Part 9

1042 Kata
Pagi ini udara terasa segar, Aleesa mendekati ayah dan bunda yang berlari kecil mengitari taman. Terlihat suasana taman ramai dengan aktifitas olahraga. Mister Adolf dan istrinya sedang olahraga ringan menghadap danau. Sedangkan beberapa orang lainnya sibuk bermain tenis meja, bahkan ada juga yang berenang sepagi ini. "Ca, Bunda penasaran, kamu kenal Mister Jose dari siapa?" Tanya bunda menyelidik. "Em, itu Bun, tidak sengaja ketemu di Bali, waktu aku liburan bersama teman." "Tidak sengaja bertemu tapi bisa seakrab itu?" tanya bunda ragu. Aleesa hanya tersenyum tipis menanggapi protes bunda. Mana mungkin dia menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ia membuang tatapannya menghindari kontak mata dengan bunda. Tak sengaja ia melihat ke arah saung billiard. Aleesa terkesiap melihat sosok yang selama ini ditunggunya. Dengan perasaan tak menentu ia berpikir sejenak, mencari kalimat yang tepat untuk menyapa lelaki itu. Ayah dan bunda lebih dulu mendekat ke saung biliard. Terlihat Mister Jose sedang bermain bersama Mister willi yang diteman trio seksi, siapa lagi kalau bukan Vanya, Veli dan Nela. "Aleesa, mari ke saung," ajak Mister Adolf saat melewatinya menuju saung biliard. "Mari... Silakan, Mister" sahut Aleesa seraya mengikutinya dari belakang. Melihat kehadiran Aleesa, Jose menghentikan permainan. wajahnya semrigah menyambut gadis itu. "Hai, Aleesa ... Apa kabar?" sapa Jose mendekat. Jantung Aleesa berdegup kencang, darahnya seolah mengalir dengan cepat, jemarinya dingin bagai es. Sesaat ia menarik napas. "Alhamdulillah, baik, Mister." jawabnya menahan grogi. "Mister kapan sampainya?" "Pukul empat dini hari tadi." "Hm, Sama siapa?" "Sendiri, memangnya kenapa?" "Ah, tidak, hanya ingin tahu saja, siapa tahu dengan calon istri?" celetuk Aleesa menyindir. Gadis itu memalingkan wajah, menatap danau biru yang tenang. Ia berusaha menenangkan diri, menetralkan rasa yang berkecamuk di hatinya. Jose melangkah mendekatinya lalu berdiri tepat disamping Aaleesa. Ditolehnya gadis itu dengan tatapan sayu. Ada rindu yang menggelitik hatinya. Melihat Aleesa hanya diam mematung, ia mengusap-usap kepala gadis itu sembari mengulum senyum. Aleesa berusaha menghindar, tapi percuma, tangan Jose sudah terlebih dulu mendarat di kepalanya. Gadis itu menarik napas dalam, membuang rasa sesek yang lama menghimpit dadanya. Vanya yang melihat kejadian itu merasa cemburu, segera saja ia menghampiri Jose dan menarik lengannya sembari merengek. "Mister Jose, terusin dong, mainnya!" Jose menoleh Vanya, lalu mengangguk. Jose kembali melanjutkan permainan yang sempat tertunda. Aleesa menarik napas dalam, lega rasanya terbebas dari tatapan itu. Pelan ia menoleh, memperhatikan permainan yang kembali berlanjut. Vanya, Velly dan Nella, bersaing ketat mencuri perhatian sang big bos. *** Hari ini panita event menyiapkan perjalanan untuk mengeksplore sebuah air terjun fenomenal di kawasan Danau Toba yang airnya jatuh langsung ke danau. Namanya Air Terjun Binangalom. Rombongan menaiki sebuah kapal boat. Mereka mengambil tempat duduk masing-masinng. Aleesa duduk disisi kiri paling pinggir. Perjalanan ke air terjun ini cukup Panjang, namun suguhan keindahan bukit-bukit besar khas Danau Toba membuat perjalanan menyenangkan. "Ini kali pertama aku mengunjungi tempat ini? Ternyata jauh lebih indah dari yang kubayangkan," ujar Mister Jose seraya duduk di sebelah Aleesa. Aleesa menggeser duduk sekedar memberi jarak, ia melempar senyum tipis. Matanya kembali liar menikmati alam. Semakin jauh pemandangan, semakin terlihat indah air Danau Toba yang tampak biru tua. Dari kejauhan air terjun terlihat kecil namun setelah mendekat ternyata cukup tinggi. Percikan air terjun