CN-43

1058 Kata
Natsumi perlahan membuka matanya, dia melihat langit kamar yang begitu indah dan kasur yang dia gunakan sangat nyaman. Langit sore menjadi teman tidurnya. Sepertinya dia baru saja bangun. Namun, satu hal yang dia tidak pahami. Ada di mana dirinya saat ini? Jelas-jelas Natsumi tidak mengingat kalau dirinya tidur di atas kasur. Di mana pula Quizer? Meski dia memikirkan begitu, dia tidak dapat melakukan apa pun sesuai dengan keinginannya. Justru langkahnya terus membawa dirinya ke sebuah tempat yang sama sekali dia tidak kenal. Natsumi hanya bisa dia dan memperhatikan bagaimana tubuhnya digerakkan oleh sesuatu atau mungkin seseorang. Dia tidak tahu bagaimana jelasnya. Dia melihat pantulan dirinya sendiri. Seorang gadis dalam rentang usia 8-9 tahun. Rambutnya sangat cokelat dan panjang sekali. Dia tidak menggunakan kacamata atau apa pun. Ada lingkar hitam di sana. Apa ini masa kecilnya? Namun, Natsumi tidak mengingat hal ini sama sekali. Dia tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. “Kamu sudah bangun? Kalau begitu ayo kita ke halaman depan. Katanya keluarga Kazuhiko akan datang ke rumah loh,” ucap seorang gadis yang serupa dengannya tetapi lebih tinggi dan mungkin lebih tua dibandingkan dengan Natsumi. Dia sama sekali tidak mengenali gadis itu. Namun, dalam tempat ini dia merasa sebaliknya. Dia sangat kenal dan bahkan refleks memeluk gadis itu. Meski bibirnya menyebutkan nama, Natsumi tidak dapat mendengar atau bahkan mengingat. Ini sesuatu yang sangat sulit dia lakukan. Sebenarnya ini di mana?! “Ayah dan Ibu sudah menyiapkan sesuatu untukmu juga di bawah. Kamu mau sampai kapan memelukku seperti ini, gadis manis?” ucap gadis berambut cokelat itu. “Habisnya, kakak keren malah meninggalkanku sendirian di kamar. Padahal, sebelumnya kakak berjanji untuk menemaniku tidur! Huh, kakak keren menyebalkan,” balas Natsumi seraya mendengus dan memajukan bibirnya. Sementara lawan bicaranya hanya tertawa. “Gomen ne, Natsu-chan. Aku tiba-tiba diminta untuk membeli sesuatu. Aku yakin, kamu akan kembali menyayangiku setelah tahu apa yang ada di bawah. Ayo! Sebelum keluarga Kazuhiko datang. Katanya kamu malas untuk berdebat dengan anak laki-laki mereka,” bujuk Kakak Keren yang Natsumi maksudkan. Natsumi mengangguk dan mengikuti ke mana Kakak Keren akan membawanya. Sejujurnya dia tidak ada gambaran sama sekali ke mana Kakak Keren akan membawanya. Meski begitu harinya tetap merasa nyaman dan aman. Bahkan dia sangat menanti-nanti. Di dalam pikirannya, dia banyak menebak-nebak. Jika ini masa lalunya, Natsumi akan bangga karena sudah memiliki bakal menerka dan mengasahnya sejak dini. Setelah menuruni tangga, dia bisa melihat kedua orang tuanya tengah mengobrol dan tertawa bersama-sama. Entahlah apa yang mereka bahas. Keluarganya sangat sempurna dan tidak ada ada apa pun yang dapat mencegah kebahagiaannya. Lantas, kenapa pula orang tuanya tiada? Natsumi tidak begitu bisa mengingat apa yang terjadi. Sampai pada akhirnya dia berhenti berjalan dan melompat kegirangan. “Natsu-chan, aku, Ayah dan Ibumu belum mengatakan apa-apa. Kenapa kamu malah loncat kegirangan seperti itu?” ucap Kakak Keren itu sambil tertawa. “Tentu saja! Aku tahu apa yang Kakak Keren beli dan apa yang Ayah dan Ibu siapkan. Kalian pasti membelikan barang-barang yang aku inginkan sejak lama sekali! Bagaimana kau tidak senang?” ucap Natsumi sambil melompat-lompat dan Kakak Keren mencoba menghentikan keaktifannya di masa kecil. Terlebih sepertinya Kakak Keren itu khawatir sekali jika Natsumi kesakitan. “Sudah Ayah duga. Ayah memang tidak dapat menipumu, padahal kamu masih sangat kecil,” ucap laki-laki dewasa dengan rambutnya yang lebih berwarna cokelat terang ketimbang keluarganya. Sementara mata laki-laki itu berwarna cokelat tua. Natsumi tersenyum.  Dia lalu menunjukkan dua jari ke hadapan laki-laki dewasa itu. “Detektif Natsumi tidak akan mudah dibohongi! Apalagi kalau itu dengan Ayah dan Ibu. Jadi sekarang aku memiliki benda-benda detektifku pribadi? Apa ini diizinkan untukku memakainya?” “Natsu-chan ... kamu bisa memakainnya nanti. Sekarang kita akan menyambut temanmu. Untuk sementara waktu dia akan dititipkan di rumah kita,” ucap seorang Wanita dewasa yang tidak lain adalah ibunya. “Kazuhiko yang sangat menyebalkan sampai ke tulang-tulang itu, Kaasan? Ih, Natsu tidak pernah bisa akur dengannya. Kenapa Ayah dan Ibu malah menerimanya di rumah ini?” ucap Natsumi yang lalu mendengus. Kazuhiko adalah teman masa kecilnya sejak memakai popok, dia sedikit tahu informasi ini. Namun, dia tidak pernah ingat alasan kenapa ayah dan ibunya mengizinkan laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya. Menjadi bagian keluarga ini meski sangat singkat. Dia sendiri sudah cukup dengan hanya memiliki Kakak Keren. Entahlah mengapa Natsumi berpikir seperti ini. “Bukankah itu tidak masalah Natsumi?” ucap Kakak Keren tiba-tiba. Sontak Natsumi membuka mulutnya lebar-lebar dan lalu mengembungkan pipi. “Tidak masalah bagaimananya Kak?! Kazuhiko itu tidak pernah mengerti perasaanku. Dia bahkan sering lebih pintar dariku dan tidak mau mengakui kalau aku hebat juga.” “Haha ... kalian ini. Natsumi, kamu tenang saja. Ayah dan Ibu selalu mengakui kehebatan kamu dan Kakakmu. Jadi tenanglah. Namun, kamu harus menerima keberadaan Kazuhiko di sini,” jelas ibunya dengan senyum yang sangat indah. “Benar, lagi pula ... kalian ini partner loh. Ayah sudah memasangkan kamu dan Kazuhiko untuk jadi satu tim. Karena kemampuan kalian, banyak sekali anak-anak yang terinspirasi untuk jadi seperti kalian,” jelas ayahnya. Natsumi menopang dagu. “Aku kira mereka hanya memandang Kazuhiko saja. Ah! Benar. Pemeran sampingan sepertiku tidak akan dianggap. Huh. Seharusnya aku belajar jadi aktris ketimbang jadi detektif, Ayah.” Laki-laki dewasa itu kembali tertawa dan mengacak-acak rambut Natsumi. “Belum terlambat jika kamu ingin mengubah pilihan. Namun, Ayah sangat suka melihatmu membantu orang seperti ini.” “Ibu juga suka. Terutama kamu menggunakan kecerdasan dan kepintaranmu untuk khalayak umum. Meski hanya pemeran sampingan dalam pandangan orang, kamu tetap berperan penting bukan? Pernahkah kamu berpikir bagaimana jadinya Kazuhiko tanpa dirimu, Natsumi?” tanya ibunya sambul tersenyum dan menyamakan posisi mereka. “Kazuhiko akan baik-baik saja. Sebagai pemeran utama, dia akan dipuja dan disenangi banyak orang. Pasti banyak pula yang ingin membantunya. Apalah aku ini, tidak ada apa-apanya, Bu,” balas Natsumi yang lalu mengembuskan napasnya. Wanita dewasa itu menggeleng. Dia lekas memeluk tubuh Natsumi yang lebih mungil. “Kamu tetap tokoh utama dalam ceritamu sendiri. Sudahlah, kenapa jadi membahas ini. Kakak Keren, tolong bantu Ibu untuk siapkan hidangan. Natsumi kamu diam di sini.” Natsumi yang masih kecil itu mengangguk. Namun, tiap gerakan justru memudarkan penglihatan. Semakin hitam semakin hampa. Natsumi lalu berteriak dengan air mata yang terurai dengan deras, “Ayah! Ibu! Kakak! Jangan tinggalkan aku!” Apa benar ini hanyalah sebuah mimpi saja? - - - - - - - - - - - - - - -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN