hingga hanya bisa terkulai lemah di lantai kamar yang dingin, dengan berderai air mata. Ia merasa gagal mempertahankan cintanya, suaminya atau mungkin rumah tangga nya juga hancur, setiap detik nya. Sesampainya di apartemen Lisa. Allard segera menekan beberapa nomor kode pintu Apartemen tersebut. Karena memang Lisa sudah memberitahukan kode lock Apartemenya, lagi pula tak hanya sekali dua kali pemuda itu keluar masuk Apartemen tersebut. Allard langsung menuju ke kamar Lisa.  Kedua onyx hezelnya seakan terhipnotis oleh sesuatu pemandangan fatamorgana yang begitu indah, terpampang nyata di depan mata nya. Bagaimana tidak? Jika sekarang saja Lisa  sudah siap  dengan pakaian lingerie jaring-jaring tembus pandang. Berwarna merah, dengan cooker kupu-kupu di area leher nya. Dan dengan sengaja tiduran di kasur king size nya. Dengan posisi miring , satu tangan menyangga kepala.  Jangan lupakan kerlingan mata nakal yang menggoda ke arah sang pemuda. "All.... kemarilah," desahnya, sembari menggigit bibir bawahnya dengan kedua tangan meraba kedua p******a kencang nya, seakan meminta untuk segera di grayangi. Allard tak menunggu lama, otaknya seakan berhenti berfikir. Dengan langkah tergesa ia segera menghampiri gadis tersebut. Hanya singa bodoh yang tak tergoda dengan seonggok daging segar tersaji di depan mata nya. "Eits..... bersabar lah, jangan buru-buru sayang," ucap Lisa manja, saat Allard tiba-tiba ingin menciumnya. Lisa beranjak pergi mengambil gelas berisikan wine yang sudah ia siapkan di atas meja nakasnya, lalu memberikan segelas wine tersebut kepada Allard. Tanpa fikir panjang Allard segera meneguk minuman itu. Lisa berseringai.  Rencana nya berhasil, Allard akan semakin menggila malam ini. Karena ia sengaja mencampur minuman itu dengan aprodisiac. Yang akan menggugah nafsu birahi seorang Allard b******n Bramastya itu. Lisa sengaja melakukan itu, karena Allard pernah bilang padanya. Bahwa ia tak ingin Lisa sampai mengandung anaknya, hubungan mereka  tak lebih hanya sekedar bersenang-senang menurut Allard. Tapi tidak untuk Lisa, ia ingin mempunyai anak dari pemuda tersebut, dengan begitu maka ahli waris akan jatuh ke keturunannya. Dan otomatis dia akan berkuasa di keluarga Bramastya. "Nikmati tubuhku malam ini sayang....kau hanya milikku...aku ingin dirimu ada di dalam diriku," bisik Lisa sensual, sembari meraba bagian s**********n sang pemuda yang terasa mengeras dibalik celana nya. Allard merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, tiba-tiba tubuhnya terasa panas, dan nafsu nya kian meningkat. Dengan segera ia meraup bibir sexy gadis di hadapannya. Begitu kasar tanpa di landasi perasaan. Lisa kewalahan tak bisa mengimbangi permainan pemuda tersebut. Hingga ia memukul-mukul d**a Allard. Karena kehabisan nafas.  Tak lucu bukan, jika ia harus mati kehabisan nafas kerena berciuman dengan Allard. Belum juga ia hamil anak All, ini. Allard yang mengerti pun segera melepas ciumannya, walau sangat merasa tak rela. Dan entah sejak kapan  mereka sudah membuang kain yang menutupi tubuh mereka berdua. Yang jelas sekarang ke adaan mereka berdua sudah full naked.  Siap melakukan sesi pertarungan ranjang panas. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk pasangan ini.  Mengabaikan seseorang istri di rumah yang sedang meringkuk sendirian di lantai yang dingin, dalam kesedihan.  Nyaris ingin mengakhiri hidupnya sendiri jikalau ia mampu. Namun fikirannya tak sedangkal itu.  Pukul 00.00 Tengah malam. Tepat tengah malam Tuan Richard, selaku kepala keluarga Bramastya. Baru saja terbangun dari tidurnya, tiba-tiba saja ia merasa haus. Dalam ke adaan lesu, ia melangkah menuju dapur bermaksud mengambil air minum. Namun ia begitu terkejut karena mendapati sosok menantu kesayanganya sedang menangis tersedu di ruang makan.  Menghadap jajaran berbagai masakan yang sudah di pastikan, makanan itu mulai mendingin. Pria itu mendengus frustasi dan menghampiri gadis tersebut. "Nak....kenapa kau menangis di sini hm?  Ini sudah tengah malam....tidurlah," pinta nya, seraya mengelus surai panjang Melisa. Hampir setiap hari Melisa  menangis seperti ini, di tengah malam menunggu kepulangan sang suami, yang tak kunjung datang. Sekedar ingin menemani makan malam saja bagaikan mimpi. Melisa menggeleng kecil, dan menjawab. "Tidak Pa...aku menunggu Allard," lirihnya di sela isakan pilu. "Kenapa kau masih menunggunya? Dia tak akan pulang nak...,tidurlah! Besok Papa akan mencoba bicara pada nya lagi," bujuk Tuan Richard, begitu sabar. Walau dalam hati merutuki putra bodohnya itu. Melisa mengangguk lemah. Dalam sorot matanya tersirat gambaran kekecewaan yang begitu mendalam. Ia mencoba tersenyum di depan pria paruh baya ini, orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua nya sendiri. "Papa mau makan? Biar aku panaskan makanan nya dulu," semangat nya. Tuan Richard hanya mengangguk pasrah, walau sebenarnya ia tidak lapar. Tapi melihat masakan sang menantu, ia jadi tak tega mengecewakan nya. Melisa tersenyum manis, dengan semangat ia berlari ke arah dapur, memanaskan masakan yang sempat dingin. Ia sangat senang akhirnya masakannya tak terbuang sia-sia. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN