2. Kepala buntung

1534 Kata
Siang menjelang sore ini Felli memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum mencari makan bersama dengan Alvin dan yang lainnya. Niatnya mereka akan menyusul Reyna dan juga Reynand di pantai dan bersantai disana sampai sore menjelang. Sekalian melihat keindahan sunset di pantai ini, katanya sunset disini sangat indah. Tetapi menurut mereka, mau melihat di manapun sunset tetaplah indah. Sebelum mandi, terlebih dahulu Felli membersikan wajahnya dan seluruh badannya. Felli memandang kaca yang cukup besar di kamar mandi itu sembari tersenyum melihat wajahnya yang semula chubby jadi sedikit tirusan. Akhir-akhir ini nafsu makannya memang berkurang, dia terus kepikiran dengan ajakan Alvin yang ingin langsung menikahi dirinya sedangkan dia belum siap untuk menikah. Dia ingin bertunangan saja sebelum benar-benar memutuskan untuk membangun sebuah rumah tangga. Memang ibadah terpanjang adalah menikah, Felli belum siap karena perjalanannya cukup panjang artinya butuh ilmu, mental, financial dan kesiapan. Dulu, almarhumah nenek nya sering berkata jangan menikah karena ketergesaan, apalagi karena melihat teman sudah duluan. Jarak yang akan di tempuh dalam suatu pernikahan itu cukup jauh. Menikah karena Alvin dapat menafkahinya? Tetapi, apakah dalam hal membimbing Alvin sudah siap? Bukannya Felli menunda suatu ibadan terpanjang, tetapi mental nya untuk menikah masih terombang-ambing, ia akan menikah tetapi bukan waktu-waktu dekat sekarang. Dan semoga jodoh yang di kirimkan oleh Allah SWT adalah Alvin. Selain memikirkan tentang Alvin. Felli juga memikirkan Bunga, memimpikan almarhumah ibunya akhir-akhir ini, entah kenapa dia merasa bersalah kembali atas kejadian dulu. Dasar lemah. Dasar payah. Dasar gak berguna. Lo tuh gak pantas buat siapapun, mending mati aja! Secara tidak langsung, lo udah bunuh adik dan juga ibumu. Beruntung sekali perkataan yang tidak mengenakkan itu tak pernah keluar dari bibir siapapun. Kalau iya jika dia di benci oleh semua keluarga dan semua orang yang berada di sisinya, mungkin entah apa yang harus Felli lakukan. Bunuh diri adalah jalan ninja nya, mungkin? Masta, daddy nya masih begitu menyayanginya, meskipun tidak ada waktu untuk dirinya. Tapi, Felli memaklumi itu. Dia tak pernah mengeluh dan berjanji akan hidup bahagia, ceria dan rendah hati untuk ibu dan adiknya. Kriekkk Felli berhenti tersenyum, karena seperti mendengar suara pintu yang dibuka, perasaan tadi dia sudah menguncinya. Dia segera menoleh ke arah pintu dan tidak menemukan sesuatu hal yang aneh di sana. Mungkin hanya suara tikus saja, pikirnya. Felli kembali lagi bercermin mencoba menghiraukan suara itu, namun matanya membola. Saat dia melihat sesuatu di kaca menakutkan. "Arghhhhhhh ..." teriak Felli begitu nyaring. Dia terduduk dilantai dengan handuk yang menutupi wajahnya. Untung saja dia masih memakai baju. Felli menangis, air matanya meluruh membasahi pipinya. Entah apa yang harus Felli lakukan selain berdoa dalam hati. Dia merasa bibirnya sangat kaku dan kelu, seolah-olah tidak di izinkan untuk berteriak bahkan untuk memanggil nama Alvin pun sepertinya tidak. Dia begitu ketakutan sekarang. "Felli, kenapa sayang?" Felli masih saja menangis, ia tidak memperdulikan suara dari luar sana. "Felli, kamu masih ada di dalam kan?" tanya Alvin sekali lagi. Felli semakin menangis, dia tidak berani membuka handuk yang menutupi matanya. "A-alvin to-tolong aku!" ujar Felli terbata-bata. Dengan satu kali tendangan, pintu akhirnya terbuka, Alvin menatap Felli dengan kening mengkerut, namun setelah itu segera membopongnya untuk dibawa ke ruang tengah. "Astaga, Felli kenapa?" Reyna yang baru saja menampakkan kakinya di depan pintu pun terkejut melihat keadaan Felli yang tengah di bopong oleh Alvin. Semua orang memandang ke arah keduanya. "Gak jatuh dikamar mandi kan?" tebak Reyna, namun Alvin mengedikkan bahunya pelan menandakan jika ia tidak tahu apa-apa. "Gak tahu, barusan gue denger suara teriakan dari kamar mandi saat gue mau ambil minum." Jawab Alvin. Alvin membawa Felli ke dalam pelukannya, "Bawa ke kamar aja. Disini gak akan cukup." Ujar Siska yang di angguki oleh Alvin. Alvin membawa Felli masuk ke kamarnya lalu merebahkan Felli dengan Hati-hati di atas kasur. Felli masih saja terisak, Felli yakin kalau yang di lihatnya bukanlah halusinasi semata, bayangan itu begitu jelas di penglihatan nya. Reyna segera menyibakkan baju yang dipakai Felli sedikit ke atas untuk melihat luka di perut Felli, tetapi dia menemukan perban yang baru dan juga tidak kenapa-napa. Pasti ada sesuatu yang aneh yang menimpa Felli, pikirnya. "Lo kenapa sih, Fel? Jangan bilang abis liat makhluk halus?" tanya Reyna, Felli mengangguk membuat mereka semua membulatkan matanya tak percaya. "Vin ambil minum dong," titah Reyna, Alvin segera menganggukkan kepalanya lalu berniat akan pergi namun ditahan oleh pak Asep. "Biar gue aja," jawab Siska lantas segera pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Reyna menatap gelas itu sembari membaca doa didalam hati. Reyna memberikan minum kepada Felli, yang di teguk habis oleh Felli. Terlebih dahulu, Alvin menyingkirkan handuk dan menaruhnya di atas kursi. "Kenapa?" tanya Alvin lembut sembari mengusap sisa air mata Felli dengan ibu jarinya. "Ke-Kepala buntung." lirih Felli namun masih dapat didengar oleh semua orang. Alvin mengerutkan keningnya, namun tidak dengan Reyna. Tubuhnya seketika menegang, keringat membasahi telapak tangan dan juga pelipisnya, Reyna menunjukkan gelagat aneh sekarang. Hal itu membuat mereka yang menatap Reyna mengerutkan keningnya bingung sekaligus penasaran. Tetapi Reynand malah melihat kekasihnya dengan tatapan menyelidik. "Jangan bilang lo yang pertama nemuin si kepala buntung itu?" selidik Revin sembari melihat adiknya dengan tatapan mengintograsi. "Ya, di restoran." lirih Reyna dengan pelan, namun masih dapat di dengar dengan jelas oleh mereka. "Hah? Kok kamu gak bilang Rey sama aku?" ujar dan tanya Reynand. "Tadi pas kamu ke kamar mandi, aku ngeliat di pantulan cermin." jawab Reyna, sembari melirik ke arah Reynand yang berada di sampingnya. "Dan gue juga lihat di pantulan kaca barusan," Balas Felli yang sudah mulai tenang. "Huwaaaa... Gue jadi pengen pulang iihhh." kali ini semua mata tertuju pada Siska, sementara yang ditatap hanya nyengir menampilkan deretan giginya yang rapi sembari mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V. "Lo tenang aja Fell. Semoga gak ada apa-apa." Ujar Reyna mencoba menenangkan Felli. "Tapi, gue takut Rey. Berarti di villa ini masih ada dia dong?" tanya Felli dengan nada manja sembari mengerucutkan bibirnya kesal. "Jangan takut Fell, banyak berdoa aja. Kamu nih paling penakut disini jadinya kamu terus yang di gentayangin." ujar Alvin. Felli menghela nafas berat nya. "Iya deh iya, tapi besok siang kita pulang ya. Gak usah nunggu malem." Reyna mengangguk di ikuti dengan yang lainnya. "Yaudah sana lo pergi, mau nyari makan kan? Barengan gue ikut." ujar Siska, membuat Alvin dan Felli mengangguk. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi mencari makan kecuali Reyna dan Reynand. Mereka hanya bersantai di depan televisi saja sambil menikmati cemilan yang ada. *** Malam hari mereka semua berkumpul di dalam villa saja, niat ingin berburu sunset dan langit bertaburan bintang di pantai harus mereka urungkan karena hujan mengguyur kota ini dengan derasnya. Ya pantas saja, karena memang ini adalah musim hujan. "Sis ngapain sih lo?" tanya Reyna pada Siska yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya. "Update status dulu gue. Bikin story IG kayak orang-orang" jawab Siska, membuat Reyna memutar bola matanya malas. "Heh, so selebgram elu mah Sis. Pengikut cuman lima ratus orang juga." Jawab Felli, membuat semua orang tertawa. Siska mendelik. "Huh, enak aja. Lima ribu Fel bukan lima ratus." "Ya ya ya, terserah lo aja dehh." Siska tak menjawab, dan memilih asik dengan kamera nya kembali. Dia membuat boomerang yang sedang trend di sosial media itu. "Bagus nih." ujar Siska berbicara sendiri. Saat dia akan meng-upload vidio itu tiba-tiba saja dia menemukan sesuatu hal yang aneh di belakang nya. Dia melirik ke belakang, namun tidak menemukan apapun seperti apa yang ada di dalam fotonya. "Jangan-jangan ...?" "Arghhhhhh ..." jerit Siska, dia segera melemparkan handphonenya untung saja ditangkap oleh Revin yang berada di sofa sebelah sedang menonton televisi. "Paan sih!" ketus Felli. "Huwaaa Angga ... Aku pengen pulang" Jerit Siska, membuat semua orang memandang aneh kearah Siska. "Ada apaan sih, Sis. jangan gak jelas gitu deh" ucap Valen sembari menatap Siska lekat-lekat. Siska semakin histeris saat ada orang yang mengajukan pertanyaan. "Villa ini gak beres." Ujar Revin, sembari melirik kearah handphone Siska yang berada digenggaman nya. "Maksud kakak apa?" tanya Reyna, Revin segera memberikan handphone Siska pada Reyna. Mata Reyna membulat, dia tak percaya dengan hasil boomerang yang ada dibelakang foto Siska. Disana menunjukkan jika ada sesuatu hal yang mungkin tak akan dapat di cerna oleh logika saja. "Kepala bu-buntung yang tadi si-siang." lirih Felli, saat dia melihat semuanya. Reyna mengangguk, "Berarti hantu yang kita temui bertiga itu adalah hantu yang ... Sama." Jawab Reyna membuat mereka semua saling pandang satu sama lain. Pandangan mereka terhenti, lalu menoleh ke belakang jalan menuju dapur. Karena di sana tercipta keributan kecil, seperti ada yang membanting barang-barang ditambah dengan suara kerutan jendela yang di buka. Reyna segera berdiri lalu mencoba untuk mencari asal suara. Disusul oleh mereka semua yang juga penasaran. Tuk .. Tuk .. Tuk Suara pintu kamar paling belakang diketuk dari dalam, membuat mereka semua saling pandang satu sama lain. Bertanya-tanya dalam hati apakah ada orang di dalam sana "Kayaknya kita harus membuka pintu ini," Ujar Reyna membuat sebagian yang ada disana menggeleng. "Gimana kalau yang ada di dalem bahaya, Rey." Ujar Felli dengan melas. "Enggak Fel, ini demi kita semua. Jadi gimana Rey?" tanya Reyna pada Reynand, membuat Reynand termenung. "Hmmmm, sepertinya kita ..." Belum sempat Reynand menjawab, sudah ada gebrakan yang cukup nyaring di dalam kamar itu. Membuat mereka semua terkejut, dan penasaran dengan apa yang terjadi di dalam sana. *** Apa ya guys, ada yang penasaran gak nih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN