MY BOY

1529 Kata
SEQUEL MY SEXY PRINCE (Biar lebih paham sama jalan ceritanya lebih baik baca My Sexy Prince 1 dulu ya ... ) Tokoh utama dalam n****+ ini adalah Brian Abraham & Vallery Queenzell dan semua n****+ aku berkaitan ya, kalian bisa juga baca n****+ yang lain seperti : Sirena : Dave Abraham (Adik dari Brian Abraham) & Sirena Cinta Pertama Sang Bandar : Arthur Abraham (Putra dari Brian Abraham) & Harley Wilson Ratu Di Pangkuanku : Perrie Abraham (Keponakan dari Brian Abraham) & Tony Wilson Cinta Dua Kasta : Liza Richardo (Mantan Brian Abraham) & Mario Daniel (Kakak dari Andrew Danil/bodyguard dari Brian Abraham) Sedatar Tembok : Bimo Rahardjo (Klien Bisnis Mathew Abraham/putra dari Brian Abraham) & Alika Soetedjo ----- Los Angeles, California. ----- Malam itu hujan begitu deras mengguyur kota Los Angeles, suara rintik hujan dan gemuruh petir tidak membuat seorang pria terusik, ia justru menikmati alunan merdu dari alam tersebut. Pria itu menangkupkan kedua jemarinya, kedua sikunya bertumpu pada sebuah meja yang selama ini menjadi meja kerjanya. Pria berdarah Amerika tersebut tersenyum menyeringai ketika misinya kali ini berjalan dengan lancar. Dering suara smartphone membuyarkan pemikirannya, ia membuka kedua matanya lalu melirik smartphone yang tergeletak di atas meja kerjanya. Ia segera menegakkan tubuhnya ketika sebuah nama seorang wanita tertera di layar smartphone tersebut, seseorang yang begitu ia cintai hingga kapanpun. Ia tersenyum, senyum yang dipertunjukkan hanya untuk wanita tersebut. "Hallo, my boy" senyum Arthur mendadak lenyap ketika mendengar panggilan itu. "Mom, berapa kali aku bilang jika aku tidak suka kau panggil seperti itu?" tanya Arthur seraya mengepalkan jemari kirinya. "Dan apa kau tahu, Mommy merasa sakit hati setiap kau berkata seperti itu?" tanya Vallery dari seberang telepon. "Itu panggilan Daddy untuk mu, kenapa kau tidak suka?" tanya Vallery kembali dengan raut wajah sedih yang pasti tidak bisa dilihat oleh Arthur namun pria itu tahu bagaimana raut wajah sang ibu saat ini. "Tolong jangan bahas pria itu lagi, Mom" ada terusan kata 'b******k' yang tertahan di dalam mulutnya ketika Arthur menyebut kata 'pria', ia tidak mungkin menyebut pria itu dengan sebutan 'pria b******k' di hadapan istri pria tersebut yang tak lain adalah wanita yang akan selalu ia cintai hingga akhir hidupnya, ibunya. "Kenapa kau berubah, Baby?" Arthur memejamkan matanya dengan tangan kiri yang masih mengepal sempurna, ia benci mendengar suara ibunya yang bersedih seperti saat ini. "Saat kau bersekolah dasar hingga kemudian tinggal di asrama, kau berubah, kau terlihat sangat membenci Daddy-mu, apa yang sebenarnya ter.." tut tut tut. Panggilan itu terputus begitu saja. Maafkan aku, Mom. batin Arthur dalam hati. Maafkan aku. ulangnya sekali lagi. Di tempat lain Brian terkejut kala melihat sang istri yang tengah menangis terisak, wanita itu tengah duduk di tepi ranjang ketika ia keluar dari kamar mandi, ia segera menghampiri sang istri tanpa menghiraukan penampilannya yang kini hanya mengenakan handuk putih untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. "Honey" panggil Brian seraya menyentuh pundak sang istri, Vallery segera berbalik lalu menerjang tubuhnya, Brian sempat terhuyung ke belakang karna kerasnya benturan tersebut. "Hey, what happened?" tanya Brian ketika merasakan tubuh sang istri yang bergetar dalam pelukannya. "My boy..." lirih Vallery membuat Brian memejamkan matanya untuk sesaat, ia cukup mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang istri, ia segera mengusap punggung wanitanya secara perlahan, pandangan matanya tertuju pada smartphone yang berada di atas tempat tidur, Brian menghela nafas kasar sebelum berkata. "Kenapa kau menelfon nya?" tanya Brian. "Apa aku salah jika aku merindukan putraku?" Vallery mendongak untuk menatap wajah sang suami. "Aku merindukannya, Brian. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah menginjakkan kakinya di mansion ini" Brian mengerang frustasi mendengar perkataan sang istri, ia juga merindukan putranya, namun apa lagi yang harus ia lakukan? Ia lelah. "I know but what should I do? Aku sudah membujuknya berulang kali, kau tahu pasti apa yang ku lakukan agar ia kembali ke mansion ini" ucap Brian, ia menunduk menatap wajah wanita yang hampir tiga puluh tahun menemaninya. "Apa selamanya akan seperti ini?" tanya Vallery di sela-sela isakan tangisnya, Brian mengumpat dalam hati kala melihat lelehan air mata di pipi sang istri, ia segera mengusap wajah Vallery, merapikan beberapa anak rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya tersebut. "Baiklah, aku akan membujuknya sekali lagi" ucap Brian lalu mengecup kening Vallery. "Kenapa ia menghindari mu?" gumam Vallery menatap kosong pada d**a sang suami sedangkan Brian hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia pun tidak tahu dengan alasan apa yang membuat sang putra menghindarinya selama ini, Arthur bahkan terkesan memusuhinya. "Sudahlah, sekarang kau harus beristirahat, aku akan mengambil pakaian ku terlebih dahulu" ucap Brian lalu mendudukkan sang istri di tempat tidur mereka setelah itu ia berjalan menuju walk in closet, mengenakan piama tidur nya lalu bergegas menghampiri sang istri yang masih duduk di atas tempat tidur, wanita itu tengah menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. "Kenapa kau belum berbaring juga?" tanya Brian, ia mendekat ke arah sang istri, merebahkan wanita itu lalu memeluknya. "Kau berjanji akan membawa putra kita kembali ke mansion ini, right?" Brian memejamkan matanya kala pertanyaan itu terucap dari bibir sang istri, ia mengusap rambut Vallery dengan perlahan. "Ya, apapun yang membuat mu bahagia maka aku akan melakukannya" ucap Brian. Sekalipun aku harus merasakan sakit hati untuk yang kesekian kalinya. Batin Brian. Ia menghirup aroma rambut sang istri yang dapat menghilangkan rasa penat nya. "Tidurlah, aku akan menghubungi putra kita besok" Vallery mengangguk dalam dekapan Brian, ia percaya bahwa sang suami akan membawa pulang putra mereka, sudah cukup waktu dua puluh tahun bagi putranya untuk hidup mandiri. *** Pagi harinya Vallery tersenyum seraya berjalan menghampiri putra bungsu nya yang bernama Mathew Abraham, pria itu tengah melakukan sarapan. Mathew yang menyadari kehadiran ibunya segera menoleh ke arah Vallery lalu tersenyum. "Good morning, Mom" Vallery tersenyum mendapati senyuman dari putranya. "Good morning, Baby" balas Vallery lalu mengecup puncak kepala Mathew. Mathew kembali melanjutkan sarapannya, ia sudah terlihat rapi mengenakan setelan suit miliknya pagi ini, di usianya yang baru menginjak dua puluh lima tahun, ia harus menggantikan posisi Arthur yang seharusnya menjabat sebagai CEO di tiga perusahaan milik Brian Abraham, ayahnya. Vallery tersenyum getir menatapi putra bungsu nya yang kembali sarapan, ia merasa sangat sedih menyaksikan Mathew yang harus memegang tanggung jawab yang begitu besar saat ini, ia juga sangat sedih karna putra sulung nya tidak pernah kembali ke mansion itu, terakhir kali Arthur memasuki mansion tersebut adalah sepuluh tahun yang lalu ketika perayaan hari natal, itupun harus dengan bujukan Vallery yang menangis, sikap Arthur yang tampak acuh kepada Brian sang ayah membuat Mathew harus menggantikan posisi sang kakak sebagai CEO dan memegang tiga perusahaan sekaligus. Ketika air mata Vallery siap jatuh dari kedua matanya, ia dikejutkan dengan kehadiran Brian yang tiba-tiba merengkuh pinggangnya dari belakang lalu mengecup pelipisnya. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Brian to the point membuat Vallery mengerjap. Menyadari akan kehadiran ayahnya membuat Mathew menoleh lalu tersenyum. "Hi, Dad" sapa Mathew lalu kembali mengunyah sarapannya. "Oh, hi, handsome. Kau sudah siap bersaing untuk memenangkan tender kali ini?" tanya Brian lalu menarik kursi di samping Mathew. "Of course, Dad. Dan aku yakin akan memenangkan tender itu" jawab Mathew begitu bersemangat di mata Vallery dan hal itu membuat Brian tersenyum. "Kenapa kau masih berdiri, Honey? Kau tidak sarapan? Katakan padaku apa yang kau inginkan agar kau mau sarapan" ucap Brian kepada Vallery yang masih berdiri di belakang Mathew. "Menatapi ku setiap pagi sudah menjadi sarapan Mommy setiap hari, Dad" ujar Mathew tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sandwich yang ada di piring nya saat ini. Vallery tersenyum mendengar perkataan Mathew, ia mengusap puncak kepala Mathew dengan sayang lalu menarik kursi yang ada di hadapan Mathew. "Aku hanya merasa hampa setiap pagi" Vallery menjeda ucapannya. "Di meja makan ini hanya ada kita bertiga, sedangkan anggota keluarga ini ada empat orang" mendengar penuturan Vallery membuat Mathew memelankan kunyahannya, ia tahu betul kemana arah pembicaraan ibunya saat ini, ia pun merasa hampa ketika ia tidak pernah melakukan sarapan bersama dengan kakaknya yang tak lain adalah Arthur Abraham, seorang pewaris tahta dari seluruh perusahaan Brian Abraham, namun entah mengapa kakaknya itu melimpahkan semua tanggung jawab yang begitu besar kepada dirinya dengan menjadikan ia sebagai pewaris tahta perusahaan sekaligus menjabat sebagai CEO di tiga perusahaan yang dimiliki oleh sang ayah, Sky Magazine (perusahaan yang bergerak di bidang agensi dan juga majalah), Abraham Corporation (perusahaan yang bergerak di bidang properti) dan AB Group (perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan). "Aku seperti memiliki satu orang putra saja" ujar Vallery lalu menutupi wajahnya karna ia mulai menangis. Brian menghela nafas panjang, ia meletakkan roti yang sudah dipegangnya lalu menatap istrinya yang masih menangis, sedangkan Mathew sudah bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri sang ibu yang terisak, ia mencoba menenangkan ibunya. "Jangan berbicara seperti itu, Mom. Arthur dan aku akan selalu menjadi putra Mommy, sampai kapan pun" ujar Mathew seraya mengusap kedua bahu Vallery, mencoba menenangkan. Vallery masih terisak meskipun putra bungsu nya mencoba menenangkannya, namun ucapan Brian membuat ia mendongakkan wajahnya. "Aku akan menyeret putra kita secara paksa jika hal itu bisa membuat mu berhenti menangis hampir setiap minggu" ujar Brian lembut namun Vallery dan Mathew bisa menangkap rasa lelah dalam kalimat Brian. ----- JANGAN LUPA KLIK LOVE & COMMENT DI PART INI...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN