Nasehat Untuk Suami

1029 Kata
Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi. Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra. "Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman. "Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma. "Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman. Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu. Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang. "Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania. Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan. Seperti biasa Alma mengecek saku baju Firman. Dia menemukan sebuah Nita kecil di saku celana Firman. "Nota apa ini?" tanya Alma. Alma melihat Nita tersebut. Ternyata Nota pembelian sebuah tas, dan itu di beli dari mall yang biasa Firman membelikan Alma tas. "Ini kan nota tas merek yang tadi Sania posting. Jadi Mas Firman membelikan tas mahal ini untuk Sania," ucap Alma. Alma menyimpan nota tersebut di saku dasternya. Dia akan meminta penjelasan pada Firman. Uang lima juta bukan jumlah yang sedikit. Sorenya saat Firman pulang, Alma memperlihatkan nota pembelian tas tersebut. "Apa ini nota kamu membelikan tas Sania?" tanya Alma. "Aku melihat Sania memosting tas merek ini," sambungnya. Firman merebut nota tersebut dari tangan Alma. Dia merasa kesal karena aksinya di ketahui oleh sang istri. "Bukan urusan kamu, mau aku belikan siapapun itu uangku," ucap Firman sinis. "Mas, uang lima juta itu banyak loh. Aku aja pengen tas itu belum berani minta sama kamu. Tapi kamu malah membelikan wanita lain," bantah Alma. "Aku jadi semakin yakin kalau kalian menjalin hubungan," ucap Alma. "Sudah diam saja. Kamu jangan ikut campur. Yang penting kebutuhan kamu udah aku cukupi," ucap Firman. "Oh jadi gitu ya, oke kalau gitu. Fix kalian ada hubungan," ucap Alma lalu ke dapur. Alma geram sekali dengan begitu mudahnya Firman mengakui tanpa mau meminta maaf. Jika Alma sudah tak boleh ikut campur berarti dia sudah tak menginginkan Alma lagi. ** Sejak kejadian itu, Firman dan Sania makin terang-terangan pada Alma jika mereka menjalin hubungan. "Mas, mau ke mana?" tanya Alma ketika melihat Firman sudah rapi. "Aku mau jalan-jalan dengan Sania dan Ibra," jawab Firman santai. "Kok kita gak diajak, Pa," protes Naomi. "Lain kali saja kalian, sekarang waktunya papa sama mereka," ucap Firman lalu pergi. "Ma, sebenarnya yang keluarga papa itu tanya Sania apa kita sih?" tanya Naomi. "Udah nanti kita jalan berdua saja," jawab Alma. Firman jadi tak pernah perhatian pada Naomi lagi. Dia lebih mementingkan Sania dan Ibra. Bahkan kebutuhan Naomi pun sering dia lupakan. "Mas, hubungan kalian itu sebaiknya dihentikan saja. Apa kamu tidak kasihan dengan Naomi?" tanya Alma mencoba berbicara dari hati ke hati dengan Firman. "Aku tidak bisa, aku mencintai Sania. Kamu harus mengerti kami," jawab Firman. "Mas, apa kamu sudah tak mencintai aku lagi?" tanya Alma. "Entahlah...," ucap Firman lalu memunggungi Alma. "Saat ini yang aku rasakan nyaman dengan Sania, maka dari itu aku harap kamu ngertiin aku," sambung Firman. "Apa kata orang nanti, Mas? Kalian pasti akan jadi bahan pembicaraan semua orang. Hubungan terlarang kalian harus dihentikan," ucap Alma mencoba menasehati Firman. "Aku tak peduli dengan ucapan orang. Yang penting aku senang dan nyaman. Kalau kamu tak suka diam saja, jangan ikut campur," ucap Firman. Alma sedih mendengar jawaban Firman. Padahal dia hanya berusaha menasehati sebelum semua terlanjur. Namun, tampaknya Firman tak bisa dinasehati lagi. Sehingga Alma hanya membantu dengan doa agar suaminya di sadarkan dari kesalahannya. ** Alma sedang menyiapkan sarapan, Sania datang bersama dengan Ibra. Dia dengan santainya duduk di meja makan. "Sania...pulang!" bentak Kurnia ditariknya tangan Sania. "Bu, biarkan saja Sania dan Ibra ikut sarapan di sini. Kalau ibu mau, ibu juga boleh ikut sarapan di sini," kata Firman. "Nak Firman, ibu minta tolong. Jangan teruskan hubungan ini!" pinta Kurnia. "Kasihan anak dan istrimu," kata Kurnia menoleh ke arah Alma yang mengambil piring. "Bu Kurnia santai saja, Alma mengizinkan hubungan kami, kok," kata Firman. Alma membelalakkan matanya, sejak kapan dia menyetujui hubungan terlarang suaminya? Bahkan dia meminta mereka pisah tapi Firman tak pernah mau. "Mana mungkin ada istri yang mendukung suaminya selingkuh," bantah Kurnia. "Kalian saja yang tak punya perasaan. Ayo pulang!" ajak Kurnia menarik tangan Sania lagi. Sania mengikuti Kurnia untuk pulang, Firman tak dapat mencegah. Dia tak punya kuasa atasa Sania karena dia hanya kekasih gelapnya sementara Kurnia adalah ibu kandungnya. "Mas, sejak kapan aku menyetujui hubungan kalian?" tanya Alma. "Kamu kira aku sudah gila menyetujui hubungan terlarang kalian," sambung Alma. "Jangan protes! Ikuti saja apa mauku. Kamu tuh hanya seorang istri tugasnya nurut sama kata suami," bantah Firman. "Nurut jika yang kamu lakukan benar tapi kamu sudah salah kaprah, Mas. Apa aku masih harus nurut sama kamu?" tanya Alma. "Aku akan nurut sama kamu kalau kamu emang dalam jalan yang benar, Mas," sambung Alma. "Berisik, bikin gak nafsu makan. Mending aku makan di luar saja," ucap Firman lalu pergi keluar rumah tanpa peduli dengan Alma. Alma mendengus kesal karena Firman sudah tak bisa diajak bicara dari hati ke hati. Dia seakan sudah tak dianggap lagi apa lagi dihargai. ** Siang itu Alma mendatangi rumah Sania, dia meminta agar Sania menjauhi Firman. Namun, jawaban Sania justru membuat Alma sakit hati. "Aku gak mau jauhi Mas Firman, dia aja sayang sama aku. Lagi pula aku dan dia sudah saling cinta dan nyaman," kata Sania. "Kamu yang harusnya menjauh dari Mas Firman, karena kamu sudah tak dibutuhkan lagi," ucap Sania. "Tidak, aku tak akan menyerah. Aku akan mendapatkan Mas Firman kembali. Aku tak semudah itu menyerahkan Mas Firman padamu," tantang Alma. "Oh yakin bisa, kalau aku jadi kamu udah ajukan cerai saja. Hanya wanita bodoh yang bertahan dengan suami yang sudah tak mencintainya," kata Sania. Plak Alma melayangkan sebuah tamparan di pipi mulus Sania. "Rasa sakit tamparan itu belum seberapa dibandingkan rasa sakit hatiku atas perbuatan kalian. Ingat aku gak akan nyerah, Sania," ucap Alma lalu segera pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN