Malam ini Yusuf asyik duduk di gazebo belakang rumahnya sambil menikmati semilir angin malam yang menyejukkan. Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan, namun Yusuf masih enggan untuk beranjak dari sana. Di sampingnya ada secangkir kopi s**u yang masih tersisa sedikit, juga roti bakar buatan ibu yang tinggal satu lagi. Yusuf mendongakkan kepalanya ke atas langit. Menatap bulan yang malam ini bersinar terang.
Hingga saat ini, otaknya selalu saja memikirkan tentang gadis kecil berkerudung panjang. Siapa lagi kalau bukan Zahra. Gadis yang merupakan adik dari temannya itu dapat membuat pikirannya tidak fokus. Fokusnya selalu saja teralihkan pada gadis berlesung pipi itu.
Pikiran Yusuf menerawang, mengingat kejadian kemarin di kios buku. Yusuf bahkan sama sekali tidak menyangka