terasa dingin memberikan rasa gembira siapa saya yang terkena percikannya. "Dua tahun aku menunggu kabar darimu. Tapi sampai titik aku memutuskan mengakhiri masa lajangku, ponsel kita tak pernah terhubung," tutur Jose dengan suara pelan. Aleesa menoleh, mata keduanya saling pandang. Untuk sesaat suasana menjadi hening. Beberapa pasang mata mengawasi gerak-gerik keduanya. Aleesa berjalan dan berdiri di tepi kapal, kedua tangannya memegang pagar besi pengaman. Mister Jose mengikuti dan berdiri tepat disampingnya. "Kenapa harus menunggu? Bukankah sewajarna lelaki yang lebih dulu mulai?" Tanya Aleesa sembari memalingkan wajahnya, ia enggan melihat gestur tubuh Jose. Ia tidak ingin semakin dalam terperosok dengan perasaanya yang belum jelas nasibnya. "Aku sudah memulai tapi kamu menolaknya!" jawab Jose, Pandangannya lurus kedepan saat Aleesa menatap wajahnya. sepertinya dia juga enggan menunjukkan kerinduan di sorot matanya. "Sudah mulai? Kapan?" Tanya Aleesa. kali ini gadis itu memiringkan sedikit tubuhnya menghadap Jose. Jose juga memiringkan tubuhnya menghadap Aleesa. kini keduanya saling berhadapan. "Bahkan kamu tidak tahu saat aku ingin memulai." ujar Jose mengangkat kedua alisnya. "Saat saya menolak permintaan Mister untuk mengantar saya ke Jogja?" Tanya Aleesa dengan mata membulat menatap Jose. Lelaki asing itu menaikkan alisnya memberi kode tebakannya benar. Aleesa menarik napas dalam, ingin rasanya dia protes. tapi tidak tahu harus protes apa, "Ck, sudahlah, tidak ada gunaya dibahas, lagi pula sebentar lagi Mister juga akan menikah, kan?" tanyanya mengakhiri ketegangan. Jose melempar senyum tipis dan mengangkat alisnya. Mata itu menatap Aleesa penuh misteri. Kapal mulai merapatkan badannya ke tepi danau. Satu persatu, rombongan turun untuk sekedar menyentuh air dan berfoto. Aleesa memilih menunggu di tepi danau bersandar pada pohon rindang. Mister Jose mendekat. Tapi si centil Vanya tidak membiarkan begitu saja, dia mengikuti Jose dari belakang. "Vanya, kamu ngapain ngikutin saya? Bisa beri saya privasi?" Sentilan Mister Jose membuat gadis Berdarah Indo-Jerman itu manyun, dengan gontai ia menjauh. Alieesa tersenyum puas melihat kejadian itu. "Undangannya mana?" Tanya Aleesa sengaja memancing keributan saat Jose mendekat. "Undangan apa?" "Undangan pernikahan lah, masa iya, undangan perpisahan," jawabnya ketus. Jose malah tertawa terbahak mendengar celetukan Aleesa. Sontak saja semua mata tertuju pada keduanya, terutama trio seksi. "Kamu memang gadis aneh. Aku ingin mendekat kamu menolak, aku menghilang kamu kesal. Mau kamu apa, sih, Nona, hm?" Wajah Alisya cemberut, bibirnya maju satu centi. "Siapa yang kesal!" celetuknya. Wajahnya memerah saat Jose melempar senyum simpul, lalu mencolet dagunya. "Setelah ini, Mister langsung kembali ke Jerman?" tanya Aleesa penasaran. "Entalah, aku masih ingin di sini, bersamamu." ujar Jose sembari menoleh, matanya lekat memandanmg Aleesa. "Untuk apa? Sudah cukup kenangan yang ada membut tersiksa, jangan ditambah lagi." Protes Aleesa. Jose tertawa kecil mendengar ocehan gadis ayu itu. Gemuruh air terjun mengalihkan sesaat perhatian keduanya. mereka takjup melihat Air yang terjun itu. "Andaikan saat itu kamu izinkan aku ikut ke Jogja, mungkin kisah kita akan berbeda." "Andaikan Mister memaksa ikut sedikit saja, ..., tapi saya cukup tahu diri, memangnya siapa saya harus diperjuangkan, iya, kan?" tanyanya tersenyum kecut. Jose menoleh, sesaat dia mematung, "Baru kali ini aku bertemu wanita aneh sepertimu." ujarnya menghela napas. "Ah, sudahlah, tidak usah dibahas lagi, Ayo kita berbaur dengan yang lain, bermain air." Jose menarik tangan Aleesa ke tepi danau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN