CN-13

1037 Kata
Quizer tidak dapat berkata-kata lagi ketika mendengar apa yang gadis itu baru saja katakan padanya. Natsumi memintanya untuk menyelesaikan sebuah permainan kubik. Oke dia memang bisa memainkan itu, terbilang mudah malah. Meski dia agak lupa cara menyelesaikan benda kotak itu dengan mudah. Jadi dia menunggu di kamarnya sambil menengadah ke langit. Apa benar pilihannya untuk memercayai keluarga ini? Dia terlalu rapuh untuk memiliki kepercayaan kepada orang lain. Tidak. Sepertinya sudah sepantasnya dia memang seorang diri. Sambil menunggu Natsumi, Quizer beranjak ke meja belajarnya. Mengambil beberapa buku acak yang sepertinya sudah disiapkan lebih dulu oleh Bibi Minami sebelum dia sampai ke Jepang. Bahkan tempat penyimpanan alat tulis pun sangat penuh. Ini terlalu sempurna, meski beberapa pulpen memiliki pernak-pernik seorang gadis. Jangan bilang jika beberapa pilihan Natsumi.. Quizer menuliskan beberapa tujuannya selama berada di Jepang. Salah satunya mencari kerja dan mencari apartemen yang murah. Setidaknya gaji dari kerja sambilannya mampu untuk membayar itu tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari. Namun, di antara semua itu, Quizer sadar jika ada satu hal yang tidak dia miliki. Kemampuan berbahasa dan etos kerja. “Aku tidak bisa terus menumpang di sini. Come on, Quizer,” gumamnya sambil meremas bagian kepalanya sendiri. Rasanya ada yang sedang menarik rambut hingga sakit kepalanya timbul. Lalu tiba-tiba sebuah tangan dengan jari-jemari ramping tiba-tiba menghampiri dan menepuk bahunya sangat pelan. Quizer pun refleks menoleh ke samping. Seorang gadis berambut cokelat dengan piyama beruang cokelat kini berdiri sana sambil melihat dengan seksama pada bukunya. Buru-buru Quizer menutup buku tersebut dan menimbulkan suara cukup keras. “Kamu mau pergi bekerja sambilan? Bagaimana jika di agensiku saja? Katanya mereka sedang mencari orang untuk membersihkan tempat,” ucap Natsumi  spontan dan sangat bersemangat. Quizer refleks menggeleng. Dia tidak mau satu pekerjaan dengan gadis yang satu atap dengannya. Oh ayolah, alasan dia merencanakan semua ini karena dia ingin jauh-jauh dari seorang detektif anak seperti Natsumi. Quizer memang mengakui jika Bibi Minami sangat baik kepadanya. Hanya Natsumi saja yang terlihat berbahaya bagi hidupnya. “Kenapa tidak? Coba saja dulu, pekerjaan satu itu tidak memerlukan kamu untuk banyak bicara. Mereka lebih membutuhkan aksi,” jelas Natsumi yang masih bersemangat. Quizer harus mengalihkan pembicaraan ini, sebelum Natsumi semakin mendoronganya. Jika iu agensi detektif swasta, maka dia sama saja dengan bunuh diri. Lalu dia tiba-tiba teringat dengan permintaan Natsumi tentang kubik yang harus dia mainkan. “Natsumi, bukankah kamu ingin aku menyelesaikan sebuah kubik? Untuk apa?” tanya Quizer sambil memikirkan beberapa alasan lain jika gadis itu tidak buru-buru mengalihkannya. “Soal itu? Aku tidak bisa menyelesaikannya karena kepalaku sangat sakit. Bukankah kamu tahu siapa yang sangat bersalah pada hal ini? Jadi tolong selesaikan,” ucap Natsumi yang lalu merogoh tas jinjing yang dia bawakan. “Hei! Kamu bilang itu karena misimu. Bagaimana bisa berbalik jadi salahku, Nona Natsumi?” balas Quizer yang sama-sama menyindir. Gadis itu tertawa pelan dan mulai mengeluarkan satu per satu kubiknya. Quizer akan merasa tenang jika yang Natsumi berikan hanyalah satu. Sayanganya keinginannya tidak sejalan dengan kenyataan. Gadis itu memberikannya bermacam-macam kubik. Dia sampai tidak tahu harus berkata apa lagi karena Natsumi langsung pergi begitu saja dari kamarnya. Ayolah, untuk apa dia mengerjakan begitu banyak kubik. Sepertinya gadis ini ingin mengerjainya. Sayangnya daripada dia menulis dan ketahuan lagi oleh Natsumi, Quizer memilih untuk merenungkannya dalam pikiran. Jadi dia pun mengambil satu macam kubik dan memainkannya. Meski dia agak lupa, tetapi itu tidak mengubah kenyataan jika kubik itu selesai hanya dalam sepuluh menit. Semakin dia bermain, semakin cepat selesainya. Ini tidak seperti yang Quizer bayangkan. Tidak sampai dua jam, sekitar dua puluh kubik sudah dia selesaikan. Bermacam bentuk dan pola. Quizer tidak mengerti kenapa Natsumi memiliki ini semua. Apakah gadis itu maniak pada permainan teka-teki ini? Natsumi sengaja meninggalkan tas jinjingnya. Jadi dia pun memasukkan satu per satu kubik ke dalamnya. Ada baiknya jika dia mengembalikan semua ini pada Natsumi sebelum gadis itu datang ke kamarnya. Dia tidak mendengarkan Natsumi yang berbicara dengan orang lain, justru gadis itu terasa seperti baru saja mencoret-coret sesuatu di atas kertas. Quizer dapat mendengarkan tiap goresan halusnya ketika dia benar-benar sudah tidak fokus pada kubik lagi. “Natsumi itu aneh. Gadis paling aneh. Bagaimana bisa gadis itu tenang-tenang saja ketika dia berhadapan dengan kelompok pembunuh. Dia benar-benar orang gila dan aku tidak mau berada di dekatnya lebih lama lagi,” ujar Quizer sambil membawa tas jinjing milik Natsumi. Kamarnya tidak berada lebih jauh dengan Natsumi. Jadi dia berinisiatif untuk membuka pintu gadis itu begitu saja. Sama halnya bagaimana gadis itu masuk tanpa perintahnya. Entah bagaimana, tetapi sudah pasti jika gadis itu tidak mungkin mendobrak pintu dengan mudah.  Tenaga Natsumi tidak sekuat lelaki meski dia mampu untuk menghentikan salah satu kelompok pembunuh The Paradoks. Baru dia akan memegang pintu, tetapi pintunya terbuka lebih dulu. Quizer membelalak karena dia tidak sadar kenapa gadis itu sedang membuka pintu. Padahal tidak terdengar pergerakan apa pun. “Quizer-san? Sudah selesai?” tanya Natsumi dengan tenangnya. Quizer mengantur detak jantungnya untuk tidak takut. Sepertinya ingatan masa lalu membuatnya panik dan tidak terkendali. Seperti saat ini. Quizer cukup yakin jika gadis itu pasti memiliki suara langkah kaki. Dengan gelagapan, Quizer memberikan tas jinjing pada Natsumi dengan terburu-buru. Gadis itu melihat dengan bingung. Cukup aneh dengan tindakan bagaimana laki-laki itu memperlakukannya sedemikian rupa. Meski aneh, Natsumi hanya tersenyum dan menerima tas jinjingnya. “Terima kasih sudah menyelesaikannya, Quizer-san. Kamu tahu, aku memperkirakan jika kamu akan menggunakan cukup banyak waktu untuk menyelesaikannya. Namun, ini sangat cepat untuk seseorang yang kemampuan dengan rata-rata,” jelas Natsumi sambil tersenyum. Quizer mematung. Dia tidak menyangka dengan ucapan yang Natsumi berikan. Bagaimana pun, dia tidak mungkin mengatakan jika dulunya dia adalah mantan detektif. Tidak. Meski gadis itu sempat mencurigainya. Nampaknya setelah Natsumi mengucapkan itu, wajahnya mulai terlihat berbeda. “Quizer-san, apa kamu ingat tentang apa yang kukatakan padamu?” ucap Natsumi berkaca-kaca padanya. Quizer menopang dagu. “Kamu memiliki banyak perkataan tidak penting. Mana yang harus aku ingat? Tentang The Paradoks lagi?” Natsumi memalingkan wajah. “Tidak ada. Kamu benar, apa yang kuucapkan hanyalah omong kosong. Kalau begitu aku akan tidur. Terima kasih.” “Natsumi,” panggil Quizer lagi. Entah kenapa dia tidak ingin mengakhiri hari ini dengan begitu cepatanya. Tidak. Lebih tepatnya ada yang harus dia katakan terlebih dahulu. “Terima kasih untuk hari ini.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN