Gery memandang rupa sang putra yang amat sangat tampan. Dia mengelus pipi putranya. Ah, dirinya menyesal tidak menginginkan kehadiran putranya. Dirinya menyesal membiarkan putra dan istrinya kesulitan. Ia menyesal telah kehilangan momen momen indah. "Kenapa?"Sasya menatap Gery yang berbaring menyamping ke arahnya yang sedang menyusui Veri. Pria itu sedari tadi mengelus pipi putranya. "Maaf." "Buat apa?" "Buat kesulitan kalian dulu. Mengabaikan kalian berdua."ujar Gery lalu bangkit duduk mengelus pipi Sasya. "Udah berlalu. Nggakpapa."balas Sasya tersenyum pada Gery. Memang, waktu tidak bisa diulang. Mau sebesar apapun rasa sesal Gery, Sasya dan Veri tetap susah dimasa lalu. Namun Sasya akan berusaha memaafkan dan melupakan kesalahan Gery. Toh tidak ada untungnya. Cup "Kita